Ilustrasi. (Dok. Zalora)

Zalora Temukan 70 Juta Konsumen Baru di Asia Tenggara yang Berbelanja Online

24 November 2021   |   05:22 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Zalora meluncurkan laporan Trender Asia Tenggara edisi kedua, Selasa (23/11), bersama dengan Google untuk mengeksplorasi tren terkini di kalangan konsumen khususnya dengan kondisi kenormalan baru yang mengubah kebiasaan serta preferensi belanja di 2021 dan masa depan.

Didorong oleh data dan wawasan dari platform analitik miliknya, Trender, laporan ini mengkaji dampak dari perubahan tren industri, dan mengkalibrasi ulang perspektif dan strategi untuk membantu perusahaan menavigasi tantangan dari COVID-19.

CEO Zalora, Gunjan Soni, mengemukakan pada penghujung 2021, kita tidak lagi bergerak menuju kenormalan baru namun meningkatkan upaya adaptasi yang sudah dilakukan sepanjang tahun ini. 

"Memanfaatkan kecerdasan berbasis data, kami telah melihat langkah besar dalam inovasi dengan 70 juta konsumen baru di Asia Tenggara yang berbelanja secara daring," ujarnya dalam sesi webinar.

Seiring konsumen menjadi lebih cerdas dan terhubung, Zalora, yang merupakan saah satu pemain e-commerce mode dan gaya hidup terkemuka di Asia Tenggara, melihat inovasi luar biasa terjadi di sektor ritel yang sepenuhnya menata ulang pengalaman berbelanja.

“Peluang secara keseluruhan di Asia Tenggara masih sangat besar, terutama dalam jangka menengah. Kami telah melihatnya dalam data dengan lebih banyak konsumen yang berbelanja online, penetrasi online di kawasan ini sekarang mencapai 66 persen dan terus tumbuh sebesar delapan persen tahun-ke-tahun," tambahnya.

(Baca juga: Twitter Ungkap 4 Fakta Perilaku Konsumen dalam Belanja Online)

Laporan itu juga mengatakan 90 persen orang Asia Tenggara merujuk setidaknya satu saluran digital dalam perjalanan belanja mereka karena pandemi meningkatkan kecerdasan digital dan shoppertainment, istilah yang digunakan untuk menggambarkan gabungan antara streaming langsung, hiburan, iklan dan video sosial media.

Bahkan di tengah sentimen konsumen yang pesimistis, pembeli Indonesia masih berbelanja barang-barang yang digunakan untuk leisure. Bisnis berkinerja sangat baik di Indonesia sehingga tujuh dari 10 pedagang melaporkan peningkatan rata-rata volume penjualan sebesar 133 persen.

Salah satu dari sekian penggeraknya adalah kampanye belanja produk lokal seperti Hari Bangga Buatan Indonesia yang diperingati setiap tanggal 5 Mei, yang berfungsi sebagai kesempatan bagi para pelaku industri untuk saling mendukung memajukan perekonomian nasional.

Menurut Penelusuran Tren Google, pencarian terkait penjual (seller-related) meningkat 84 persen di Indonesia.

Sekarang, dengan lebih banyak konsumen online, persaingan jadi makin ketat bagi peritel untuk menjangkau dan mengirimkan barang kepada pelanggan mereka tepat waktu.

"Meski pembeli menjadi lebih aktif secara online, penting untuk dicatat bahwa toko fisik belum mati tapi mereka sedang ditata ulang. Di masa pascapandemi ini, sangat penting untuk hadir secara virtual dan fisik, dan kami melihat ini pendekatan omnichannel yang diterapkan di seluruh wilayah," tambah Soni.

Adapun, harus ada tindakan yang diambil untuk menjembatani kesenjangan antara keduanya, dan peritel sekarang telah dengan cekatan menunjukkan semangat serta kecerdikan mereka di masa-masa sulit ini.


Edtior: Avicenna

SEBELUMNYA

Bisnis Healthy Food Kian Populer di Indonesia, Ini Sebabnya

BERIKUTNYA

Skema Sudah Siap, Ini Jenis Vaksin Covid-19 untuk Booster

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: