Cuplikan drama Snowdrop. (Dok. JTBC)

Dianggap Mendistorsi Sejarah, Drama Snowdrop Diboikot

20 December 2021   |   13:02 WIB

Drama Korea Snowdrop yang baru saja menayangkan episode pertamanya pada Sabtu (18/12) kini harus menghadapi kritik dari publik setelah distorsi atau ketidakakuratan sejarah yang ditampilkan masih tetap disiarkan. Hal ini membuat sejumlah pihak mulai memboikot penayangannya.

Berdasarkan laporan Newsen dan Dispatch, Minggu (19/12) malam, pemboikotan ini mulai muncul dengan adanya petisi untuk pemerintahan Korea Selatan yang meminta adanya pembatalan siaran Snowdrop. Hingga sekitar jam 21.00 KST atau 19.00 WIB, petisi tersebut telah ditandatangani lebih dari 80.000 orang.

Dalam petisi baru yang diajukan masyarakat di situs resmi Gedung Biru (Cheongwadae) atau kantor kepresidenan Korea Selatan, mereka beralasan bahwa tim produksi tidak menepati janji mereka untuk memastikan bahwa tayangan Snowdrop tidak membawakan sejarah yang kurang akurat. Akan tetapi, hal tersebut tidak tampak di episode pertamanya.

"Dalam episode pertama Snowdrop, karakter protagonis perempuan salah memahami karakter protagonis laki-laki, yang merupakan seorang mata-mata, sebagai seorang aktivis dan menolongnya. Saya berpikir mengapa mereka menggunakan cerita seperti ini," tulis pembuat petisi.

Penulis petisi menambahkan bahwa masalah sejarah bisa menjadi kekhawatiran masyarakat Korea Selatan. Dalam konteks Snowdrop, ini dimaksudkan sebagai pandangan masyarakat global terhadap sejarah Pergerakan Demokrasi Korea Selatan pada 1980an, mengingat Snowdrop juga tayang di sejumlah platform layanan video-on-demand dan over-the-top.

Akibatnya kemarahan publik terhadap distorsi sejarah dalam Snowdrop, beberapa merek yang melakukan sponsor maupun memasang iklan di drama tersebut kemudian meminta maaf atas tindakan mereka.

Setidaknya ada lima merek dari berbagai produk dan/atau layanan yang mensponsori produksi drama ini: merek teh Teazen, merek tembikar Dopyeongyo, merek fesyen GANISONG, merek makanan Ssarijai, dan mall daring Hans Electronics.

Teazen, salah satu merek yang melakukan pemasangan iklan di Snowdrop, mengaku bahwa kerja sama mereka dilakukan setelah melihat tim produksi dan para pemain serta tidak menerima naskah drama dalam proses peninjauan. Dalam akun media sosialnya, perwakilannya resmi meminta maaf terkait hal ini.

"Teazen tidak secara langsung mensponsori produksi [drama], tapi hanya memasang iklan di kanal tersebut. Kami sadar betul akan isu ini dan telah mengambil tindakan untuk menghentikan periklanan selama masa tayang. Teazen tidak memiliki keterlibatan dalam produksi drama. Kami akan lebih berhati-hati dalam semua aktivitas di masa depan," jelas perwakilan Teazen.

Hal yang sama juga diutarakan oleh Dopyeongyo, GANISONG, Ssarijai, dan Hans Electronics yang mengungkapkan bahwa mereka hanya menanggapi kerja sama sponsor, tapi tidak mendapatkan keuntungan finansial maupun promosi sponsor. Bahkan mereka juga tidak menerima naskah drama sebagai bahan peninjauan dan hanya mempertimbangkannya dari daftar pemain di dalamnya.

Dengan ini, kelimanya sama-sama meminta pencabutan logo di dalam drama dan penyuntingan ulang pada logo serta produk yang ditampilkan di dalam drama mengingat semua konten merupakan konten yang telah diproduksi terlebih dahulu.
 

Cuplikan drama Snowdrop. (Dok. JTBC)

Cuplikan drama Snowdrop. (Dok. JTBC)

Sebelumnya, pemboikotan dari penayangan drama Snowdrop telah hadir sejak Maret 2021 setelah drama ini ikut tersandung masalah distorsi sejarah setelah serial drama Joseon Exorcist milik SBS tertimpa masalah serupa. Kala itu, pemboikotan mulai muncul ketika The Korea Times melaporkan bahwa sinopsis Snowdrop bocor secara daring.

Sinopsis awal yang bocor menggambarkan bahwa karakter Im Su-ho (Jung Hae-in) adalah agen rahasia Korea Utara yang menginfiltrasi Korea Selatan dengan menyamar sebagai mahasiswa. Tapi, sinopsis final yang dirilis kemudian mengganti karakter Su-ho sebagai mahasiswa dari sebuah universitas elite.

Lalu, karakter Eun Young-ro (Jisoo BLACKPINK) digambarkan sebagai mahasiswi yang menolong Su-ho setelah melihatnya masuk dengan berdarah-darah di kampusnya yang merupakan universitas khusus perempuan. Karakter ini sebelumnya diketahui diangkat dari orang nyata bernama Chun Young-cho yang merupakan aktivis anti-otoritarianisme di tahun 1970an.

Tidak hanya penggambaran karakter Su-ho yang bermasalah, Snowdrop juga dianggap bermasalah tentang penggambaran tentang cerita yang dianggap sebagai bentuk romantisasi dari sejarah kelam dengan adanya otoritas yang melakukan penyiksaan dan pembunuhan terhadap masyarakat dari aksi Pergerakan Demokrasi Korea Selatan yang memakan korban hingga ribuan orang.

Pada Mei 2021, petisi pertama yang diajukan telah ditanggapi oleh pihak pemerintah dengan memutuskan untuk tidak menindaklanjuti permintaan pembatalan tayang karena Snowdrop saat itu sedang dalam tahapan produksi.

"Untuk Snowdrop, stasiun televisi yang menayangkan ini telah mengklaim bahwa kontroversi disebabkan karena sinopsis yang tidak rinci dan pengenalan karakter yang hanya ditunjukkan sebagian, membuat adanya informasi satu arah. Ini bukan drama yang meremehkan Pergerakan Demokrasi Korea Selatan atau meromantisasi mata-mata," jelas perwakilan pemerintah.


Editor: Avicenna

SEBELUMNYA

Nutrisi Anak-Anak dan Remaja Indonesia Tidak Seimbang, Ini Sebabnya

BERIKUTNYA

Dari Ponsel Lipat hingga Prosesor Generasi Baru, Ini 7 Highlight Industri Smartphone 2021

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: