JTBC Konfirmasi tentang Adegan Gerakan Demokrasi dalam Drama Snowdrop
22 December 2021 |
11:08 WIB
Stasiun televisi JTBC akhirnya kembali angkat bicara perihal kontroversi sejarah yang menyelimuti drama Snowdrop sejak penayangan perdananya pada pekan lalu. Dalam laporan YTN, Selasa (21/12), stasiun televisi tersebut merincikan tentang adegan terkait dengan Gerakan Demokrasi 1987 yang masih dipermasalahkan publik.
"Latar belakang dan motif dari kejadian utama di Snowdrop adalah pemilihan presiden di masa rezim militer. Latar ini mengandung cerita hipotesis yang menetapkan adanya perjuangan melawan rezim Korea Utara untuk menetapkan kekuatan. Snowdrop adalah kreasi dari narasi personal untuk mereka yang dimanfaatkan dan dikorbankan oleh pihak yang berkuasa," tutur perwakilan JTBC.
Dia juga memastikan bahwa tidak ada adegan mata-mata yang memimpin Gerakan Demokrasi di dalam dramanya. Adegan protagonis laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi atau memimpin gerakan tersebut tidak ditunjukkan dalam episode pertama dan kedua dan kemudian adegan tersebut tidak hadir di dalam naskah.
Terkait dengan hal-hal yang dikeluhkan publik, terutama tentang distorsi sejarah dan adanya penghinaan terhadap Gerakan Demokrasi, pihak produksi kemudian mengatakan bahwa hampir semua kesalahpahaman yang ditunjukkan dalam drama yang sudah tayang akan diresolusi seiring dengan berjalannya drama. Harapannya, nantinya drama ini tidak akan mengalami masalah yang kembali terulang.
"Kami sangat menyayangkan bahwa kami tidak bisa membuka banyak plot sebelum [penayangan] setiap episode, tapi kami meminta Anda untuk memperhatikan perkembangan ke depannya," tambahnya.
(Baca juga: Ini Fakta Sejarah Korea dalam Snowdrop yang Dipermasalahkan Publik)
Bersamaan dengan konfirmasi ini, JTBC kemudian memutuskan untuk membuka kembali situs forum publik yang awalnya ditutup saat penayangan perdana Snowdrop agar masyarakat bisa menyampaikan opini mereka dan pihaknya bisa mengetahui respons publik terhadap dramanya.
Sebelumnya, publik memboikot drama Snowdrop dengan petisi baru yang dibuat pada Minggu (19/12) dengan lebih dari 200.000 tanda tangan dalam kurun waktu satu hari. Alasan dari pembuatan petisi ini adalah ketidakakuratan sejarah Gerakan Demokrasi pada tahun 1987 yang dinilai berbeda dengan kejadian sebenarnya.
Beberapa yang menjadi poin permasalahan adalah kesalahan deskripsi karakter laki-laki utama, penggunaan lagu perjuangan untuk latar adegan yang salah, serta unsur glorifikasi terhadap mata-mata Korea Utara dan keterlibatan negara tersebut dalam Gerakan Gwangju di tahun 1980-an.
Poin-poin ini dianggap bisa memberikan persepsi yang buruk bagi masyarakat global tentang gerakan perjuangan demokrasi di Korea Selatan dengan penayangan Snowdrop yang meluas hingga ranah platform layanan video-on-demand dan over-the-top.
Dampak lain dari permasalahan distorsi sejarah Snowdrop juga ada pada kerja sama sponsor dan periklanan produk atau PPL yang dicabut oleh sejumlah usaha, yaitu merek teh Teazen, merek tembikar Dopyeongyo, merek fesyen GANISONG, merek makanan Ssarijai, dan mall daring Hans Electronics.
Snowdrop dijadwalkan tayang setiap Sabtu dan Minggu di stasiun televisi JTBC dan platform Disney+ Hotstar dengan total 16 episode hingga Februari 2022.
Editor: Fajar Sidik
"Latar belakang dan motif dari kejadian utama di Snowdrop adalah pemilihan presiden di masa rezim militer. Latar ini mengandung cerita hipotesis yang menetapkan adanya perjuangan melawan rezim Korea Utara untuk menetapkan kekuatan. Snowdrop adalah kreasi dari narasi personal untuk mereka yang dimanfaatkan dan dikorbankan oleh pihak yang berkuasa," tutur perwakilan JTBC.
Dia juga memastikan bahwa tidak ada adegan mata-mata yang memimpin Gerakan Demokrasi di dalam dramanya. Adegan protagonis laki-laki dan perempuan yang berpartisipasi atau memimpin gerakan tersebut tidak ditunjukkan dalam episode pertama dan kedua dan kemudian adegan tersebut tidak hadir di dalam naskah.
Terkait dengan hal-hal yang dikeluhkan publik, terutama tentang distorsi sejarah dan adanya penghinaan terhadap Gerakan Demokrasi, pihak produksi kemudian mengatakan bahwa hampir semua kesalahpahaman yang ditunjukkan dalam drama yang sudah tayang akan diresolusi seiring dengan berjalannya drama. Harapannya, nantinya drama ini tidak akan mengalami masalah yang kembali terulang.
"Kami sangat menyayangkan bahwa kami tidak bisa membuka banyak plot sebelum [penayangan] setiap episode, tapi kami meminta Anda untuk memperhatikan perkembangan ke depannya," tambahnya.
(Baca juga: Ini Fakta Sejarah Korea dalam Snowdrop yang Dipermasalahkan Publik)
Bersamaan dengan konfirmasi ini, JTBC kemudian memutuskan untuk membuka kembali situs forum publik yang awalnya ditutup saat penayangan perdana Snowdrop agar masyarakat bisa menyampaikan opini mereka dan pihaknya bisa mengetahui respons publik terhadap dramanya.
Sebelumnya, publik memboikot drama Snowdrop dengan petisi baru yang dibuat pada Minggu (19/12) dengan lebih dari 200.000 tanda tangan dalam kurun waktu satu hari. Alasan dari pembuatan petisi ini adalah ketidakakuratan sejarah Gerakan Demokrasi pada tahun 1987 yang dinilai berbeda dengan kejadian sebenarnya.
Beberapa yang menjadi poin permasalahan adalah kesalahan deskripsi karakter laki-laki utama, penggunaan lagu perjuangan untuk latar adegan yang salah, serta unsur glorifikasi terhadap mata-mata Korea Utara dan keterlibatan negara tersebut dalam Gerakan Gwangju di tahun 1980-an.
Poin-poin ini dianggap bisa memberikan persepsi yang buruk bagi masyarakat global tentang gerakan perjuangan demokrasi di Korea Selatan dengan penayangan Snowdrop yang meluas hingga ranah platform layanan video-on-demand dan over-the-top.
Dampak lain dari permasalahan distorsi sejarah Snowdrop juga ada pada kerja sama sponsor dan periklanan produk atau PPL yang dicabut oleh sejumlah usaha, yaitu merek teh Teazen, merek tembikar Dopyeongyo, merek fesyen GANISONG, merek makanan Ssarijai, dan mall daring Hans Electronics.
Snowdrop dijadwalkan tayang setiap Sabtu dan Minggu di stasiun televisi JTBC dan platform Disney+ Hotstar dengan total 16 episode hingga Februari 2022.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.