Miro, bersemangat mengerjakan tugas pertamanya, mengantarkan celemek sang ayah. (Sumber foto : Netflix.com)

Old Enough, Reality Show Jepang Ajak Orang Tua Percaya pada Anak Sejak Dini

17 April 2022   |   13:05 WIB

Old Enough sebuah reality show menarik dari Jepang, yang dikenal Hajimete no Otsukai oleh masyarakat Jepang. Kini hadir di salah satu platform TV berbayar. Dengan lakon utama setiap episode adalah anak kecil yang berusia 2 tahun-5 tahun.

Mereka mendapat tugas yang harus diselesaikan saat itu juga. Tugasnya bermacam-macam, dari mengantar pakaian ayah ke laundry, hingga berbelanja popok dan buah untuk sang adik. Bahkan mengantarkan paket ikan teri ke tetangga yang rumahnya cukup jauh mendaki kaki gunung. Sungguh jarak tempuh sekiranya melelahkan untuk usia anak sedini itu.

Selain itu, dalam pelaksanaannya, harus dilakukan sendiri atau dengan salah satu teman sebaya tanpa pendamping orang dewasa sama sekali. Tugas selalu diberikan oleh salah satu orang tua mereka, yang tentunya selama kegiatan shooting berlangsung, selalu dalam pengawasan dari kameramen maupun kru pengaman.

Seperti kisah Hiroki (laki-laki, 2 tahun, 9 bulan), yang tingginya hanya 86 cm, harus berjalan kaki sejauh satu kilometer ke toserba untuk berbelanja kari, otak-otak, dan seikat bunga untuk berdoa.

Dia hanya dibekali tas belanja berisi uang dan bendera untuk dikibarkan, jika hendak menyebrang jalan raya yang banyak lalu lalang mobil. Menariknya, ketika ia mengibarkan bendera, mobil-mobil pun berhenti untuk memberi waktu ia menyeberang. Pemandangan yang jarang kita temui di Indonesia.

Sepanjang jalan ia bergumam menyebutkan setiap apa yang dilihatnya, seperti mobil polisi maupun bus. Setibanya di toserba ia berusaha menemukan semua kebutuhan yang dipesankan oleh ibunya, ketika tak menemukan, ia berani bertanya kepada pegawai toserba, dan mereka hanya membantu dengan menunjukkannya. Semua tugas itu ia laksanakan selama 23 menit tanpa menangis, ataupun mengeluh. Ia pun tahu akan jalan pulang.

Ada pula kisah sahabat antara Naoki (laki-laki, 3 tahun 10 bulan) dan Seina (perempuan, 3 tahun 11 bulan), yang mendapatkan tugas untuk membeli pangsit Konnyaku Tamakan di toko kecap asin yang hanya dijual saat musim liburan saja. Lalu membeli jimat kelancaran di kuil, namun mereka harus mendaki 202 anak tangga Omotesando, atau biasa dikenal dengan Otokozaka (bukit pria), kemudian melewati lereng landai di Higashi Sando yang biasa disebut dengan Onnashaka (bukit wanita), untuk membeli pangsit dango, untuk lima orang.

Terbayang jaraknya yang jauh, namun mereka bahagia melakukannya. Naomi suka sekali berlari, sehingga Seina maupun para cameramen, berusaha untuk mengimbanginya. Mendekati rumah, sayangnya Seina terjatuh dan pangsit Konyaku pun terpelanting, membuat Seina menangis sekencangnya. namun dalam waktu singkat kedua ibu mereka hadir, dan Naomi membantu menenangkan Seina. Sungguh episode yang menggemaskan.

Lain lagi kisah duo sahabat Ryuta & Schuiro, keduanya laki-laki berusia 5 tahun 3 bulan. Sepanjang jalan mereka bersenandung, dan Schiro selalu sadar akan kehadiran para kameramen yang banyak berkeliaran di sekitar mereka, hingga dia menanyakan langsung kepada salah satu kameramen akan kamera yang dibawa. Namun kameramen mengakali dengan menjawab bahwa yang dibawa adalah alat pengukur listrik. Sungguh lucu ketika mereka percaya begitu saja, dan tetap tidak sadar kalau mereka direkam sepanjang jalan. 

