Ilustrasi mata anak (Sumber gambar: Unsplash/Victor Freitas)

Waspada Gangguan Penglihatan pada Anak

05 July 2022   |   17:47 WIB

Annisa Ledyana (11) pernah mempunyai pengalaman tidak menyenangkan dalam dunia akademiknya. Siswi kelas 5 sekolah dasar ini pernah mengalami penurunan prestasi bahkan sampai tidak naik kelas. Suatu hari, Annisa secara tidak sengaja mencoba kacamata minus milik salah seorang anggota keluarganya. Ketika itu, dia merasa penglihatannya menjadi lebih jelas.

Saat itulah gadis kecil ini baru menyadari bahwa dirinya mengalami gangguan refraksi berupa mata minus selama bertahun-tahun. Setelah itulah Annisa menggunakan kacamata, dan akhirnya dia mampu mengembalikan prestasinya dan mengikuti pelajaran dengan baik. 
 

Dampak gangguan refraksi mata pada anak

Dikutip dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 16 Oktober 2016, Menteri Kesehatan saat itu Nila F. Moelok menjelaskan, gangguan refraksi mata pada anak biasanya memang akan berdampak terhadap prestasinya di sekolah. Apalagi penyebab kebutaan terbanyak adalah katarak dan gangguan refraksi. 

Baca juga: 3 Cara Perawatan Kacamata Resep, Wajib Dilakukan Rutin

“Tindakan koreksi terhadap gangguan refraksi ini penting terutama pada anak-anak usia sekolah. Mereka harus melihat dengan baik,” ujarnya. 

Gangguan refraksi sendiri adalah kondisi di mana terjadi kelainan pembiasan cahaya sehingga bayangan tidak fokus tepat di retina mata yang mengakibatkan penglihatan menjadi kabur. Gangguan mata ini bisa berupa rabun dekat, rabun jauh, atau pun silinder. 
 

Penyebab gangguan

Penyebabnya bisa karena faktor genetik dan kebiasaan buruk seperti terlalu dekat menonton televisi, sering bermain gadget, atau membaca sambil tidur-tiduran menjadi penyebab kelainan mata ini. 

Gejala yang sering ditunjukkan penderita ganggaun refraksi adalah kerap menyipitkan mata saat menatap objek dari jarak jauh atau dekat. Menkes menuturkan, bagi anak-anak dengan kelainan refraksi, pemberian kacamata merupakan tindakan koreksi tercepat yang dapat dilakukan untuk mengembalikan penglihatan mereka. 

“Semakin cepat terdeteksi, dan semakin cepat terkoreksi, maka mereka [bisa] terhindar dari kebutaan,” tambahnya. 

Menkes menambahkan, gangguan penglihatan pada anak-anak dengan kelainan refraksi sering menyebabkan mereka tidak bisa diam dan tenang di kelas sehingga kadang disangka gurunya mau menyontek. 

Ada pula anak-anak yang sering kali kedapatan tertidur di bangku belakang kelasnya. Kalau menilik data World Health Organization pada 2006, sebanyak 13 juta dari 153 juta penderita refraksi merupakan anak-anak dengan rentang usia 5-15 tahun. 

Sementara itu, data dari sumber yang sama untuk 2010 menunjukkan 4,25 persen penduduk dunia diperkirakan mengalami gangguan penglihatan dengan rincian 14 persen mengalami kebutaan, sedangkan 86 persen mengalami low vision. Sementara itu, angka kebutaan nasional mengalami peningkatan dari 1,5 persen menjadi 2,4 persen. 

Beberapa daerah bahkan ada yang mencapai 4%. Angka ini masih jauh dari target visi 2020 yang hanya 0,5 persen. 
 

Katarak

Katarak merupakan penyebab utama kebutaan di dunia. Katarak juga dapat terjadi pada bayi dan anak-anak, kendati kemungkinannya sangat kecil. Penyakit ini umumnya ditemukan pada orang-orang lanjut usia dan dikenal sebagai katarak manula. 

Wakil Ketua Komisi Mata Nasional Aldianan Halim mengatakan, untuk kasus katarak, sebagian besar penderitanya di Indonesia berusia minimal 45 tahun. Hal ini sebenarnya tidak bisa dilepaskan dari status Indonesia sebagai negara tropis. 

Pancaran sinar ultraviolet yang lebih banyak akan mempengaruhi daya tangkap mata. Selain akibat pancaran sinar ultraviolet, katarak juga bisa disebabkan oleh pola konsumsi obat di masyarakat. 

Menkes Nila menjelaskan, banyak masyarakat yang mengonsumsi obat di luar anjuran dokter. Katarak umumnya menyerang kedua mata penderita dengan tingkat keparahan yang mungkin berbeda-beda dan tidak bersamaan.

Baca juga: 8 Manfaat Sayur Gambas dari Jaga Kesehatan Mata hingga Cegah Diabetes

Penyakit ini dapat berkembang selama bertahun-tahun dan tanpa terasa oleh penderitanya. Katarak tidak menyebabkan rasa sakit atau iritasi. Penderita biasanya akan mengalami penglihatan yang samar-samar dan berkabut. 

Kemudian akan muncul bintik atau bercak saat penglihatannya kurang jelas. Mengenali gejala serta penanganan yang cepat dan tepat tentu bisa menghindari terjadinya kerusakan yang parah pada penglihatan. Untuk itu, segeralah berkonsultasi ke tenaga kesehatan jika merasakan adanya gangguan penglihatan. 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Kalian Suka Mengedit Foto Selfie? Jangan-jangan Alami Gangguan Kejiwaan Ini

BERIKUTNYA

Jangan Anggap Remeh Risiko Waxing karena Akan Memicu Persoalan Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: