Ilustrasi bentuk Covid-19 (dok. Freepik)

Infeksi Covid-19 Ciptakan Autoantibodi yang Serang Organ dan Jaringan Tubuh

31 December 2021   |   09:47 WIB
Image
Desyinta Nuraini Jurnalis Hypeabis.id

Para peneliti dari Cedars-Sinai Medical Center menemukan bahwa SARS-CoV-2 dapat memicu respons imun yang bertahan jauh melampaui infeksi dan pemulihan awal, bahkan ini terjadi di antara orang yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Temuan ini dirilis dalam Journal of Translational Medicine.

Ketika orang terinfeksi virus atau patogen lain, tubuh diketahui melepaskan protein yang disebut antibodi yang berfungsi mendeteksi zat asing dan mencegahnya menyerang sel.

Namun dalam beberapa kasus, orang menghasilkan autoantibodi yang dapat menyerang organ dan jaringan tubuh sendiri dari waktu ke waktu. Temuan ini diungkap para peneliti dari Cedars-Sinai Medical Center. 

Penyelidik Cedars-Sinai menemukan bahwa orang yang sebelumnya terinfeksi Covid-19 memiliki berbagai macam autoantibodi hingga enam bulan setelah mereka pulih. Sebelum penelitian ini, para peneliti tahu bahwa kasus Covid-19 yang parah dapat sangat menekan sistem kekebalan sehingga autoantibodi diproduksi. 

Ini menjadi studi pertama yang melaporkan tidak hanya adanya peningkatan autoantibodi setelah infeksi ringan atau tanpa gejala, tetapi juga persistensinya dari waktu ke waktu. 

“Temuan ini membantu menjelaskan apa yang membuat Covid-19 menjadi penyakit yang sangat unik. Pola disregulasi kekebalan ini dapat mendasari berbagai jenis gejala persisten yang kita lihat pada orang yang terus mengembangkan kondisi yang sekarang disebut sebagai long Covid-19,” ujar Justyna Fert-Bober peneliti di Departemen Kardiologi Smidt Heart Institute, dikutip dari Medical Xpress, Jumat (31/12/2021).

(Baca juga: Penurunan Berat Badan Cegah Kondisi Parah Jika Terinfeksi Covid-19)

Dalam penelitian ini, tim Cedars-Sinai merekrut 177 orang dengan bukti terkonfirmasi infeksi SARS-CoV-2 sebelumnya. Mereka membandingkan sampel darah dari orang-orang ini dengan sampel yang diambil dari orang sehat sebelum pandemi. 

Semua orang dengan yang posiitf Covid-19 sebelumnya dikonfirmasi memiliki tingkat autoantibodi yang meningkat. Beberapa autoantibodi juga telah ditemukan pada orang dengan penyakit autoimun seperti lupus dan rheumatoid arthritis.

"Kami menemukan sinyal aktivitas autoantibodi yang biasanya terkait dengan peradangan kronis dan cedera yang melibatkan sistem organ dan jaringan tertentu seperti sendi, kulit, dan sistem saraf," kata Direktur Institute for Research on Healthy Aging di Department of Cardiology Smidt Heart Institute Susan Cheng yang merupakan penulis senior penelitian ini.

Beberapa autoantibodi telah dikaitkan dengan penyakit autoimun yang biasanya lebih sering menyerang wanita daripada pria. Namun, dalam penelitian ini, pria memiliki jumlah autoantibodi yang lebih tinggi daripada wanita.

"Di satu sisi, temuan ini paradoks karena kondisi autoimun biasanya lebih sering terjadi pada wanita,” kata Fert-Bober.

Tim peneliti tertarik untuk memperluas penelitian ini guna mencari jenis autoantibodi yang mungkin ada dan bertahan pada orang dengan gejala long Covid-19. Oleh arena penelitian ini dilakukan pada orang yang terinfeksi sebelum vaksin ditemukan, para peneliti juga akan memeriksa apakah autoantibodi dihasilkan secara serupa pada orang dengan reinfeksi.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Kumpulkan Artis Perempuan, Ini Keunikan Supergroup GOT the beat

BERIKUTNYA

10 Film Seru untuk Ditonton pada Malam Tahun Baru

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: