Ilustrasi Jepang (Unsplash/ Moujib Aghrout)

Sejarah Menunjukkan Ternyata Bangsa Jepang Juga Pernah Lelet & Pemalas

21 May 2022   |   12:53 WIB
Image
Dika Irawan Asisten Konten Manajer Hypeabis.id

Di antara kita mungkin akan sepakat bicara soal kedisplinan, bangsa Jepang adalah ahlinya. Mereka terkenal memiliki kedisiplinan tingkat tinggi. Hal ini dibuktikan salah satunya dengan menghargai waktu. Mereka terkenal sebagai bangsa yang on time

Mau bukti? Jaringan kereta api berkecepatan tinggi atau shinkansen antara Tokyo dan Osaka adalah contohnya. Menurut Masahi Abe, profesor Waseda Institute for Advanced Studies (WIAS) dikutip dari Institute of Advanced Stuides of the University of Sao Paulo, kereta tersebut memiliki keterlambatan rata-rata 30 detik. 

"Ketepatan ini enggak Cuma terbatas pada kereta. Orang Jepang juga sangat tepat waktu. Orang-orang selalu cemas untuk tidak terlambat pada janji mereka. Pada umumnya, mereka tiba 10 atau 15 menit sebelum waktu yang dijadwalkan,” katanya.

Namun, jangan salah. Bangsa Jepang juga pernah dikenal sebagai bangsa ngaret. Pada akhir abad ke-19, banyak orang-orang Eropa yang mengunjungi Jepang, mengeluh tentang keterlambatan orang-orang Jepang.

Baca juga: Sessho-seki, Batu Jelmaan Roh Rubah Ekor Sembilan di Jepang Pecah Setelah 1.000 Tahun

Susy Ong dalam bukunya berjudul Seikatsu Kaizen, memaparkan bahwa pada masa lalu jam waktu Jepang pun tak jauh berbeda dengan jam Indonesia, yaitu jam ngaret. Datang tepat waktu pada sebuah acara merupakan hal yang langka di Jepang kala itu. 

Awal pendisiplinan Jepang ini terjadi ketika Jepang mulai berinteraksi dengan negara-negara barat. Susy menuliskan setelah sekian lama menutup diri dari dunia asing, pada 1871-1873, para petinggi Pemerintahan Jepang memutuskan melakukan kunjungan  ke negara-negara barat seperti Amerika Serikat, dan 11 negara di Eropa. 

Dipimpin oleh negarawan Iwakura Tomomi, rombongan itu mengunjungi pabrik, sekolah, pelabuhan, kantor pemerintahan, dan bertemu para pemimpin negara. Delegasi Jepang itu tercengang oleh kedisiplinan masyarakat barat. Kesimpulan dari Misi Iwakura ini adalah Jepang masih sangat tertinggal dalam industri dan kualitas SDM. 

Oleh sebab itu Jepang harus mencontoh negara barat jika ingin maju. Merespon kunjungan tersebut, pemerintah Jepang bekerja sama dengan masyarakat kelas menengah mereka melaksanakan serangkaian kampanye nasional. Tujuannya guna meningkatkan kualitas sumber daya manusia Jepang. 

“Dari malas, santai, tidak disiplin, teledor, apatis, dan boros menjadi rajin, hemat, disiplin, teliti, dan antusias untuk maju,” tulis Susy. 

Baca juga: Old Enough, Reality Show Jepang Ajak Orang Tua Percaya pada Anak Sejak Dini

Misalnya, pada 1889, beberapa tokoh masyarakat yang terkesan dengan kedisiplinan masyarakat barat lantas berinisiatif mendirikan Asosiasi Reformasi Pola Hidup Jepang. Motivasinya yaitu untuk menerapkan kedisiplinan kepada rakyat Jepang yang kala itu masih memiliki pola hidup kampungan. 

Susy mengungkapkan kisah ketidakdisiplinan masyarakat Jepang ini tertuang dalam buku karya Ketua asosisasi tersebut, Dohi Masataka. Dohi menuliskan masyarakat Jepang ketika itu tidak pernah datang tepat waktu ketika menghadiri rapat atau pesta. Mereka menganggap terlambat dan menyuruh orang lain menunggu adalah hal biasa.

Langkah nyata lainnya ditempuh dengan membentuk opini publik mengenai pentingnya reformasi pola hidup. Surat kabar, buku, majalah-majalah didorong untuk membangun kesadaran publik soal kedisplinan. 

Hal itu terlihat pada 1903, ketika terbit buku tentang jam karya Ishii Kendo. Dalam buku itu, penulis membandingkan jam buatan Jepang, Swiss, dan Amerika. Kesimpulannya, jam buatan Jepang tingkat ketepatannya paling rendah. 

Selain itu dikisahkan juga tentang pengalaman Yagi Hidetsugu, ilmuan Jepang penemu antena gelombang elektromagnetik yang murka ketika diundang oleh pemda mengisi ceramah tetapi hadirin dan pejabat pemdanya telat datang. 

Tidak hanya lewat buku atau surat kabar, pada November 1919, kementerian pendidikan Jepang mengkampanyekan reformasi pola hidup dengan menggelar pameran life improvement di Museum Pendidikan Tokyo. Pameran itu menampilkan poster dan foto-foto mengenai pola hidup yang efisien mencakup segi sandang, pangan, dan papan. 

Susy mencatat pameran tersebut mendapat sambutan luar biasa dari warga Tokyo. Akhirnya dibentuklah Better Life Union, perkumpulan hidup yang lebih baik dengan agenda antara lain tepat waktu, tata krama, buang kebiasaan gengsi, hilangkan tingkah laku menggangu kesehtan dan kebersihan umum, dan menabung. 

“Sejak 1956, pemerintah dan tokoh masyarakat memulai kampanye nasional untuk meningkatkan moral publik yaitu mengajak rakyat agar bertingkah laku sesuai dengan standar masyarakat beradab.”
1
2


SEBELUMNYA

8 Manfaat Sayur Gambas dari Jaga Kesehatan Mata hingga Cegah Diabetes

BERIKUTNYA

Penggemar Hip Hop, Soul, R&B Merapat! FLAVS FESTIVAL 2022 Siap Digelar September Ini

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: