Belum Pulih Sepenuhnya, Pasar Seni Gigih Berupaya Bangkit
17 April 2022 |
06:36 WIB
Perhelatan Art Jakarta Gardens di Hutan Kota by Plataran, Senayan, Jakarta, yang berlangsung pada 7 - 14 April lalu seakan menjadi penanda geliat pasar seni rupa di Jakarta, atau mungkin nasional mulai membaik pasca lunglai akibat pandemi Covid-19, yang membuat gelaran seni rupa dihadapi dengan keterbatasan.
Pada kesempatan kali ini, ajang tersebut terasa spesial, karena untuk pertama kalinya dihelat secara luring di Ibu Kota. Hal ini tak lepas dari tren melandainya kasus positif Covid-19 di Jakarta. Pada pameran-pameran sebelumnya, penyelenggara terpaksa menunda, kemudian menggelar ajang ini secara virtual.
Dalam ajang tersebut tercatat ada 20 galeri seni yang berpartisipasi dengan membawa sejumlah seniman Tanah Air. Di antaranya adalah Eddi Prabandono, Dolorosa Sinaga, Anggar Prasetyo, Uji Hahan Handoko, I Nyoman Nuarta, dan Afdhal.
Sisi menarik dari ajang ini adalah konsep pameran digelar secara outdoor, selain indoor. Inovasi ini patut diapresiasi karena membuat ajang ini lebih dekat kepada publik. Di mana hal ini tidak ditemui pada ajang-ajang sebelumnya. Sebab biasanya penyelenggara menggelar pameran di dalam gedung.
Pada pameran ini, pengunjung dapat menikmati karya-karya seniman terkemuka seperti I Nyoman Nuarta, Dolorosa Sinaga, Nus Salomo, dan Sunaryo di luar ruangan. Tentu ini kesempatan yang jarang ditemui, melihat karya-karya seniman tersebut dari dekat.
Dari aspek market, pameran seperti Art Jakarta Gardens ini dianggap sebagai momentum untuk menyembuhkan sektor ini dari keterpurukan, usai meredup dihantam pandemi Covid-19. Selama dua tahun terakhir, transaksi pembelian karya seni diperkirakan cenderung mengendur, seiring adanya pembatasan aktivitas.
Kurator seni Amir Sidharta yang juga pemilik balai lelang Sidharta Auctioneer mengamati para pelaku seni di Tanah Air kini mulai berbahagia, karena sejumlah pameran seni dapat digelar secara luring. Termasuk Art Jakarta Gardens.
Namun, menurut Amir, antusiasme tersebut belum dapat dijadikan sebagai indikator bahwa pasar seni telah pulih. Amir menyebut kondisi sektor ini sekarang dalam keadaan pemulihan.
"Mulai pulih tetapi dalam tahap penyembuhan. Belum pulih benar,” katanya kepada Hypeabis.
Pernyataan Amir ini setidaknya didasari salah satunya dari kinerja lelang seni di balainya. Menurutnya pada awal tahun ini, transaksi lelang seni di Sidharta Auctioneer belum sesuai harapan. Dia tak merinci detail faktor ketidakpuasannya itu. Hanya, menurut Amir, penjualan karya seni di balai lelangnya belum sesuai harapan.
“Jadi lelang kami dalam 3 bulan lalu belum memuaskan,” ujarnya.
Namun, Amir masih memaklumi kondisi tersebut. Sebab biasanya pada awal tahun pembelian karya seni cenderung belum ngegas. Baru pada pertengahan tahun, transaksi karya seni mulai bergeliat.
“Mudah-mudahan pada April ini membaik,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, pemilik galeri CG ArtSpace Christiana Gouw menaruh harapan bahwa tahun ini pasar seni akan kembali bergairah. Terlebih mulai dilonggarkannya kebijakan pengetatan pandemi Covid-19, sehingga akan mendorong pameran-pameran daring di berbagai tempat.
Sebagai pemilik galeri, Christiana merasakan dampak dari pandemi ini. Transaksi pembelian karya seni tidak seperti pada situasi normal. Namun, dia melihat bahwa ada tren baru dalam pasar seni selama pandemi. Para pembeli karya seni, menurutnya, kini didominasi oleh anak muda.
“Mereka adalah para eksekutif muda atau orang-orang yang bekerja di startup,” ujarnya.
Christiana menduga ketertarikan anak muda ini pada karya seni karena dorongan mencari sesuatu yang baru, setelah merasa jenuh selama pandemi. Saat mereka tidak bisa traveling, maka uang mereka dialihkan untuk membeli karya seni.
Pada kesempatan kali ini, ajang tersebut terasa spesial, karena untuk pertama kalinya dihelat secara luring di Ibu Kota. Hal ini tak lepas dari tren melandainya kasus positif Covid-19 di Jakarta. Pada pameran-pameran sebelumnya, penyelenggara terpaksa menunda, kemudian menggelar ajang ini secara virtual.
Dalam ajang tersebut tercatat ada 20 galeri seni yang berpartisipasi dengan membawa sejumlah seniman Tanah Air. Di antaranya adalah Eddi Prabandono, Dolorosa Sinaga, Anggar Prasetyo, Uji Hahan Handoko, I Nyoman Nuarta, dan Afdhal.
Sisi menarik dari ajang ini adalah konsep pameran digelar secara outdoor, selain indoor. Inovasi ini patut diapresiasi karena membuat ajang ini lebih dekat kepada publik. Di mana hal ini tidak ditemui pada ajang-ajang sebelumnya. Sebab biasanya penyelenggara menggelar pameran di dalam gedung.
Pada pameran ini, pengunjung dapat menikmati karya-karya seniman terkemuka seperti I Nyoman Nuarta, Dolorosa Sinaga, Nus Salomo, dan Sunaryo di luar ruangan. Tentu ini kesempatan yang jarang ditemui, melihat karya-karya seniman tersebut dari dekat.
Dari aspek market, pameran seperti Art Jakarta Gardens ini dianggap sebagai momentum untuk menyembuhkan sektor ini dari keterpurukan, usai meredup dihantam pandemi Covid-19. Selama dua tahun terakhir, transaksi pembelian karya seni diperkirakan cenderung mengendur, seiring adanya pembatasan aktivitas.
Kurator seni Amir Sidharta yang juga pemilik balai lelang Sidharta Auctioneer mengamati para pelaku seni di Tanah Air kini mulai berbahagia, karena sejumlah pameran seni dapat digelar secara luring. Termasuk Art Jakarta Gardens.
Namun, menurut Amir, antusiasme tersebut belum dapat dijadikan sebagai indikator bahwa pasar seni telah pulih. Amir menyebut kondisi sektor ini sekarang dalam keadaan pemulihan.
"Mulai pulih tetapi dalam tahap penyembuhan. Belum pulih benar,” katanya kepada Hypeabis.
Pernyataan Amir ini setidaknya didasari salah satunya dari kinerja lelang seni di balainya. Menurutnya pada awal tahun ini, transaksi lelang seni di Sidharta Auctioneer belum sesuai harapan. Dia tak merinci detail faktor ketidakpuasannya itu. Hanya, menurut Amir, penjualan karya seni di balai lelangnya belum sesuai harapan.
“Jadi lelang kami dalam 3 bulan lalu belum memuaskan,” ujarnya.
Namun, Amir masih memaklumi kondisi tersebut. Sebab biasanya pada awal tahun pembelian karya seni cenderung belum ngegas. Baru pada pertengahan tahun, transaksi karya seni mulai bergeliat.
“Mudah-mudahan pada April ini membaik,” katanya.
Dalam kesempatan terpisah, pemilik galeri CG ArtSpace Christiana Gouw menaruh harapan bahwa tahun ini pasar seni akan kembali bergairah. Terlebih mulai dilonggarkannya kebijakan pengetatan pandemi Covid-19, sehingga akan mendorong pameran-pameran daring di berbagai tempat.
Sebagai pemilik galeri, Christiana merasakan dampak dari pandemi ini. Transaksi pembelian karya seni tidak seperti pada situasi normal. Namun, dia melihat bahwa ada tren baru dalam pasar seni selama pandemi. Para pembeli karya seni, menurutnya, kini didominasi oleh anak muda.
“Mereka adalah para eksekutif muda atau orang-orang yang bekerja di startup,” ujarnya.
Christiana menduga ketertarikan anak muda ini pada karya seni karena dorongan mencari sesuatu yang baru, setelah merasa jenuh selama pandemi. Saat mereka tidak bisa traveling, maka uang mereka dialihkan untuk membeli karya seni.
Tak Berhenti & Mengarah ke Digital
Kendati pasar seni terdampak oleh pandemi dalam dua tahun terakhir, aktivitas kesenian dinilai tetap berjalan. Pandemi tidak menghentikan langkah seniman untuk menghasilkan karya, sebagaimana dikatakan oleh Kurator Asikin Hasan yang melihat seniman justru makin rajin menggelar pameran dengan ragam inovasi mereka.
“Jangan dilihat di Jakarta saja, di Bandung, Yogyakarta, aktivitas seni rupa tidak berhenti,” katanya kepada Hypeabis.
“Jangan dilihat di Jakarta saja, di Bandung, Yogyakarta, aktivitas seni rupa tidak berhenti,” katanya kepada Hypeabis.
Asikin melihat geliat seni rupa terus berjalan ditandai dengan berlangsungnya pameran di berbagai galeri seni selama pandemi. Namun, pameran tersebut digelar secara terbatas sehingga antusiasmenya tidak terlihat.
Sebaliknya seni rupa lebih terlihat pada tahun ini karena beberapa pameran dapat diselenggarakan secara luring. "Secara garis besar kegiatan seni rupa nyaris tidak pernah berhenti," ujarnya.
Sebaliknya seni rupa lebih terlihat pada tahun ini karena beberapa pameran dapat diselenggarakan secara luring. "Secara garis besar kegiatan seni rupa nyaris tidak pernah berhenti," ujarnya.
Terlepas dari hal itu, Asikin menyoroti bahwa pandemi telah mendorong para seniman untuk memanfaatkan digitalisasi dalam penciptaan karya mereka. Akibatnya, semasa pandemi ini karya-karya dengan medium digital cenderung dominan, dibandingkan dengan karya-karya konvensional.
"Karya-karya ke arah digital semakin kuat. Kecenderungan sekarang itu. Saat ini telah terjadi perubahan revolusioner yang menawarkan banyak alternatif dalam berkarya," katanya.
"Karya-karya ke arah digital semakin kuat. Kecenderungan sekarang itu. Saat ini telah terjadi perubahan revolusioner yang menawarkan banyak alternatif dalam berkarya," katanya.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.