Aktivitas Berkebun Punya Ragam Manfaat untuk Tumbuh Kembang Anak
01 June 2022 |
22:39 WIB
Di era perkembangan teknologi dan informasi, aktivitas berkebun di rumah kian sulit dijumpai. Mobilitas tinggi dan waktu yang semakin sedikit di rumah membuat kegiatan ini enggan disentuh lagi. Bahkan jika memiliki waktu luang, banyak orang lebih memilih traveling bersama keluarga ketimbang menghabiskan waktu di pekarangan rumah.
Terlepas dari realita di atas, aktivitas berkebun sejatinya memiliki banyak manfaat, termasuk saat anda mengajak buah hati Anda ikut beraktivitas di pekarangan.
Bagi anak, aktivitas berkebun sangat menyenangkan karena dapat bermain dan mengenal hal baru di lingkungannya. Tak hanya itu, interaksi dengan alam juga mengajarkan anak tentang ilmu pengetahuan dan pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
Baca juga: Bunda, Lakukan 5 Hal Ini saat Anak Mulai Coba-Coba Bersolek
Meskipun terlihat sederhana, beberapa studi membuktikan bahwa kegiatan berkebun memang terbukti dapat memacu aktivitas fisik motorik anak, yaitu perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.
Kendati demikian, perkembangan fisik motorik adalah bagian penting dan memegang peranan utama untuk membentuk gerak lentur tubuh anak, serta penting untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari yang membutuhkan gerakan tangan, kaki bahwa dan seluruh anggota badan.
Sebuah penelitian juga pernah dilakukan oleh Tiara Ratnasari dan kawan-kawan di Universitas Sebelas Maret. Tiara melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh aktivitas berkebun terhadap fisik motorik anak usia 5-6 tahun.
Penelitian kuantitatif ini menggunakan sampel 29 anak usia 5-6 tahun di salah satu taman kanak-kanak. Selama penelitian, anak-anak melakukan aktivitas berkebun seperti menggunakan beragam media tanam seperti hidrogel, tanah, pupuk, peralatan berkebun hingga melakukan penanaman langsung di tanah.
Dari hasil pretest pertama sampai posttest keempat membuktikan adanya peningkatan yang stabil dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan kegiatan berkebun terhadap perkembangan fisik motorik anak.
“Sekolah hendaknya melakukan evaluasi pembelajaran di kelas sehingga ketika ada permasalahan dapat segera diatasi,” kata Tiara seperti dikutip dari jurnal penelitiannya.
Sementara untuk orang tua, pada saat di rumah anak-anak juga sebaiknya dibiasakan untuk berkebun bersama agar fisik motorik anak berkembang dengan baik pula. “Anak akan lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah bersama orang tua, sehingga peran orang tua sangat berarti
dalam mengembangkan fisik motorik anak,” ujarnya.
Dalam penelitiannya, Muninggar mengatakan, masa pertumbuhan anak memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh sebab itu, perlu penyesuaian kegiatan dan peralatan berkebun sesuai dengan kebutuhan anak.
Berbeda dengan kebutuhan berkebun orang dewasa, berkebun dengan anak harus dibuat semenyenangkan mungkin dengan alternatif kegiatan yang tidak membuatnya cepat jenuh dan bosan. Adanya kebutuhan tersebut memunculkan peluang baru dalam merancang bentukan produk serta solusi kreatif yang dapat mengakomodasi kegiatan berkebun anak, khususnya dalam rentang usia 4-6 tahun.
Penelitian Muninggar ini fokus pada jenis produk yang dapat menjawab kebutuhan anak usia 4 hingga 6 tahun melalui kegiatan berkebun yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pada usianya. Produk rancangan diarahkan untuk memberi stimulasi yang tepat dalam perkembangan diri anak sesuai usianya dan memberikan pengalaman baru dalam berkebun.
Sementara itu, jadwal penyiraman, pembersihan gulma dan pemupukan juga perlu disediakan dengan tampilan yang mudah dipahami anak. Orang tua juga berperan dalam mengingatkan jadwal atau memberi penghargaan kepada anak atas usaha yang dilakukannya selama merawat tanamannya.
Baca juga: Sebelum Anak Kembali ke Sekolah, Yuk Siapkan Fisik dan Mentalnya
Ketika masa panen, tambanhya, sebaiknya anak dibiarkan memanen sendiri. Dengan demikian anak juga belajar bersabar, bertanggung jawab, dan belajar menghargai proses. “Bahkan saat tanamannya mati, mereka juga belajar untuk menerima kehilangan. Hal ini baik untuk membangun emosinya,” kata Muninggar.
Editor: Dika Irawan
Terlepas dari realita di atas, aktivitas berkebun sejatinya memiliki banyak manfaat, termasuk saat anda mengajak buah hati Anda ikut beraktivitas di pekarangan.
Bagi anak, aktivitas berkebun sangat menyenangkan karena dapat bermain dan mengenal hal baru di lingkungannya. Tak hanya itu, interaksi dengan alam juga mengajarkan anak tentang ilmu pengetahuan dan pentingnya menjaga lingkungan sekitar.
Baca juga: Bunda, Lakukan 5 Hal Ini saat Anak Mulai Coba-Coba Bersolek
Meskipun terlihat sederhana, beberapa studi membuktikan bahwa kegiatan berkebun memang terbukti dapat memacu aktivitas fisik motorik anak, yaitu perkembangan jasmaniah melalui kegiatan pusat saraf, urat saraf, dan otot yang terkoordinasi.
Kendati demikian, perkembangan fisik motorik adalah bagian penting dan memegang peranan utama untuk membentuk gerak lentur tubuh anak, serta penting untuk melaksanakan kegiatan sehari-hari yang membutuhkan gerakan tangan, kaki bahwa dan seluruh anggota badan.
Manfaat berkebun untuk Anak
Seperti dikutip dari Bisnis Indonesia Weekly edisi November 2017, buku karya F Betlestone berjudul Strategi Pembelajaran untuk Melesatkan Kreativitas Siswa menuliskan bahwa kegiatan berkebun dapat memberikan kesempatan kepada anak untuk melakukan aktivitas fisik, pelepasan energi fisik serta lebih menonjolkan gerakan-gerakan fisik.Sebuah penelitian juga pernah dilakukan oleh Tiara Ratnasari dan kawan-kawan di Universitas Sebelas Maret. Tiara melakukan penelitian untuk mengetahui pengaruh aktivitas berkebun terhadap fisik motorik anak usia 5-6 tahun.
Penelitian kuantitatif ini menggunakan sampel 29 anak usia 5-6 tahun di salah satu taman kanak-kanak. Selama penelitian, anak-anak melakukan aktivitas berkebun seperti menggunakan beragam media tanam seperti hidrogel, tanah, pupuk, peralatan berkebun hingga melakukan penanaman langsung di tanah.
Dari hasil pretest pertama sampai posttest keempat membuktikan adanya peningkatan yang stabil dan dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penerapan kegiatan berkebun terhadap perkembangan fisik motorik anak.
Peran orang tua & sekolah
Untuk itu, Tiara menyarankan bagi sekolah sebaiknya melakukan pembaharuan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan kegiatan berkebun dan menanam serta merawat hingga memetik tanaman segar sehingga fisik motorik anak dapat berkembang dengan baik.“Sekolah hendaknya melakukan evaluasi pembelajaran di kelas sehingga ketika ada permasalahan dapat segera diatasi,” kata Tiara seperti dikutip dari jurnal penelitiannya.
Sementara untuk orang tua, pada saat di rumah anak-anak juga sebaiknya dibiasakan untuk berkebun bersama agar fisik motorik anak berkembang dengan baik pula. “Anak akan lebih banyak
menghabiskan waktu di rumah bersama orang tua, sehingga peran orang tua sangat berarti
dalam mengembangkan fisik motorik anak,” ujarnya.
Perlu penyesuaian
Di lain sisi, Muninggar Herdianing dalam Jurnal Tingkat Sarjana Senirupa dan Desain Institut Teknologi Bandung meneliti tentang penyesuaian alat berkebun yang digunakan anak untuk memaksimalkan manfaat yang bisa diperoleh.Dalam penelitiannya, Muninggar mengatakan, masa pertumbuhan anak memiliki karakteristik yang berbeda. Oleh sebab itu, perlu penyesuaian kegiatan dan peralatan berkebun sesuai dengan kebutuhan anak.
Berbeda dengan kebutuhan berkebun orang dewasa, berkebun dengan anak harus dibuat semenyenangkan mungkin dengan alternatif kegiatan yang tidak membuatnya cepat jenuh dan bosan. Adanya kebutuhan tersebut memunculkan peluang baru dalam merancang bentukan produk serta solusi kreatif yang dapat mengakomodasi kegiatan berkebun anak, khususnya dalam rentang usia 4-6 tahun.
Penelitian Muninggar ini fokus pada jenis produk yang dapat menjawab kebutuhan anak usia 4 hingga 6 tahun melalui kegiatan berkebun yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan pada usianya. Produk rancangan diarahkan untuk memberi stimulasi yang tepat dalam perkembangan diri anak sesuai usianya dan memberikan pengalaman baru dalam berkebun.
Cara penanaman
Menurut Muninggar, anak usia di atas 3 hingga 5 tahun sudah bisa diajarkan untuk menanam sendiri. Alternatif jenis tanaman yang baik untuk anak adalah yang cepat tumbuh dan menghasilkan, seperti tomat dan wortel, yakni sekitar 1 sampai 3 bulan sejak masa tanam hingga masa panen.Sementara itu, jadwal penyiraman, pembersihan gulma dan pemupukan juga perlu disediakan dengan tampilan yang mudah dipahami anak. Orang tua juga berperan dalam mengingatkan jadwal atau memberi penghargaan kepada anak atas usaha yang dilakukannya selama merawat tanamannya.
Baca juga: Sebelum Anak Kembali ke Sekolah, Yuk Siapkan Fisik dan Mentalnya
Ketika masa panen, tambanhya, sebaiknya anak dibiarkan memanen sendiri. Dengan demikian anak juga belajar bersabar, bertanggung jawab, dan belajar menghargai proses. “Bahkan saat tanamannya mati, mereka juga belajar untuk menerima kehilangan. Hal ini baik untuk membangun emosinya,” kata Muninggar.
Editor: Dika Irawan
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.