Ini Fakta Sejarah Korea dalam Snowdrop yang Dipermasalahkan Publik
20 December 2021 |
13:56 WIB
Minggu (19/12), petisi baru yang menuntut pembatalan penayangan drama Snowdrop yang dibintangi oleh Jung Hae-in dan Jisoo BLACKPINK resmi dirilis di situs resmi Gedung Biru (Cheongwadae) atau kantor kepresidenan Korea Selatan dan kini telah ditandatangani 200.000 lebih orang hanya dalam kurun waktu kurang dari 24 jam.
Pembuat petisi yang disebut Newsen beralasan bahwa fakta sejarah tentang Gerakan Demokrasi pada tahun 1980an yang hadir di dalam Snowdrop dianggap terdistorsi karena penggunaan latar situasi politik di tahun 1987 yang panas karena adanya pemilihan presiden dan sistem otoritarian yang kuat kala itu.
"Selama Gerakan Demokrasi, ada korban-korban dari gerakan ini yang disiksa dan dibunuh tanpa ada bukti. Sebagai tambahan, ketika laki-laki protagonis yang merupakan seorang mata-mata melarikan diri dan karakter laki-laki pendukung protagonis yang bekerja untuk Otoritas Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) mengejarnya," ucapnya sebagaimana dikutip dari The Chosun Ilbo.
Dia juga menambahkan permasalahan baru yang muncul adalah penggunaan lagu Solah, Blue Solah (judul terjemahan) sebagai lagu latar untuk drama ini. Menurutnya, lagu itu sebenarnya adalah lagu yang digunakan saat gerakan aktivisme dari kalangan pelajar saat Gerakan Demokrasi.
"Ini tidak bisa dibiarkan untuk menggunakan lagu yang digunakan saat pergerakan pelajar selama Gerakan Demokrasi sebagai lagu latar untuk karyawan dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan di tahun 1980an dan mereka yang berperan sebagai mata-mata," tambahnya.
Petisi ini ditutup dengan fakta bahwa drama tersebut seharusnya tidak ditayangkan karena akan menimbulkan persepsi yang salah tentang pandangan sejarah Gerakan Demokrasi Korea Selatan di mata para penonton atau audiens di seluruh dunia, seiring dengan perkembangan budaya Korea Selatan secara global.
"Saya ingin industri penyiaran untuk meninjau ulang keseriusan mereka dalam distorsi sejarah," tutupnya.
Secara rinci, Korea Selatan pernah memiliki sejarah Gerakan Demokrasi yang terjadi di tahun 1980 yang bersamaan dengan adanya pemilihan presiden baru dan sebelum kejadian Olimpiade Musim Panas 1988 di kota Seoul.
Kala itu, kejadian ini memicu gejolak di beberapa daerah karena adanya demonstrasi serta penyiksaan dan pembunuhan terhadap pelajar yang dituduh sebagai mata-mata.
Gerakan Demokrasi tahun 1987 ini sebenarnya merupakan imbas dari kejadian Pembunuhan Massal di kota Gwangju pada tahun 1980an yang memaksa adanya witch hunt atau perburuan terhadap sejumlah aktivis oleh otoritas keamanan dan pertahanan Korea Selatan hingga memicu amarah seluruh lapisan masyarakat.
(Baca juga: Dianggap Mendistorsi Sejarah, Drama Snowdrop Diboikot)
Jika dikaitkan dengan sejarah ini, permasalahan Snowdrop yang telah hadir sejak Maret 2021 hingga saat ini terletak pada penggambaran karakter Im Su-ho (diperankan oleh aktor Jung Hae-in) sebagai sosok mata-mata yang menyamar sebagai mahasiswa. Ini dianggap sebagai bentuk pencemaran terhadap para demonstran yang meninggal saat Gerakan Demokrasi 1987.
Masalah lain yang juga disorot oleh publik adalah adanya glorifikasi terhadap mata-mata Korea Utara dan keterlibatan negara tersebut dalam Gerakan Gwangju (Gwangju Uprising) di tahun 1980, yang sebenarnya adalah klaim mantan presiden Chun Doo-hwan sebagai bentuk pembelaan terhadap represi di dalam pemerintahannya terhadap Gerakan Demokrasi.
Kini, tim produksi Snowdrop mengatakan bahwa drama ini kini akan berfokus pada kisah cinta Im Su-ho dan Eun Young-ro (diperankan oleh Jisoo BLACKPINK) dan hanya mengangkat kejadian tahun 1987 sebagai latar sejarah untuk keperluan drama saja. Newsen menambahkan, selebihnya semua hanyalah karangan fiksi belaka.
"Mereka (Kementerian Pertahanan dan Keamanan) bukan representasi dari pemerintah atau organisasi tempat mereka bernaung. Kritik bahwa aktivitas spionase atau tentang Kementerian Pertahanan dan Keamanan yang diglorifikasi tidak ada kaitannya dengan Snowdrop," tutur mereka.
The Korea Times kemudian melaporkan bahwa JTBC mengonfirmasi dua hal terkait dengan kontroversi yang kini masih berjalan di Korea Selatan, yaitu tentang keterlibatan karakter Su-ho dan Young-ro dalam isu demonstrasi yang sensitif serta adanya karakter yang dikekang oleh pemerintahan militer.
"Su-ho dan Young-ro tidak akan ikut atau memimpin gerakan protes pro-demokrasi. Kami sebenarnya merencanakan adanya karakter yang ditekan pemerintah militer setelah dituduh sebagai mata-mata. Dan kami mendeskripsikan karakter Kang-moo sebagai orang dengan pemikiran tunggal karena dia akan mengkhianati organisasi korup tempatnya terlibat," tambahnya.
Hingga hari ini, Senin (20/12), para ahli mengatakan bahwa tuduhan distorsi sejarah masih terlalu dini untuk diputuskan mengingat drama ini baru saja menayangkan episode pertamanya. Tidak hanya itu, pihak pemerintah Korea Selatan atau Gedung Biru juga mengonfirmasi akan menindaklanjuti jika memang benar ada distorsi sejarah di dalam Snowdrop dalam pernyataannya pada Mei 2021.
Editor: Avicenna
Pembuat petisi yang disebut Newsen beralasan bahwa fakta sejarah tentang Gerakan Demokrasi pada tahun 1980an yang hadir di dalam Snowdrop dianggap terdistorsi karena penggunaan latar situasi politik di tahun 1987 yang panas karena adanya pemilihan presiden dan sistem otoritarian yang kuat kala itu.
"Selama Gerakan Demokrasi, ada korban-korban dari gerakan ini yang disiksa dan dibunuh tanpa ada bukti. Sebagai tambahan, ketika laki-laki protagonis yang merupakan seorang mata-mata melarikan diri dan karakter laki-laki pendukung protagonis yang bekerja untuk Otoritas Keamanan Nasional (National Security Agency/NSA) mengejarnya," ucapnya sebagaimana dikutip dari The Chosun Ilbo.
Dia juga menambahkan permasalahan baru yang muncul adalah penggunaan lagu Solah, Blue Solah (judul terjemahan) sebagai lagu latar untuk drama ini. Menurutnya, lagu itu sebenarnya adalah lagu yang digunakan saat gerakan aktivisme dari kalangan pelajar saat Gerakan Demokrasi.
"Ini tidak bisa dibiarkan untuk menggunakan lagu yang digunakan saat pergerakan pelajar selama Gerakan Demokrasi sebagai lagu latar untuk karyawan dari Kementerian Pertahanan dan Keamanan di tahun 1980an dan mereka yang berperan sebagai mata-mata," tambahnya.
Petisi ini ditutup dengan fakta bahwa drama tersebut seharusnya tidak ditayangkan karena akan menimbulkan persepsi yang salah tentang pandangan sejarah Gerakan Demokrasi Korea Selatan di mata para penonton atau audiens di seluruh dunia, seiring dengan perkembangan budaya Korea Selatan secara global.
"Saya ingin industri penyiaran untuk meninjau ulang keseriusan mereka dalam distorsi sejarah," tutupnya.
Secara rinci, Korea Selatan pernah memiliki sejarah Gerakan Demokrasi yang terjadi di tahun 1980 yang bersamaan dengan adanya pemilihan presiden baru dan sebelum kejadian Olimpiade Musim Panas 1988 di kota Seoul.
Kala itu, kejadian ini memicu gejolak di beberapa daerah karena adanya demonstrasi serta penyiksaan dan pembunuhan terhadap pelajar yang dituduh sebagai mata-mata.
Gerakan Demokrasi tahun 1987 ini sebenarnya merupakan imbas dari kejadian Pembunuhan Massal di kota Gwangju pada tahun 1980an yang memaksa adanya witch hunt atau perburuan terhadap sejumlah aktivis oleh otoritas keamanan dan pertahanan Korea Selatan hingga memicu amarah seluruh lapisan masyarakat.
(Baca juga: Dianggap Mendistorsi Sejarah, Drama Snowdrop Diboikot)
The June Struggle (6? ), also known as 'the June Democracy Movement' and 'June Democratic Uprising' was a nationwide democracy movement in South Korea that generated mass protests from June 10 to June 29, 1987.https://t.co/PL1HKD9rBv pic.twitter.com/v1dIMiqVNx
— Window Korea (@windowkorea) June 10, 2019
Jika dikaitkan dengan sejarah ini, permasalahan Snowdrop yang telah hadir sejak Maret 2021 hingga saat ini terletak pada penggambaran karakter Im Su-ho (diperankan oleh aktor Jung Hae-in) sebagai sosok mata-mata yang menyamar sebagai mahasiswa. Ini dianggap sebagai bentuk pencemaran terhadap para demonstran yang meninggal saat Gerakan Demokrasi 1987.
Masalah lain yang juga disorot oleh publik adalah adanya glorifikasi terhadap mata-mata Korea Utara dan keterlibatan negara tersebut dalam Gerakan Gwangju (Gwangju Uprising) di tahun 1980, yang sebenarnya adalah klaim mantan presiden Chun Doo-hwan sebagai bentuk pembelaan terhadap represi di dalam pemerintahannya terhadap Gerakan Demokrasi.
Kini, tim produksi Snowdrop mengatakan bahwa drama ini kini akan berfokus pada kisah cinta Im Su-ho dan Eun Young-ro (diperankan oleh Jisoo BLACKPINK) dan hanya mengangkat kejadian tahun 1987 sebagai latar sejarah untuk keperluan drama saja. Newsen menambahkan, selebihnya semua hanyalah karangan fiksi belaka.
"Mereka (Kementerian Pertahanan dan Keamanan) bukan representasi dari pemerintah atau organisasi tempat mereka bernaung. Kritik bahwa aktivitas spionase atau tentang Kementerian Pertahanan dan Keamanan yang diglorifikasi tidak ada kaitannya dengan Snowdrop," tutur mereka.
The Korea Times kemudian melaporkan bahwa JTBC mengonfirmasi dua hal terkait dengan kontroversi yang kini masih berjalan di Korea Selatan, yaitu tentang keterlibatan karakter Su-ho dan Young-ro dalam isu demonstrasi yang sensitif serta adanya karakter yang dikekang oleh pemerintahan militer.
"Su-ho dan Young-ro tidak akan ikut atau memimpin gerakan protes pro-demokrasi. Kami sebenarnya merencanakan adanya karakter yang ditekan pemerintah militer setelah dituduh sebagai mata-mata. Dan kami mendeskripsikan karakter Kang-moo sebagai orang dengan pemikiran tunggal karena dia akan mengkhianati organisasi korup tempatnya terlibat," tambahnya.
Hingga hari ini, Senin (20/12), para ahli mengatakan bahwa tuduhan distorsi sejarah masih terlalu dini untuk diputuskan mengingat drama ini baru saja menayangkan episode pertamanya. Tidak hanya itu, pihak pemerintah Korea Selatan atau Gedung Biru juga mengonfirmasi akan menindaklanjuti jika memang benar ada distorsi sejarah di dalam Snowdrop dalam pernyataannya pada Mei 2021.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.