Ditemukan di Afrika Selatan, Waspadai Ciri-Ciri Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
14 June 2022 |
15:29 WIB
Indonesia kembali menghadapi ancaman varian baru Omicron yang merupakan rentetan dari mutasi virus Corona secara global. Kali ini, diketahui sebagai subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 yang disebut dapat menghindari antibodi yang timbul dari vaksin maupun infeksi Covid-19 sebelumnya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Senin 13 Juni 2022 menyebut sudah ada delapan kasus subvarian Omicron di Indonesia. Terdiri dari tiga kasus impor dan lima transmisi lokal.
Kasus infeksi BA.4 dan BA.5 pertama kali dideteksi di Indonesia pada 6 Juni 2022 sebanyak empat kasus. Terdiri dari satu orang positif BA.4 yaitu WNI dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi sudah dua kali.
Baca juga: Cek Fakta-Fakta Subvarian Omicron BA.4 & BA.5
Sisanya, tiga orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei.
Bicara mengenai asal usul varian ini, BA.4 pertama kali terdeteksi dari spesimen yang dikumpulkan pada 10 Januari 2022 di Limpopo, Afrika Selatan. Sejak itu, subvarian ini terdeteksi di semua provinsi Afrika Selatan.
Sementara BA.5 pertama kali terdeteksi dari sampel yang dikumpulkan pada 25 Februari 2022 di KwaZulu-Natal, Afrika Selatan dan menyebar ke provinsi lain.
Laporan para peneliti di Afrika Selatan ke database Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), persentase penyebarab BA.4 meningkat signifikan dari 1 persen pada Januari 2022 menjadi lebih dari 35 persen pada 29 April 2022. Sementara persentase penyebaran BA.5 mencapai 20 persen pada akhir April.
Pertumbuhan ini dapat menunjukkan bahwa subvarian Omicron tersebut lebih menular dari pada induknya, Omicron. Namun ada pula yang berpendapat bahwa infeksi tersebut akibat berkurangnya kekebalan dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.
Mengutip The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), selain di Afrika, BA.4 juga telah terdeteksi di Austria, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Denmark. Untuk BA.5 telah terdeteksi di Jerman, Portugal, Inggris, dan AS.
Sementara itu, BA.4 dan BA.5 memiliki banyak mutasi dari varian Omicron, tetapi keduanya lebih mirip dengan varian BA.2. Kedua subvarian tersebut juga memiliki sejumlah mutasi tambahan, beberapa di antaranya dapat mengubah karakteristik mereka.
Kedua varian baru membawa mutasi L452R , yang sebelumnya juga terdeteksi pada varian Delta. Mutasi ini diperkirakan membuat virus lebih menular dengan meningkatkan kemampuan virus untuk menempel pada sel manusia. Mutasi L452R dapat membantunya untuk menghindari penghancuran sebagian oleh sel-sel kekebalan.
Baca juga: Begini Gejala Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 juga memiliki perubahan genetik yang disebut mutasi F486V, di dekat tempat protein lonjakan mereka dalam mengikat sel manusia. Ini dapat membantu mereka menghindari sebagian respon imun kita.
Berbeda dengan varian BA.2, sebagian besar urutan BA.4 dan BA.5 juga mengandung perubahan genetik yang mempengaruhi pembacaan tes PCR, yang mengarah ke fenomena yang disebut putusnya gen S.
Terkait gejala, mengutip laman National Institute for Communicable Disease, gejalanya serupa seperti varian Omicron. Sementara itu, vaksinasi sejauh ini masih efektif untuk mencegah gejala parah yang ditimbulkan oleh subvarian Omicron ini.
Editor: Fajar Sidik
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dalam konferensi pers di Kantor Presiden, Senin 13 Juni 2022 menyebut sudah ada delapan kasus subvarian Omicron di Indonesia. Terdiri dari tiga kasus impor dan lima transmisi lokal.
Kasus infeksi BA.4 dan BA.5 pertama kali dideteksi di Indonesia pada 6 Juni 2022 sebanyak empat kasus. Terdiri dari satu orang positif BA.4 yaitu WNI dengan kondisi klinis tidak bergejala serta vaksinasi sudah dua kali.
Baca juga: Cek Fakta-Fakta Subvarian Omicron BA.4 & BA.5
Sisanya, tiga orang kasus positif BA.5. Mereka merupakan pelaku perjalanan luar negeri delegasi pertemuan the Global Platform for Disaster Risk Reduction di Bali pada 23 sampai 28 Mei.
Bicara mengenai asal usul varian ini, BA.4 pertama kali terdeteksi dari spesimen yang dikumpulkan pada 10 Januari 2022 di Limpopo, Afrika Selatan. Sejak itu, subvarian ini terdeteksi di semua provinsi Afrika Selatan.
Sementara BA.5 pertama kali terdeteksi dari sampel yang dikumpulkan pada 25 Februari 2022 di KwaZulu-Natal, Afrika Selatan dan menyebar ke provinsi lain.
Laporan para peneliti di Afrika Selatan ke database Global Initiative on Sharing All Influenza Data (GISAID), persentase penyebarab BA.4 meningkat signifikan dari 1 persen pada Januari 2022 menjadi lebih dari 35 persen pada 29 April 2022. Sementara persentase penyebaran BA.5 mencapai 20 persen pada akhir April.
Pertumbuhan ini dapat menunjukkan bahwa subvarian Omicron tersebut lebih menular dari pada induknya, Omicron. Namun ada pula yang berpendapat bahwa infeksi tersebut akibat berkurangnya kekebalan dari infeksi atau vaksinasi sebelumnya.
Mengutip The Global Alliance for Vaccines and Immunisation (GAVI), selain di Afrika, BA.4 juga telah terdeteksi di Austria, Inggris, Amerika Serikat (AS), dan Denmark. Untuk BA.5 telah terdeteksi di Jerman, Portugal, Inggris, dan AS.
Sementara itu, BA.4 dan BA.5 memiliki banyak mutasi dari varian Omicron, tetapi keduanya lebih mirip dengan varian BA.2. Kedua subvarian tersebut juga memiliki sejumlah mutasi tambahan, beberapa di antaranya dapat mengubah karakteristik mereka.
Kedua varian baru membawa mutasi L452R , yang sebelumnya juga terdeteksi pada varian Delta. Mutasi ini diperkirakan membuat virus lebih menular dengan meningkatkan kemampuan virus untuk menempel pada sel manusia. Mutasi L452R dapat membantunya untuk menghindari penghancuran sebagian oleh sel-sel kekebalan.
Baca juga: Begini Gejala Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5
Subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 juga memiliki perubahan genetik yang disebut mutasi F486V, di dekat tempat protein lonjakan mereka dalam mengikat sel manusia. Ini dapat membantu mereka menghindari sebagian respon imun kita.
Berbeda dengan varian BA.2, sebagian besar urutan BA.4 dan BA.5 juga mengandung perubahan genetik yang mempengaruhi pembacaan tes PCR, yang mengarah ke fenomena yang disebut putusnya gen S.
Terkait gejala, mengutip laman National Institute for Communicable Disease, gejalanya serupa seperti varian Omicron. Sementara itu, vaksinasi sejauh ini masih efektif untuk mencegah gejala parah yang ditimbulkan oleh subvarian Omicron ini.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.