Praktik greenwashing di tengah kesadaran masyarakat terhadap isu lingkungan (Sumber gambar: Unsplash/Brian Yurasits)

Awas Kena Trik Halus Pemasaran lewat Praktik Greenwashing

17 April 2022   |   14:39 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Genhype pernah dengar greenwashing? Bukan, istilah ini bukan berarti membersihkan barang dengan material ramah lingkungan dan berkelanjutan. Istilah ini justru adalah hal yang berlawanan dengan prinsip menjaga dan melestarikan alam atau lingkungan. 

Mengutip The Sustainability Agency, greenwashing merujuk pada kegiatan yang dilakukan sebuah organisasi atau merek untuk mengampanyekan diri sebagai produk/jasa ramah lingkungan, tetapi tidak benar-benar melakukan pengurangan dampak lingkungan. 

“Paling sederhana, greenwashing bisa menjadi trik pengemasan dan pemasaran halus [berbalut ramah lingkungan]. Ini adalah kinerja keberlanjutan tanpa tindakan keberlanjutan”. 

Organisasi nirlaba Changing Markets Foundation mendefinisikan greenwashing sebagai proses memberikan informasi yang menyesatkan untuk membuat orang percaya bahwa perusahaan itu melakukan lebih banyak upaya untuk melindungi lingkungan daripada yang sebenarnya dilakukan. 

Kesadaran masyarakat terhadap gaya hidup lebih sehat, termasuk lebih memperhatikan kondisi alam dan lingkungan memang telah meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Ini menuntut produsen untuk menghadirkan produk yang sejalan dengan visi mereka. 

Riset OECD menyatakan bahwa 72 persen konsumen ingin brand lebih menonjolkan informasi mengenai upaya keberlanjutan mereka. Laporan juga menyatakan bahwa label ramah lingkungan telah tumbuh hingga 66 persen dalam 15 tahun terakhir. 

Akan tetapi, 42 persen dari perusahaan yang mengusung hal tersebut diketahui memberikan informasi palsu dan berlebihan. Klaim yang dibuat tidak sepadan dengan upaya yang dilakukan dan hasilnya terhadap dampak lingkungan. 

Laporan lain juga menyatakan bahwa sekitar 60 persen dari klaim ramah lingkungan dan keberlanjutan yang dilakukan oleh pelaku industri dan merek fesyen merupakan greenwashing. Praktik ini dikhawatirkan dapat memengaruhi budaya dengan cara yang cukup masif dan mengkhawatirkan. 

Bagi kalian yang benar-benar peduli dengan isu alam dan ingin menerapkan pola hidup yang ramah lingkungan, ada beberapa tip yang bisa dilakukan agar tidak terjebak pada praktik atau klaim greenwashing : 
 

Klaim yang tidak relevan 

Menginformasikan perilaku kecil bersifat pro lingkungan, sementara produknya secara gamblang tidak demikian. Misalnya minyak kelapa sawit dengan label besar tentang botol yang dapat didaur ulang. Ini merupakan contoh klaim yang kurang relevan. 
 

Angka dan persentase yang menyesatkan 

Seringkali pemasar melakukan strategi promosi dengan menekankan angka yang bisa menyesatkan. Misalnya 50 persen lebih banyak konten daur ulang dari sebelumnya. Padahal kenyataannya, angka tersebut meningkat dari 2 persen ke 3 persen. 
 

Rebranding dengan kemasan ramah lingkungan atau alami 

Ada banyak produk yang mengubah tampilannya dengan menerapkan kemasan lebih alami, misalnya kantong kertas berwarna cokelat. Ini tidak serta-merta membuat mereka ramah lingkungan, karena seringkali tidak ada aksi lain yang dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan dari produk yang dihasilkan. 
 

Mengenal produk yang benar ramah lingkungan 

Klaim ramah lingkungan harus merupakan output dari audit dan akreditasi pihak ketiga yang kredibel. Memiliki pelabelan yang jelas, mudah dipahami, dan informasi jelas tentang sumbernya. Produk juga idealnya memiliki informasi keterlacakan rantai pasok. 

Editor : Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Belum Pulih Sepenuhnya, Pasar Seni Gigih Berupaya Bangkit

BERIKUTNYA

5 Rekomendasi Kamera yang Cocok untuk Vlogging

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: