Begini Tren Toko Kelontong Online Pada Masa Pandemi
20 January 2022 |
15:48 WIB
Toko kelontong adalah entitas tradisional yang menjadi andalan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan dasar. Berbagai produk yang dijajakan umumnya seperti bahan makanan mentah, makanan jadi, minuman, camilan, hingga bumbu dapur atau yang lebih dikenal dengan istilah sembako.
Sejak pandemi, tren belanja bahan pokok pun menjadi berubah. Banyak orang kini belanja kebutuhan sembako lewat platform online akibat keterbatasan mobilitas pada masa pandemi. Menurut survei yang dilakukan Bukalapak, rata-rata pencarian kata kunci produk-produk toko kelontong selama pandemi meningkat hingga 337% dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Selain itu, rataan nilai belanja di toko kelontong online selama pandemi juga meningkat 24% dibandingkan dengan periode belanja sebelum pandemi.
Dengan meneliti lapak yang berjualan di halaman kategori Food dan subkategori Makanan, Minuman, Cemilan/Snack, Dairy Product, dan Makanan Jadi, Bukalapak merangkum sejumlah temuan untuk memahami perilaku pasar terhadap toko kelontong online.
Rataan Nilai Belanja
Kajian itu menemukan bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan rata-rata Rp210.000 untuk sekali belanja kebutuhan dasar di toko kelontong online para periode pandemi, dibandingkan dengan periode pra-pandemi yang rataan nilai belanjanya sekitar Rp159.000.
Peningkatan terbesar terjadi pada produk Makanan yakni dari Rp160.000 menjadi Rp324.000, diikuti oleh kategori Makanan Jadi dari Rp75.000 menjadi Rp125.000, dan Dairy Product dari Rp221.000 menjadi Rp226.000. Beberapa contoh produk yang mengalami kenaikan transaksi yakni kornet sapi, mi instan, baso aci, keju, rendang dan abon.
Kekhawatiran penularan virus dari interaksi dengan orang lain menjadi penyebab potensial meningkatnya rataan nilai belanja di toko kelontong online. Hal ini sejalan dengan riset kepercayaan publik tahun 2021 oleh Edelman yang menunjukkan sekitar 75% responden di Indonesia menyatakan bahwa mereka takut tertular virus Covid-19.
Meningkatnya nilai belanja di toko kelontong online juga dipengaruhi oleh pemahaman yang lebih baik dari penjual tentang cara berjualan online, serta pergeseran cara belanja pelanggan, dari offline ke online. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah pelapak baru di kategori Food di Bukalapak selama periode pandemi.
(Baca juga: Pebisnis Kuliner Wajib Tahu, Ini Menu Paling Banyak Dipesan Setiap Hari)
Kategori Produk Sembako Favorit
Dari data total transaksi yang dihimpun Bukalapak, ada sejumlah pergeseran kategori produk sembako favorit di toko kelontong online sepanjang PPKM Darurat per 3 Juli 2021 lalu.
Sebelum adanya PPKM Darurat, konsumen cenderung belanja sembako online dalam bentuk makanan dan cemilan, sedangkan pada periode PPKM Darurat, jumlah transaksi produk Makanan Jadi, Bumbu Dapur, Dairy Product, dan Minuman mengalami peningkatan.
Riset menunjukkan bahwa transaksi produk Makanan Jadi seperti telur asin, bandeng presto, ikan asin balado, dan sambal teri kacang mengalami peningkatan sebesar 59?n Bumbu Dapur seperti minyak goreng, garam himalaya, jahe dan sereh sebesar 27%.
Sementara Dairy Product seperti keju, susu steril, susu UHT, dan susu krim meningkat sebesar 17?n Minuman seperti minuman berenergi, kopi bubuk, dan minuman jahe merah sebesar 6 persen.
Pergeseran ini ditengarai karena aturan PPKM Darurat yang lebih ketat. Seperti diketahui, selama PPKM Darurat, semua kegiatan di pusat perbelanjaan dan tempat umum ditutup sementara. Tempat perbelanjaan seperti pasar tradisional, supermarket, dan minimarket hanya boleh beroperasi dengan kapasitas dan jam operasional terbatas.
Tidak mengherankan bila akhirnya orang-orang memilih untuk memesan makanan jadi dan bumbu dapur via online karena mereka tidak bisa leluasa berkunjung ke mal, restoran, pasar tradisional maupun supermarket.
Editor: M R Purboyo
Sejak pandemi, tren belanja bahan pokok pun menjadi berubah. Banyak orang kini belanja kebutuhan sembako lewat platform online akibat keterbatasan mobilitas pada masa pandemi. Menurut survei yang dilakukan Bukalapak, rata-rata pencarian kata kunci produk-produk toko kelontong selama pandemi meningkat hingga 337% dibandingkan dengan sebelum pandemi.
Selain itu, rataan nilai belanja di toko kelontong online selama pandemi juga meningkat 24% dibandingkan dengan periode belanja sebelum pandemi.
Dengan meneliti lapak yang berjualan di halaman kategori Food dan subkategori Makanan, Minuman, Cemilan/Snack, Dairy Product, dan Makanan Jadi, Bukalapak merangkum sejumlah temuan untuk memahami perilaku pasar terhadap toko kelontong online.
Rataan Nilai Belanja
Kajian itu menemukan bahwa masyarakat Indonesia menghabiskan rata-rata Rp210.000 untuk sekali belanja kebutuhan dasar di toko kelontong online para periode pandemi, dibandingkan dengan periode pra-pandemi yang rataan nilai belanjanya sekitar Rp159.000.
Peningkatan terbesar terjadi pada produk Makanan yakni dari Rp160.000 menjadi Rp324.000, diikuti oleh kategori Makanan Jadi dari Rp75.000 menjadi Rp125.000, dan Dairy Product dari Rp221.000 menjadi Rp226.000. Beberapa contoh produk yang mengalami kenaikan transaksi yakni kornet sapi, mi instan, baso aci, keju, rendang dan abon.
Kekhawatiran penularan virus dari interaksi dengan orang lain menjadi penyebab potensial meningkatnya rataan nilai belanja di toko kelontong online. Hal ini sejalan dengan riset kepercayaan publik tahun 2021 oleh Edelman yang menunjukkan sekitar 75% responden di Indonesia menyatakan bahwa mereka takut tertular virus Covid-19.
Meningkatnya nilai belanja di toko kelontong online juga dipengaruhi oleh pemahaman yang lebih baik dari penjual tentang cara berjualan online, serta pergeseran cara belanja pelanggan, dari offline ke online. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya jumlah pelapak baru di kategori Food di Bukalapak selama periode pandemi.
Ilustrasi (Dok. Mikhail Nilov/Pexels)
(Baca juga: Pebisnis Kuliner Wajib Tahu, Ini Menu Paling Banyak Dipesan Setiap Hari)
Kategori Produk Sembako Favorit
Dari data total transaksi yang dihimpun Bukalapak, ada sejumlah pergeseran kategori produk sembako favorit di toko kelontong online sepanjang PPKM Darurat per 3 Juli 2021 lalu.
Sebelum adanya PPKM Darurat, konsumen cenderung belanja sembako online dalam bentuk makanan dan cemilan, sedangkan pada periode PPKM Darurat, jumlah transaksi produk Makanan Jadi, Bumbu Dapur, Dairy Product, dan Minuman mengalami peningkatan.
Riset menunjukkan bahwa transaksi produk Makanan Jadi seperti telur asin, bandeng presto, ikan asin balado, dan sambal teri kacang mengalami peningkatan sebesar 59?n Bumbu Dapur seperti minyak goreng, garam himalaya, jahe dan sereh sebesar 27%.
Sementara Dairy Product seperti keju, susu steril, susu UHT, dan susu krim meningkat sebesar 17?n Minuman seperti minuman berenergi, kopi bubuk, dan minuman jahe merah sebesar 6 persen.
Pergeseran ini ditengarai karena aturan PPKM Darurat yang lebih ketat. Seperti diketahui, selama PPKM Darurat, semua kegiatan di pusat perbelanjaan dan tempat umum ditutup sementara. Tempat perbelanjaan seperti pasar tradisional, supermarket, dan minimarket hanya boleh beroperasi dengan kapasitas dan jam operasional terbatas.
Tidak mengherankan bila akhirnya orang-orang memilih untuk memesan makanan jadi dan bumbu dapur via online karena mereka tidak bisa leluasa berkunjung ke mal, restoran, pasar tradisional maupun supermarket.
Editor: M R Purboyo
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.