Serba-serbi Vaksin Pneumonia: Manfaat, Prosedur Pemberian, sampai Efek Samping
19 April 2025 |
16:05 WIB
Pneumonia belakangan ini menjadi salah satu masalah kesehatan yang sangat diwaspadai. Penyakit infeksi yang menyerang paru-paru ini dapat menyerang siapa saja, terutama anak-anak, lansia, dan mereka yang memiliki daya tahan tubuh lemah.
Dalam setahun terakhir, sejumlah figur publik dunia dinyatakan meninggal karena pneumonia dan komplikasi yang menyertainya. Aktor legendaris Hollywood yang dikenal lewat perannya dalam Top Gun dan Batman Forever, Val Kilmer, meninggal dunia pada 1 April 2025 di usia 65 tahun akibat pneumonia.
Baca juga: Pneumonia Masih Mengintai Balita, Ini Pentingnya Vaksinasi PCV
Selain itu, Barbie Hsu, aktris asal China yang melakoni peran Shan Cai dalam drama Meteor Garden juga berpulang pada Februari 2025 di usia 48 tahun. Dia mengalami pneumonia setelah terinfeksi influenza saat berlibur di Jepang.
Sementara di Indonesia, dalam setahun terakhir, kasus pneumonia di Indonesia tercatat melonjak hampir empat kali lipat, termasuk angka kematiannya. Pada 2023, tercatat 330 kasus dengan 52 kematian. Kemudian pada 2024, jumlah kasus melonjak menjadi 1.278 dengan 188 pasien meninggal dunia.
Ali Asdar, dokter spesialis paru dan pernapasan yang bertugas di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, memaparkan bahwa pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa.
“Pneumonia dapat menimbulkan komplikasi yang memerlukan penanganan tambahan untuk menurunkan kesakitan dan kematian,” kata dokter Ali, berdasarkan pernyataan resminya.
Apabila pneumonia terus berlanjut, menurutnya kondisi ini akan mengalami perburukan seperti efusi pleura, empiema toraks, abses paru, sepsis, syok sepsis, gagal nafas dan acute respiratory distress syndrome (ARDS) serta kematian.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2023, pneumonia menempati peringkat pertama sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, yaitu Rp 8,7 triliun, diikuti oleh tuberculosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.
Sebagai bagian dari transformasi kesehatan, khususnya pada layanan kesehatan primer, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan terus berupaya mencegah terjadinya pneumonia melalui berbagai langkah. Salah satunya, upaya pencegahan dengan vaksinasi.
“Namun vaksinasi hanya salah satu bagian kecil dari upaya mengatasi pneumonia. Upaya lainnya adalah memenuhi kualitas gizi, misalnya pada anak-anak supaya kekebalan tubuhnya meningkat, di antaranya dengan memberikan ASI eksklusif serta penyediaan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang,” ujar Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, dikutip dari laman resminya.
Rania Imaniar, Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RS Pondok Indah Bintaro Jaya memaparkan, vaksin pneumonia adalah salah satu upaya menurunkan risiko seseorang terkena radang paru (pneumonia) akibat infeksi Streptococcus pneumoniae atau bakteri pneumokokus.
"Peradangan paru bisa berisiko fatal pada anak dan lansia, karenanya perlu upaya pencegahan dengan menerapkan pola hidup sehat dan mendapatkan vaksin," papar Rania.
Meski begitu, katanya, pemberian vaksin ini tidak berarti membuat seseorang terbebas dari risiko mengalami pneumonia. Namun, pemberiannya dapat meringankan gejala dan mencegah risiko terjadinya komplikasi.
Pada dasarnya, vaksin diberikan untuk merangsang daya tahan tubuh agar menciptakan antibodi yang kemudian dapat mengenali kuman, sehingga tidak terinfeksi. Menurutnya prinsip ini juga berlaku untuk melindungi orang yang telah mendapatkan vaksin dari infeksi pneumonia maupun penyakit lain akibat bakteri pneumokokus, termasuk bronkopneumonia dan meningitis, bahkan sepsis.
Berdasarkan tujuan utamanya, vaksin pneumonia diberikan pada beberapa kelompok seperti anak yang berusia kurang dari 5 tahun, lansia, orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, termasuk mereka yang sedang menjalani kemoterapi, penyandang diabetes, maupun pengidap HIV
Selain itu, mereka yang memiliki kelainan bawaan, terutama penyakit jantung bawaan, penyakit kronis seperti asma, diabetes, dan gagal ginjal kronis, kelainan darah seperti thalasemia dan anemia sel sabit. Selain itu, memiliki riwayat operasi, seperti operasi implan koklea, transplantasi organ, atau pengangkatan limpa, serta orang yang punya kebiasaan merokok.
"Fungsi vaksin ini adalah merangsang tubuh dalam membentuk antibodi untuk mengenali bakteri pneumokokus, sehingga orang yang sudah divaksin lebih mampu melawan bakteri tersebut," tutur Rania.
Terdapat 2 jenis vaksin pneumonia yang tengah beredar, yang sama-sama efektif untuk mencegah infeksi akibat bakteri pneumokokus. Berikut penjelasannya:
Anak yang berusia kurang dari 1 tahun akan mendapatkan 3 dosis vaksin pneumonia, dengan jadwal vaksinasi pertama saat anak berusia 2 bulan, kemudian dosis ke-2 saat anak berusia 4 bulan, dan dosis terakhir pada saat anak berusia 6 bulan. Vaksin untuk dosis pengulangan diberikan pada saat anak menginjak usia 12–15 bulan.
Orang dewasa akan mendapatkan vaksin pneumonia dalam 2 tahap. Vaksin pneumonia yang pertama diberikan adalah vaksin jenis PCV, sedangkan vaksin pneumonia jenis PPV diberikan dengan jeda waktu 1 tahun setelah pemberian vaksin PCV.
"Sebelum divaksin sebaiknya konsultasi dengan dokter, infokan riwayat kesehatan termasuk obat dan suplemen yang rutin dikonsumsi, alergi, juga apakah ada keluhan dan alasan khusus melakukan vaksin ini," ujar Rania.
Begitupun bagi pasien wanita, apabila sedang merencanakan kehamilan, hamil, maupun menyusui, juga perlu diinformasikan ke dokter saat konsultasi. Riwayat kesehatan keluarga pun harus diinformasikan, terutama menyangkut riwayat alergi dan kelainan perdarahan, maupun autoimun.
"Sama seperti pemberian vaksin lainnya, vaksin pneumonia juga dapat menyebabkan beberapa efek samping, mulai dari yang ringan sampai berat," ujar Rania.
Beberapa contoh efek samping yang mungkin terjadi misalnya, demam ringan, nyeri atau sakit, bengkak, dan kemerahan di area penyuntikan vaksin yang akan membaik dalam 2-3 hari setelah vaksin diberikan, menggigil, tidak nafsu makan, nyeri otot atau pegal-pegal, sakit kepala, anafilaksis atau reaksi alergi berat.
"Umumnya efek samping setelah vaksin akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari, jika tidak kunjung membaik dalam 3 hari, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut," tutupnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Dalam setahun terakhir, sejumlah figur publik dunia dinyatakan meninggal karena pneumonia dan komplikasi yang menyertainya. Aktor legendaris Hollywood yang dikenal lewat perannya dalam Top Gun dan Batman Forever, Val Kilmer, meninggal dunia pada 1 April 2025 di usia 65 tahun akibat pneumonia.
Baca juga: Pneumonia Masih Mengintai Balita, Ini Pentingnya Vaksinasi PCV
Selain itu, Barbie Hsu, aktris asal China yang melakoni peran Shan Cai dalam drama Meteor Garden juga berpulang pada Februari 2025 di usia 48 tahun. Dia mengalami pneumonia setelah terinfeksi influenza saat berlibur di Jepang.
Sementara di Indonesia, dalam setahun terakhir, kasus pneumonia di Indonesia tercatat melonjak hampir empat kali lipat, termasuk angka kematiannya. Pada 2023, tercatat 330 kasus dengan 52 kematian. Kemudian pada 2024, jumlah kasus melonjak menjadi 1.278 dengan 188 pasien meninggal dunia.
Ali Asdar, dokter spesialis paru dan pernapasan yang bertugas di Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Makkah, memaparkan bahwa pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme, yaitu bakteri, virus, jamur, dan protozoa.
“Pneumonia dapat menimbulkan komplikasi yang memerlukan penanganan tambahan untuk menurunkan kesakitan dan kematian,” kata dokter Ali, berdasarkan pernyataan resminya.
Apabila pneumonia terus berlanjut, menurutnya kondisi ini akan mengalami perburukan seperti efusi pleura, empiema toraks, abses paru, sepsis, syok sepsis, gagal nafas dan acute respiratory distress syndrome (ARDS) serta kematian.
Berdasarkan data BPJS Kesehatan pada 2023, pneumonia menempati peringkat pertama sebagai penyakit dengan biaya pengobatan tertinggi, yaitu Rp 8,7 triliun, diikuti oleh tuberculosis (TB), penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), asma, dan kanker paru.
Sebagai bagian dari transformasi kesehatan, khususnya pada layanan kesehatan primer, pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kesehatan terus berupaya mencegah terjadinya pneumonia melalui berbagai langkah. Salah satunya, upaya pencegahan dengan vaksinasi.
“Namun vaksinasi hanya salah satu bagian kecil dari upaya mengatasi pneumonia. Upaya lainnya adalah memenuhi kualitas gizi, misalnya pada anak-anak supaya kekebalan tubuhnya meningkat, di antaranya dengan memberikan ASI eksklusif serta penyediaan nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang,” ujar Wakil Menteri Kesehatan RI, Dante Saksono Harbuwono, dikutip dari laman resminya.
Efektivitas Vaksin Pneumonia untuk Anak dan Orang Dewasa
Rania Imaniar, Dokter Spesialis Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi RS Pondok Indah Bintaro Jaya memaparkan, vaksin pneumonia adalah salah satu upaya menurunkan risiko seseorang terkena radang paru (pneumonia) akibat infeksi Streptococcus pneumoniae atau bakteri pneumokokus."Peradangan paru bisa berisiko fatal pada anak dan lansia, karenanya perlu upaya pencegahan dengan menerapkan pola hidup sehat dan mendapatkan vaksin," papar Rania.
Meski begitu, katanya, pemberian vaksin ini tidak berarti membuat seseorang terbebas dari risiko mengalami pneumonia. Namun, pemberiannya dapat meringankan gejala dan mencegah risiko terjadinya komplikasi.
Pada dasarnya, vaksin diberikan untuk merangsang daya tahan tubuh agar menciptakan antibodi yang kemudian dapat mengenali kuman, sehingga tidak terinfeksi. Menurutnya prinsip ini juga berlaku untuk melindungi orang yang telah mendapatkan vaksin dari infeksi pneumonia maupun penyakit lain akibat bakteri pneumokokus, termasuk bronkopneumonia dan meningitis, bahkan sepsis.
Berdasarkan tujuan utamanya, vaksin pneumonia diberikan pada beberapa kelompok seperti anak yang berusia kurang dari 5 tahun, lansia, orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh lemah, termasuk mereka yang sedang menjalani kemoterapi, penyandang diabetes, maupun pengidap HIV
Selain itu, mereka yang memiliki kelainan bawaan, terutama penyakit jantung bawaan, penyakit kronis seperti asma, diabetes, dan gagal ginjal kronis, kelainan darah seperti thalasemia dan anemia sel sabit. Selain itu, memiliki riwayat operasi, seperti operasi implan koklea, transplantasi organ, atau pengangkatan limpa, serta orang yang punya kebiasaan merokok.
"Fungsi vaksin ini adalah merangsang tubuh dalam membentuk antibodi untuk mengenali bakteri pneumokokus, sehingga orang yang sudah divaksin lebih mampu melawan bakteri tersebut," tutur Rania.
Terdapat 2 jenis vaksin pneumonia yang tengah beredar, yang sama-sama efektif untuk mencegah infeksi akibat bakteri pneumokokus. Berikut penjelasannya:
- Pneumococcal conjugate vaccine (PCV): Mencegah radang paru-paru yang disebabkan oleh 13-15 jenis bakteri pneumokokus. Diberikan pada bayi, anak-anak, dan orang dewasa yang berisiko terinfeksi.
- Pneumococcal polysaccharide vaccine (PPSV23): Memberikan perlindungan terhadap 23 jenis bakteri penyebab pneumonia. Umumnya diberikan pada perokok aktif, lansia, orang dewasa maupun anak yang berusia lebih dari 2 tahun.
Jadwal Pemberian Vaksin Pneumonia
Anak yang berusia kurang dari 1 tahun akan mendapatkan 3 dosis vaksin pneumonia, dengan jadwal vaksinasi pertama saat anak berusia 2 bulan, kemudian dosis ke-2 saat anak berusia 4 bulan, dan dosis terakhir pada saat anak berusia 6 bulan. Vaksin untuk dosis pengulangan diberikan pada saat anak menginjak usia 12–15 bulan.Orang dewasa akan mendapatkan vaksin pneumonia dalam 2 tahap. Vaksin pneumonia yang pertama diberikan adalah vaksin jenis PCV, sedangkan vaksin pneumonia jenis PPV diberikan dengan jeda waktu 1 tahun setelah pemberian vaksin PCV.
"Sebelum divaksin sebaiknya konsultasi dengan dokter, infokan riwayat kesehatan termasuk obat dan suplemen yang rutin dikonsumsi, alergi, juga apakah ada keluhan dan alasan khusus melakukan vaksin ini," ujar Rania.
Begitupun bagi pasien wanita, apabila sedang merencanakan kehamilan, hamil, maupun menyusui, juga perlu diinformasikan ke dokter saat konsultasi. Riwayat kesehatan keluarga pun harus diinformasikan, terutama menyangkut riwayat alergi dan kelainan perdarahan, maupun autoimun.
Prosedur Pemberian Vaksin Pneumonia
- Pemeriksaan fisik: Biasa dilakukan oleh petugas medis, dengan melakukan pengukuran berat badan, tinggi badan, suhu tubuh, saturasi oksigen, tekanan darah, frekuensi pernapasan, dan detak jantung
- Penyuntikkan vaksin: Setelah hasil pemeriksaan fisik normal dan dinyatakan bisa menerima vaksin, dokter akan mempersiapkan lokasi vaksin yang akan disuntikkan dengan mendisinfeksi menggunakan alcohol swab. Saat sudah kering, barulah dokter menyuntikkan vaksin pneumonia dan kemudian menutupnya menggunakan plester
- Pemantauan pasca Penyuntikan: Setelah disuntik akan dipantau sekitar 15-30 menit untuk memastikan tidak terjadi efek samping yang parah. Jika sudah dinyatakan aman, kita diperbolehkan pulang dan beraktivitas seperti biasa
"Sama seperti pemberian vaksin lainnya, vaksin pneumonia juga dapat menyebabkan beberapa efek samping, mulai dari yang ringan sampai berat," ujar Rania.
Beberapa contoh efek samping yang mungkin terjadi misalnya, demam ringan, nyeri atau sakit, bengkak, dan kemerahan di area penyuntikan vaksin yang akan membaik dalam 2-3 hari setelah vaksin diberikan, menggigil, tidak nafsu makan, nyeri otot atau pegal-pegal, sakit kepala, anafilaksis atau reaksi alergi berat.
"Umumnya efek samping setelah vaksin akan membaik dengan sendirinya dalam waktu 2-3 hari, jika tidak kunjung membaik dalam 3 hari, sebaiknya periksakan diri ke dokter untuk mendapat penanganan lebih lanjut," tutupnya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.