Berarung Jeram Asyik di Sungai Citarik
13 June 2022 |
16:34 WIB
Liburan singkat di sela-sela rutinitas yang padat dapat kalian lakukan dengan mengunjungi destinasi yang tidak jauh dari tempat tinggal. Bagi yang berdomisili di Ibu Kota Jakarta dan daerah penyangga sekitarnya, Sungai Citarik di Sukabumi mungkin dapat menjadi pilihan berlibur.
Untuk mencapai destinasi wisata yang terletak di Provinsi Jawa Barat itu, waktu yang dibutuhkan dari pusat Jakarta hanya kurang lebih sekitar 4 jam perjalanan. Salah satu aktivitas menarik yang dapat dilakukan di Sungai Citarik tentu saja, arung jeram.
Perjalanan selama 4 jam itu pula yang saya lalui untuk menuju Kampung Lebak Wangi, Cijambe, Cikidang, Sukabumi. Saat memasuki tempat yang dituju, panasnya Jakarta terganti menjadi hawa sejuk serta pemandangan hijau yang indah.
Dalam rangka berlibur bersama pada Mei 2015 lalu, tujuan kami kala itu adalah sebuah penginapan bernama Caldera Indonesia yang menjadi tempat bermalam sebelum memulai aktivitas berarung jeram esok hari. Penginapan yang berdiri di atas lahan seluas lebih dari 7 ha ini tepat berada di tepi Sungai Citarik.
Baca juga: Viral Lokasi Syuting KKN di Desa Penari Jadi Destinasi Asyik Buat Berlibur
Sungai Citarik dikenal sebagai sungai berarus deras yang kerap menjadi tujuan favorit pegiat olah raga arung jeram. Nama Citarik sendiri berasal dari Bahasa Sunda yang berarti Air Deras. Jika ditelusuri hingga ke bagian hilir, perjalanan Sungai Citarik akan berhenti di Pelabuhan Ratu, selatan Pulau Jawa.
Kami menempuh rute arung jeram di Sungai Citarik sepanjang 9 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Bagi sebagian kami yang boleh dikatakan awam terhadap arung jeram, mengikuti pengarahan dari pemandu sudah menjadi keharusan. Setelah pemandu memberikan pengarahan tentang medan yang akan dilalui, kami pun bergerak menuju pinggiran sungai.
Salah satu hal yang wajib diperhatikan adalah fokus pada arahan pemandu dalam menjalankan perahu karet yang digunakan. Cuaca yang baik sepertinya mendukung perjalanan kami siang itu.
Pada 60 menit pertama, sensasi arus Sungai Citarik terasa bersahabat. Batu-batu terjal juga tidak menjadi kendala perjalanan bagian pertama kami. Pohon-pohon tumbuh merambat di sepanjang sisi sungai menemani perjalanan kami.
Saat perahu tiba di bagian sungai yang berarus tenang, kami pun memutuskan untuk turun dari perahu dan merasakan langsung air Citarik yang dingin. Awalnya pemandu tidak mengizinkan kami karena khawatir dengan keadaan bawah sungai yang cukup dalam serta banyaknya batu bertebaran. Namun, akhirnya kami diperbolehkan berenang setelah berada di area sungai yang benar-benar aman.
Sungai Citarik yang dikenal juga dengan keasriannya memang terbukti. Tidak banyak sampah yang kami temui. Hanya batu berlumut, tumbuhan yang merambat, dan serangga-serangga kecil yang hidup baik di sekitar sungai, di atas batu, maupun di pepohonan.
Rasanya kami masih ingin menikmati sensasi air sungai ini, tetapi pemandu mulai memberikan peringatan agar kami kembali ke perahu dan melanjutkan perjalanan.
Satu jam berlalu. Sampailah kami di tempat peristirahatan. Di sana, beberapa perahu terlihat sedang dipompa ulang. Hal ini dilakukan guna menjaga kondisi perahu agar tetap baik sehingga dapat sampai di garis akhir dengan tepat dan selamat.
Tak lama beristirahat, kami melanjutkan perjalanan berarungjeram. Kami diingatkan agar tetap menjaga kosentrasi dalam perjalanan. Ternyata, arus dan medan sungai pada bagian kedua perjalanan ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Banyak bebatuan besar dan menjulang yang kami temui di sepanjang aliran sungai.
Bahkan, perahu kami sempat ’berakrobat’ hingga berada tepat di atas batuan yang menjulang di bagian atas sungai. Pada posisi begitu, pemandu meminta kami memosisikan badan searah dengan perahu agar tidak terjatuh ke sungai yang berbatu dan berarus cukup deras.
Baca juga: Yuk Kunjungi 5 Tempat Wisata Gratis di Jakarta
Terlepas dari ’drama’ batuan yang menjulang, kami berhadapan dengan ’drama’ lainnya. Pada badan sungai yang cukup sempit, perahu kami tertabrak oleh perahu lain. Perahu yang menabrak pun oleng dan membentur batu sekitarnya. Untungnya situasi terkendali dan tidak terjadi apa-apa.
Pemandu meminta kami lebih berhati-hati. Perjalanan yang cukup menegangkan, tetapi menyenangkan di sungai citarik berakhir.
Kami pun kembali ke penginapan untuk membersihkan diri dan beristirahat. Sampai di penginapan, hujan turun cukup deras. Sebetulnya, arung jeram pada kondisi hujan akan lebih mengasyikan karena lebiih menantang.
Caldera sendiri menyediakan beragam paket untuk arung jeram. Tidak tanggung-tanggung, anak-anak usia empat hingga sembilan tahun pun bisa menikmati sensasi berarung jeram karena perusahaan ini menyediakan paket arung jeram untuk anak-anak bernama Baby Salamander.
Jarak tempuhnya hanya 5 kilometer. Ada pula paket-paket lainnya dengan jarak tempuh beragam mulai dari 9 km, 11 km, hingga 17 km. Maka, tidak perlu khawatir jika Anda termasuk awam dalam berarung jeram. Balita pun bisa berarung jeram dengan aman dan senang di Sungai Citarik.
Catatan redaksi: Artikel diolah dari laporan Bisnis Indonesia Minggu edisi 15 Mei 2015.
Editor: Fajar Sidik
Untuk mencapai destinasi wisata yang terletak di Provinsi Jawa Barat itu, waktu yang dibutuhkan dari pusat Jakarta hanya kurang lebih sekitar 4 jam perjalanan. Salah satu aktivitas menarik yang dapat dilakukan di Sungai Citarik tentu saja, arung jeram.
Perjalanan selama 4 jam itu pula yang saya lalui untuk menuju Kampung Lebak Wangi, Cijambe, Cikidang, Sukabumi. Saat memasuki tempat yang dituju, panasnya Jakarta terganti menjadi hawa sejuk serta pemandangan hijau yang indah.
Dalam rangka berlibur bersama pada Mei 2015 lalu, tujuan kami kala itu adalah sebuah penginapan bernama Caldera Indonesia yang menjadi tempat bermalam sebelum memulai aktivitas berarung jeram esok hari. Penginapan yang berdiri di atas lahan seluas lebih dari 7 ha ini tepat berada di tepi Sungai Citarik.
Baca juga: Viral Lokasi Syuting KKN di Desa Penari Jadi Destinasi Asyik Buat Berlibur
Sungai Citarik dikenal sebagai sungai berarus deras yang kerap menjadi tujuan favorit pegiat olah raga arung jeram. Nama Citarik sendiri berasal dari Bahasa Sunda yang berarti Air Deras. Jika ditelusuri hingga ke bagian hilir, perjalanan Sungai Citarik akan berhenti di Pelabuhan Ratu, selatan Pulau Jawa.
Kami menempuh rute arung jeram di Sungai Citarik sepanjang 9 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 2 jam. Bagi sebagian kami yang boleh dikatakan awam terhadap arung jeram, mengikuti pengarahan dari pemandu sudah menjadi keharusan. Setelah pemandu memberikan pengarahan tentang medan yang akan dilalui, kami pun bergerak menuju pinggiran sungai.
Salah satu hal yang wajib diperhatikan adalah fokus pada arahan pemandu dalam menjalankan perahu karet yang digunakan. Cuaca yang baik sepertinya mendukung perjalanan kami siang itu.
Pada 60 menit pertama, sensasi arus Sungai Citarik terasa bersahabat. Batu-batu terjal juga tidak menjadi kendala perjalanan bagian pertama kami. Pohon-pohon tumbuh merambat di sepanjang sisi sungai menemani perjalanan kami.
Saat perahu tiba di bagian sungai yang berarus tenang, kami pun memutuskan untuk turun dari perahu dan merasakan langsung air Citarik yang dingin. Awalnya pemandu tidak mengizinkan kami karena khawatir dengan keadaan bawah sungai yang cukup dalam serta banyaknya batu bertebaran. Namun, akhirnya kami diperbolehkan berenang setelah berada di area sungai yang benar-benar aman.
Sungai Citarik yang dikenal juga dengan keasriannya memang terbukti. Tidak banyak sampah yang kami temui. Hanya batu berlumut, tumbuhan yang merambat, dan serangga-serangga kecil yang hidup baik di sekitar sungai, di atas batu, maupun di pepohonan.
Rasanya kami masih ingin menikmati sensasi air sungai ini, tetapi pemandu mulai memberikan peringatan agar kami kembali ke perahu dan melanjutkan perjalanan.
Arung jeram di Sungai Citarik, Sukabumi (JIBI)
Satu jam berlalu. Sampailah kami di tempat peristirahatan. Di sana, beberapa perahu terlihat sedang dipompa ulang. Hal ini dilakukan guna menjaga kondisi perahu agar tetap baik sehingga dapat sampai di garis akhir dengan tepat dan selamat.
Tak lama beristirahat, kami melanjutkan perjalanan berarungjeram. Kami diingatkan agar tetap menjaga kosentrasi dalam perjalanan. Ternyata, arus dan medan sungai pada bagian kedua perjalanan ini sedikit berbeda dengan sebelumnya. Banyak bebatuan besar dan menjulang yang kami temui di sepanjang aliran sungai.
Bahkan, perahu kami sempat ’berakrobat’ hingga berada tepat di atas batuan yang menjulang di bagian atas sungai. Pada posisi begitu, pemandu meminta kami memosisikan badan searah dengan perahu agar tidak terjatuh ke sungai yang berbatu dan berarus cukup deras.
Baca juga: Yuk Kunjungi 5 Tempat Wisata Gratis di Jakarta
Terlepas dari ’drama’ batuan yang menjulang, kami berhadapan dengan ’drama’ lainnya. Pada badan sungai yang cukup sempit, perahu kami tertabrak oleh perahu lain. Perahu yang menabrak pun oleng dan membentur batu sekitarnya. Untungnya situasi terkendali dan tidak terjadi apa-apa.
Pemandu meminta kami lebih berhati-hati. Perjalanan yang cukup menegangkan, tetapi menyenangkan di sungai citarik berakhir.
Kami pun kembali ke penginapan untuk membersihkan diri dan beristirahat. Sampai di penginapan, hujan turun cukup deras. Sebetulnya, arung jeram pada kondisi hujan akan lebih mengasyikan karena lebiih menantang.
Caldera sendiri menyediakan beragam paket untuk arung jeram. Tidak tanggung-tanggung, anak-anak usia empat hingga sembilan tahun pun bisa menikmati sensasi berarung jeram karena perusahaan ini menyediakan paket arung jeram untuk anak-anak bernama Baby Salamander.
Jarak tempuhnya hanya 5 kilometer. Ada pula paket-paket lainnya dengan jarak tempuh beragam mulai dari 9 km, 11 km, hingga 17 km. Maka, tidak perlu khawatir jika Anda termasuk awam dalam berarung jeram. Balita pun bisa berarung jeram dengan aman dan senang di Sungai Citarik.
Catatan redaksi: Artikel diolah dari laporan Bisnis Indonesia Minggu edisi 15 Mei 2015.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.