Mengenal Fibrilasi Atrium, si Penyebab Stroke
14 June 2022 |
16:09 WIB
Pernahkah Anda mendengar istilah atrium kedokteran yang digunakan untuk menyebut kelainan pada irama jantung. Meskipun jamak dijumpai, pengetahuan soal gejala ini masih sangat rendah, terutama masyarakat awam.
Pada kesempatan kali ini, Hypeabis.id telah menghimpun informasi seputar hal tersebut dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 14 Agustus 2016. Seperti apa informasi lengkapnya? Yuk ikuti laporan ini.
Selain itu, kelainan irama jantung ini menjadi faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan serangan jantung.
Baca juga: Sindrom Ramsay Hunt yang Diderita Justin Bieber, Apakah Bisa Sembuh Total? Ini Penjelasannya
Ismoyo Sunu, Dokter Spesialis Jantung dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), mengatakan stroke dan jantung merupakan bagian dari penyakit kardiovaskular yang telah menjadi pembunuh nomor satu dunia dengan angka hingga 31%.
“Pada 2012 sekitar 17,5 juta orang di dunia meninggal dunia karena penyakit kardiovakular, yang terdiri dari 42% kematian karena penyakit jantung koroner, dan 38%-nya karena stroke,” tuturnya.
Adapun sejumlah ciri-ciri yang muncul antara lain cepat lelah, irama jantung tak teratur, sesak napas, berdebar, kesulitan mengerjakan pekerjaan sehari-hari, rasa nyeri, dada tertekan dan seperti diikat, pusing, rasa mengambang dan berputar hingga pingsan dan buang air kencing semakin sering.
Hal itu memperlihatkan insiden stroke akibat FA di Indonesia banyak terjadi pada usia produktif, yaitu di bawah usia 60 tahun. “Pasien datang ke RS biasanya sudah dalam keadaan stroke dan setelah diperiksa ternyata disebabkan oleh FA,” tambahnya.
Pada kesempatan kali ini, Hypeabis.id telah menghimpun informasi seputar hal tersebut dari Bisnis Indonesia Weekend edisi 14 Agustus 2016. Seperti apa informasi lengkapnya? Yuk ikuti laporan ini.
Penyebab Stroke
Jika ditilik dari risikonya, gejala detak jantung yang tidak beraturan ini bisa menyebabkan stroke. Fibrilasi atrium (FA) akan menyebabkan darah di jantung membeku hingga berpotensi memicu terjadinya stroke.Selain itu, kelainan irama jantung ini menjadi faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya gagal jantung dan serangan jantung.
Baca juga: Sindrom Ramsay Hunt yang Diderita Justin Bieber, Apakah Bisa Sembuh Total? Ini Penjelasannya
Ismoyo Sunu, Dokter Spesialis Jantung dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI), mengatakan stroke dan jantung merupakan bagian dari penyakit kardiovaskular yang telah menjadi pembunuh nomor satu dunia dengan angka hingga 31%.
“Pada 2012 sekitar 17,5 juta orang di dunia meninggal dunia karena penyakit kardiovakular, yang terdiri dari 42% kematian karena penyakit jantung koroner, dan 38%-nya karena stroke,” tuturnya.
Harus Mengenali Gejala FA
Ismoyo mengatakan, masyarakat umum harus mengenali dengan baik gejala FA agar terhindar dari stroke, gagal jantung ataupun serangan jantung.Adapun sejumlah ciri-ciri yang muncul antara lain cepat lelah, irama jantung tak teratur, sesak napas, berdebar, kesulitan mengerjakan pekerjaan sehari-hari, rasa nyeri, dada tertekan dan seperti diikat, pusing, rasa mengambang dan berputar hingga pingsan dan buang air kencing semakin sering.
Terjadi Peningkatan
Sejumlah data juga menunjukkan, prevalensi penderita FA semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Pada umur 40 tahun-60 tahun prevalensi penderita FA mencapai 0,2?ri total populasi, dan meningkat hingga 15%-40% populasi pada usia 80 tahun.Hal itu memperlihatkan insiden stroke akibat FA di Indonesia banyak terjadi pada usia produktif, yaitu di bawah usia 60 tahun. “Pasien datang ke RS biasanya sudah dalam keadaan stroke dan setelah diperiksa ternyata disebabkan oleh FA,” tambahnya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.