Berbeda dengan Yuka, perempuan berusia 5 tahun ini mendapat tugas untuk berbelanja di pasar ikan, membeli tempura isi ikan shisamo, gurita, tahu udang, dan ubi. Juga harus membeli mie udon, serta udang kawatsu segar.

Dari awal pemberian tugas Yuka sempat menangis dan tak ingin melaksanakan tugas tersebut, namun sang ibu tegar membujuknya, hingga ia mau melakukannya. Yuka, dengan mantap dan berani menuju pasar yang ramai sendirian dan berbelanja, seperti yang ibu minta, namun ketika harus membeli udang kawatsu, ia beralih untuk membeli ikan brem laut, hanya karena warnanya merah muda dan bentuk kepalanya yang lucu.

Dengan bangga, ia pulang membawa semua hasil belanjanya. Sang ibu pun tak mempermasalahkan udang yang tergantikan dengan ikan tersebut.

Adapula kisah Miro, gadis kecil berusia 2 tahun 8 bulan. Bertugas untuk mengantarkan celemek ayahnya yang tertinggal, ke restoran sang ayah, yang jaraknya cukup jauh dari rumahnya. Sepanjang jalan ia mendengarkan arahan sang ibu, untuk tidak melewati garis putih, garis batas antara jalan pejalan kaki dengan kendaraan bermotor.

Hingga saat ia harus menyebrang, lega rasanya ia dibantu oleh tetangga restoran sang ayah, akhirnya ia bisa menyebrang dan melaksanakan tugasnya dengan baik. Hingga sang ayah memberi tugas tambahan dalam perjalanan pulangnya, untuk mengambilkan jam tangan sang ibu di toko jam, yang lokasinya sedikit lebih jauh dari toko ayahnya, namun sejalur pulang menuju rumahnya. 

Sepanjang jalan, banyak yang memberinya semangat. Namun sayang, ketika bertemu ibunya, ia menangis karena tidak dapat menemukan toko jam yang dimaksud dan ia merasa tidak menyelesaikan tugas dengan baik. Ia pun bertekad untuk mengerjakan tugas yang tertunda tersebut. Sang ibu tidak menahan atau membatalkan tugas itu, namun tetap mendukungnya, dengan memberi jaket hujan, karena hujan sudah mulai turun. 

Miro di bawah guyuran hujan, ia berusaha menemukan toko jam yang dimaksud, dan ia tidak malu bertanya kepada orang sekitar, ketika ia tersesat tak menemukan toko jam tersebut. Wajahnya begitu penuh percaya diri dan bahagia, tak peduli hujan mulai deras, ia berhasil melaksanakan semua tugasnya.

Masih banyak cerita lainnya yang menarik untuk disimak, seperti kisah dua sahabat Beni (perempuan, 4 tahun) dan Gen (laki-laki, 3 tahun 4 bulan) yang menyelesaikan tugasnya selama 3 jam 50 menit. Yuta (laki-laki, 4 tahun), hampir satu jam ibunya dibuat menunggu, dan lain-lain.

Dari 20 series yang tersedia, cerita-cerita yang disajikan setiap episodenya memiliki konsistensi dan menggemaskan untuk terus ditonton. Bagaimana orang tua berusaha tegar dan meyakinkan anaknya bahwa mereka bisa melaksanakan tugas pertama kalinya dengan jarak yang jauh untuk usia mereka.

Apresiasi dan kepercayaan orang tua yang begitu tinggi memberi rasa percaya diri bagi sang anak untuk melakukan tugas yang diminta dan berusaha menyelesaikan masalah yang mereka hadapi sepanjang menyelesaikan tugas tersebut.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Angka Pengajuan KPR Masih Rendah, Literasi Finansial soal Beli Rumah Perlu Digencarkan

BERIKUTNYA

Angkat Pemberdayaan Ibu, Simak Jadwal Festival Mimpi Ibu

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: