Ilustrasi data center (Sumber gambar: Unsplash/Taylor Vick)

Laju Pesat Digitalisasi & Potensi Besar Industri Data Center Dalam Negeri

25 February 2022   |   12:30 WIB
Image
Syaiful Millah Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Data center atau pusat data menjadi industri yang tumbuh signifikan selama periode pandemi. Didorong oleh pesatnya migrasi digital yang dilakukan oleh institusi dan perusahaan sebagai upaya merespons dan beradaptasi dengan situasi. 

Ketua Umum Asosiasi Penyelenggara Data Center Indonesia (Indonesia Data Center Provider Organization/IDPRO), Hendra Suryakusuma, mengatakan sejumlah riset menyatakan bahwa industri pusat data mengalami pertumbuhan antara 20 persen sampai 30 persen setiap tahunnya. 

Dia melanjutkan di Indonesia, khususnya untuk anggota IDPRO, tercatat juga peningkatan yang signifikan. Ketika awal asosiasi dibentuk pada 2016, total ada 26 megawatts (MW) untuk operasional data yang dimiliki. Sementara pada 2021 lalu, angkanya telah meningkat menjadi 120 MW. 

Lebih spesifik pada periode pandemi dua tahun terakhir, menurutnya anggota IDPRO mencatatkan pertumbuhan lebih dari 100 persen. “Karena memang ketika dilakukan lockdown atau PSBB dan PPKM itu menyebabkan institusi bekerja dan belajar dari rumah, yang pada dasarnya ada kebutuhan terkait data yang perlu ditransfer, diproses, dan dianalisis,” ujarnya. 

Menurut Hendra, industri ini akan terus tumbuh di masa mendatang. Hal ini, setidaknya didasari pada tiga poin penting. Pertama, penetrasi internet Indonesia yang semakin tinggi. Ini berarti jumlah percepatan data yang akan ditransfer juga kian besar. 

Kedua, transformasi digital yang terjadi di sektor pemerintah maupun swasta, publik ataupun privat. Ketiga, adopsi komputasi awan (cloud computing) dan regulasi yang mendukung. Saat ini, katanya, perusahaan tidak perlu lagi memiliki infrastruktur pusat data sendiri tapi bisa menyewa layanan. 

Selain itu, regulasi, khususnya di sektor atau industri keuangan juga mendukung akselerasi pusat data, lantaran pelaku keuangan disyaratkan memiliki data center di dalam negeri sebagai bentuk upaya pencegahan dari sejumlah masalah. 

Hal ini juga yang membuat sektor keuangan sebagai salah satu pasar terbesar dari industri dan layanan pusat data saat ini. Sektor ini dituntut memiliki operasional yang ketat termasuk soal data. Selain itu, maraknya bank digital juga turut menyumbang kue data center dari sektor ini.

Dia menuturkan, selain sektor keuangan, lembaga pemerintah juga merupakan salah satu pasar yang besar. Hal ini disebabkan banyak aplikasi kritikal harus tetap bisa melayani publik dalam kondisi apa pun, sehingga perlu disimpan di pusat data yang mumpuni. 

Adapun, pasar yang mengalami pertumbuhan pesat belakangan adalah sektor telemarketing dan platform komunikasi. “Secara long term kalau kita bicara 8-10 tahun ke depan, potensinya [data center] berdasarkan angka watt per kapita, kita [Indonesia] itu bisa tumbuh hingga 2 gigawatt (GW), sementara sekarang sampai 1 GW juga belum,” ujarnya. 

Pertumbuhan yang signifikan dalam industri ini tak seluruhnya mulus. Ada sejumlah tantangan yang dihadapi. Pertama isu pasokan energi, di mana satu pusat data membutuhkan sumber daya energi yang sangat besar. 

Selain itu, isu persoalan juga belakangan dikaitkan dengan isu lingkungan seperti karbon emisi dan sumber energi terbarukan. Hendra mengakui bahwa hampir semua pusat data yang ada saat ini masih memanfaatkan pembangkit listrik tenaga uap atau berasal dari batubara yang bersifat polutif. 

Untuk itu, IDPRO telah melakukan kerja sama dengan Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia guna merumuskan standar nasional Indonesia untuk green data center. “Ini jadi tantangan untuk gimana kita bisa membesarkan industri menggunakan sumber energi baru terbarukan,” tuturnya. 

Selain energi, tantangan terbesar lain yang dihadapi industri pusat adalah ketersediaan sumber daya manusia atau talenta ahli. Hendra menuturkan, asosiasi telah melakukan sejumlah inisiasi untuk mengakomodir hal tersebut. 

Misalnya menyediakan platform e-learning untuk membantu para profesional data center mengetahui aspek infrastruktur hingga operasional pusat data, kolaborasi dengan Universitas Indonesia untuk menyusun kurikulum, dan kolaborasi bersama penyedia layanan pelatihan. 

 
1
2


SEBELUMNYA

BTS Kembali Menang Penghargaan Global Recording Artist of the Year IPFI

BERIKUTNYA

Mau Pakai Mesin Pencuci Piring? Cek Ini Dulu

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: