Ilustrasi tanaman padi (Sumber gambar: Unsplash/PhotographyCourse)

Rekomendasi Traveling: Menyaksikan Prosesi Seren Taun di Banten

14 June 2022   |   15:05 WIB

Bagi masyarakat agraris, panen berlimpah adalah hal yang harus dirayakan. Tidak sekadar untuk bersuka cita, perayaan ini juga sebagai bentuk rasa syukur kepada Yang Maha Kuasa. Hal inilah yang terwujud dalam acara Seren Taun di Lebak, Banten. 

Bisnis Indonesia Weekend edisi 25 September 2016 pernah menurunkan laporan tentang keriuhan prosesi tersebut. Di mana dalam laporan itu diulas pula soal kemungkinan dampak negatif dari perayaan tersebut. Seperti apa ritual itu dilaksanakan? Simak laporan berikut ini. 

Minggu, akhir Agustus 2016, lebih kurang pukul 09.00 wib, puluhan petani bersiap-siap sejak pagi. Mereka telah menyiapkan puluhan pikul padi yang akan diarak ke leuit adat, atau lumbung padi milik adat, sebagai bagian dari puncak upacara Seren Taun di Kasepuhan Cisungsang, Lebak, Banten. 

Baca juga: Rekomendasi Traveling: Sensasi Berjumpa dengan Hiu Tutul di Teluk Cendrawasih Papua

Rombongan pemain angklung buhun, dogdog lojor, rengkong, para penari, pelantun tembang dan puji-pujian yang sekaligus perapal doa telah bersiap di sisi leuit adat. 

Mereka berperan penting dalam upacara ini, karena hampir di sepanjang upacara, suara tetabuhan dan tari-tarian tidak pernah berhenti. Juga rapalan doa-doa. Ribuan warga memadati kompleks Imah Gede Kasepuhan Cisungsang. Mereka bersiap menyaksikan prosesi upacara puncak Seren Taun, yang berlangsung hanya setahun sekali. 

Seren Taun adalah upacara adat yang melambangkan rasa syukur atas berkah panen padi yang melimpah. Upacara ini sekaligus pertanda harapan untuk hasil panen yang lebih baik lagi di musim tanam berikutnya. Upacara berjalan lancar dan khidmat. Pagi itu cuaca cerah, meskipun malam sebelumnya hujan turun cukup deras. 

Berkah bagi warga yang menyelenggarakan upacara adat berusia ratusan tahun ini. Padi menjadi bintang tamu utama dalam upacara ini. Padi dihias, dipikul, dan diarak. Petani bersuka cita membawa sebagian dari hasil panen mereka untuk disimpan di leuit adat. 
 

Tangkapan Layar Bisnis Indonesia Weekend

Tangkapan Layar Bisnis Indonesia Weekend


Prosesi nampikeun pare ka leuit, atau menyimpan padi ke lumbung, berlangsung sangat sakral, karena prosesi inilah yang menjadi jantung dari upacara adat ini. Hampir tak ada suara lain selain syair pujipujian dan doa yang mengalun mendayu-dayu. Padi telah lama menjadi bagian sentral dalam kehidupan warga Banten.
 

Digelar Sejak 700 Tahun Lalu

Terekam dalam sejarah, upacara Seren Taun telah dilakukan sejak 700 tahun lalu. Diakui atau tidak, hingga saat ini produksi padi di wilayah Banten selalu surplus, bahkan seringkali melebihi target produksi padi nasional. Khusus di wilayah adat Kasepuhan Cisungsang, warga masyarakat terus berupaya menjaga kearifan lokal dengan hanya menanam padi varietas lokal. 

Mereka menjaga tradisi yang diwariskan turun temurun untuk melestarikan padi lokal, dan menolak bibit padi pabrikan. Hampir setiap rumah petani di Kasepuhan Cisungsang dilengkapi dengan bangunan leuit yang berada tak jauh dari bangunan rumah utama. Leuit dimanfaatkan untuk menyimpan hasil panen untuk dikonsumsi secara bertahap hingga masa panen berikutnya tiba. 

Oleh Pemerintah Provinsi Banten, tradisi masyarakat ini kemudian diangkat menjadi salah satu tujuan wisata budaya andalan. Pemerintah menyalurkan dana hibah agar upacara ini dapat terus berlangsung setiap tahun, dan dapat menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung. 

Pemerintah juga telah menyiapkan infrastruktur pendukung berupa jalan mulus beraspal hingga ke Cisungsang, sehingga memudahkan akses warga maupun wisatawan yang datang dari luar daerah. 

Dampak Negatif

Mengangkat upacara adat menjadi obyek wisata memang berdampak besar, Sayangnya, dampak yang muncul tidak seluruhnya baik. Persiapan yang matang, serta pelibatan warga secara aktif, akan meminimalkan dampak buruk yang mungkin timbul akibat membludaknya kunjungan wisatawan ke tempat upacara. 

Ketua Adat Kasepuhan Cisungsang Abah Usep Suyatma mencontohkan salah satu dampak negatif akibat kunjungan ribuan wisatawan yang tak henti-hentinya memadati kawasan Imah Gede, yakni kelelahan warga dan penyelenggara upacara. Sejak dahulu kala, sudah menjadi tradisi turun temurun bahwa sepanjang prosesi upacara Seren Taun yang berlangsung selama tujuh hari tujuh malam. 

Penyelenggara akan selalu menjamu setiap tamu yang datang berkunjung. Tamu dipersilakan datang ke Imah Gede, beristirahat dan menyantap makan dan minum yang disediakan secara gratis. Ketika upacara Seren Taun hanya diikuti oleh warga Kasepuhan Cisungsang, jumlah tamu tak seberapa banyak. 

Namun, ketika upacara ini sudah sedemikian populer, ribuan orang datang setiap hari. Panitia kewalahan menyiapkan hidangan, juga keberatan menanggung beban finansial untuk menjamu sekian banyak orang. Tak hanya itu, penataan tempat di sekitar kompleks Imah Gede juga masih menjadi pekerjaan rumah yang harus dibenahi. 

Pengunjung sulit mencari tempat parkir, karena area di sekitar kompleks tempat upacara berlangsung penuh sesak oleh pedagang yang memasang tenda-tenda dagangan yang tidak ditata secara teratur. Pun, sulit bagi pengunjung menemukan barang kerajinan khas Banten seperti kain tenun tradisional, batik, barang-barang kerajinan ataupun makanan khas. 

Sebab hampir semua lapak diisi oleh barang-barang dagangan ala pasar tumpah. Jika pemerintah memang ingin memperkenalkan Seren Taun sebagai warisan budaya, maka ada baiknya melibatkan warga lebih jauh lagi untuk menyusun paket wisata lengkap mencakup semua aspek kehidupan warga yang begitu dekat dengan pertanian sebagai sumber mata pencaharian mereka. 

Baca juga: Mopah hingga Ngloram, Intip 7 Bandara Indonesia dengan Desain Arsitektur Unik

Akan menyenangkan bila wisatawan dapat merasakan paket lengkap: menginap di guest house yang dikelola oleh warga, belajar mengenal sistem pertanian lokal warga, mengikuti upacara Seren Taun, lalu pulang membawa buah tangan berupa beras lokal yang ditanam dan dijual sendiri oleh warga.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Begini Cara Merebus Daging Sapi Agar Cepat Empuk & Tidak Bau

BERIKUTNYA

Line Today Stop Operasi di Indonesia Mulai 6 Juli 2022, Ini Alasannya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: