Ilustrasi koper (Sumber gambar: Unsplash/Erwan Hesry)

Perjalanan Seni Hardiman Radjab, Si Seniman Koper

14 June 2022   |   15:26 WIB

Koper tidak sekadar tempat penyimpanan, tetapi di mata seniman Hardiman Radjab, benda tersebut memiliki sejumlah makna. Dari sebuah koper, dia dapat bercerita tentang apa pun. Respons dia terhadap koper ini pernah dipamerkan di Taman Ismail Marzuki, pada 2016.

Kisah mengenai koper dan Hardiman ini pun pernah diulas oleh Bisnis Indonesia Weekend pada edisi 25 September 2016. Seperti apa ceritanya? Yuk simak laporan lengkapnya di bawah ini.  

Sejumlah karya seni instalasi yang mayoritas terbuat dari koper-koper tua tertata rapi belum lama ini menghias ruang pamer Galeri Cipta II, Taman Ismail Marzuki. Koper-koper tua itu akan membawa siapapun yang melihatnya tenggelam menyelami lebih dalam kehidupan manusia khususnya menuju fase-fase akhir.

Pemandangan itu terlihat dalam sebuah pameran bertajuk Curtain Call, Menjadi Renta & Silam, yang memamerkan karya seniman Hardiman Radjab. Pameran yang menghadirkan karya instalasi dan video ini banyak memanfaatkan koper.

Baca juga: Pameran The Theater of Me Tampilkan 30 Tahun Perjalanan Artistik Seniman Agus Suwage

Hardiman lahir di Malang, 13 Juli 1960. Dia adalah lulusan Fakultas Seni Rupa Insitut Kesenian Jakarta (IKJ). Seniman yang satu ini memang sangat identik dengan koper.

Karya berjudul R. i. p (2013) menggambarkan suatu keadaan imajiner di dalam sebuah kuburan. Karya itu berupa sebuah koper yang terbuka yang memperlihatkan sebuah kuburan. Jika kata seram biasanya melekat dengan kuburan, apa yang terlihat di sana justru sebaliknya.

Sosok yang dikubur terbaring di sebuah tempat tidur di bawah tanah. Di sekitarnya pun ada tumpukan koin emas serta televisi untuk hiburan. Sama sekali tak nampak seram.

Bicara kehidupan secara umum, One Way Trip (2016) tampil sebagai sebuah koper yang disulap menjadi semacam gerbong kereta yang tengah berjalan.

Pada karya ini, Hardiman berupaya mengatakan bahwa hidup ibarat bepergian dengan ‘tiket sekali jalan’, tanpa rambu atau sinyal jelas yang mengarahkan. Namun, dengan tujuan ‘menjadi sesuatu’, sinyal dan rambu seolah muncul membantu pandangan untuk menuju jalan.

Tak hanya koper tua yang eksis dalam pameran. Pada karya berjudul It’s Over (2016), tampak sebuah mobil VW Kodok tua dan sebuah televisi tua. Televisi itu menampilkan video selama sang VW Kodok masih ‘hidup’.

Menurut Hardiman, istilah Curtain Call dipilih menjadi tajuk pameran terbarunya karena terusik dengan istilah tersebut pada periode 2004/2005 saat membaca majalah Rolling Stones.

Di sana tertulis rapper Amerika Serikat Eminem berpamitan kepada penggemarnya dan resmi undur diri dari dunia hiburan. Perpisahan itu ditandai dengan peluncuran album Curtain Call.

“Sejak saat itu istilah ini makin mengusik sampai sekarang dan semakin menimbulkan renungan yang dalam,” tuturnya.
 

Tangkapan Layar Bisnis Indonesia Weekend

Tangkapan Layar Bisnis Indonesia Weekend


Secara umum, curtain call merupakan prosesi seniman panggung di akhir pertunjukan. Semacam ucapan terima kasih dan penghormatan kepada penonton. Prosesi ini terjadi setelah ending, artinya ada ending setelah ending.

Sementara itu, sub judul Menjadi Renta dan Silam, berkaitan dengan hari jadi Hardiman ke 56. Usia tersebut merupakan batas akhir masa produktif untuk orang kebanyakan. Saat kecil, seniman ini selalu punya khayalan jangka pendek ke depan.

Misalnya saat duduk di sekolah dasar ingin segera menjadi siswa sekolah menengah pertama, dan seterusnya. Keinginan tersebut selalu update dalam kurun waktu tertentu. Namun, memasuki usia 56, Hardiman merasa ragu untuk mengupdate khayalan tersebut.

Bayangan buruk mulai mendominasi mulai dari gambaran tentang sakit, stroke, raungan sirine ambulans, ruang gawat darurat, hingga kesulitan ekonomi. Dia pun menuangkan renunganrenungannya lewat karya seni.

“Lima sampai 10 tahun ke depan adalah menjadi tua dan renta kemudian silam,” katanya.
 

Isu-isu Horizontal

Kurator pameran Benny Ronald Tahalele menuturkan pada waktu-waktu sebelumnya Hardiman banyak berempati pada isu sosial yang horizontal. Dalam pameran kali ini dia banyak mengangkat religi. Benny menyebutkan ada semacam transisi kesadaran baru pada 56 tahun perjalanan hidup Hardiman.

Baca juga: Dari Asia hingga Eropa, Foto-foto Ini Menggambarkan Kepiluan Pengungsi Mencari 'Rumah Baru'

“Sebuah refleksi tentang satu masa kritis yang harus dilalui, sebuah one way trip, menuju, dan mencapai transformasi pemahaman hidup yang berujung pada kekekalan,” jelasnya. 

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Ditemukan di Afrika Selatan, Waspadai Ciri-Ciri Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5

BERIKUTNYA

Tergiur Investasi Properti, Pelajari Dahulu Data-datanya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: