Sektor Industri Rumahan Kian Marak pada Masa Pandemi
23 November 2021 |
00:20 WIB
Selama masa pandemi ini, banyak aktivitas masyarakat yang dilakukan di rumah saja. Kondisi ini ternyata ikut mendorong industri rumahan atau home industry yang membuat kain-kain tradisional seperti batik, tenun, maupun songket ikut menggeliat.
Puan Putri Reno Sativa Anwar, Budayawan dan Pembina Perajin Kain Tradisional, mengatakan industri rumahan seperti sentra pembuatan batik dan kain tradisional pada masa pandemi ini ternyata mengalami pertumbuhan.
Apalagi, pemerintah juga terus mendorong perkembangan industri rumahan dan pertumbuhan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah di masa pandemi ini.
“Sektor-sektor home industry seperti kerajinan kain tradisional ini justru lagi marak sekali. Ketika banyak yang di rumah saja atau bahkan dirumahkan dari kerjaan, mereka kemudian beralih pada home industry. Pengrajin bisa mencari penghasilan tambahan meski dari rumah saja,” ujar wanita yang akrab disapa Atije ini.
(Baca juga: Ini 4 Keunggulan Bisnis Kuliner lewat Cloud Kitchen)
Atije sendiri mengaku sudah lebih dari 9 bulan berada di sentra kerajinan kain tradisional di wilayah Sumatra Barat. Dia ikut serta membina dan mendampingi masyarakat, khususnya ibu-ibu untuk berkreasi dan memproduksi kain tradisional dari rumah.
“Para ibu-ibu ini bisa memanfaatkan waktu senggangnya saat di rumah sambil menenun, membatik, atau membuat sulam. Dan wastra itu adalah lokal, saat ini kita kembali para kearifan lokal,” ucapnya.
Kembali para kearifan lokal dengan mengkreasikan kain khas nusantara secara home industry ini menurutnya, jelas memiliki dampak ekonomi yang sangat besar mulai dari pengrajin di daerah-daerah, pengusaha batik, hingga ke perekonomian bangsa.
Sementara itu, jika diliat sari sisi penjualan batik saat ini sudah sangat baik, apalagi ada anjuran dari pemerintah untuk mengenakan batik. Produk kain batik dan kerajina batik pun saat ini sudah banyak tersebar di mana-mana.
“Justru yang perlu didorong ialah tenun dan songket yang saat ini masih belum begitu berkembang. Perlu adanya dukungan pada kain nusantara lainnya agar bisa sama-sama bernafas seperti batik,” tutur Alumnus Jurusan Desain Tekstil, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung ini.
Editor: Avicenna
Puan Putri Reno Sativa Anwar, Budayawan dan Pembina Perajin Kain Tradisional, mengatakan industri rumahan seperti sentra pembuatan batik dan kain tradisional pada masa pandemi ini ternyata mengalami pertumbuhan.
Apalagi, pemerintah juga terus mendorong perkembangan industri rumahan dan pertumbuhan para pelaku usaha mikro kecil dan menengah di masa pandemi ini.
“Sektor-sektor home industry seperti kerajinan kain tradisional ini justru lagi marak sekali. Ketika banyak yang di rumah saja atau bahkan dirumahkan dari kerjaan, mereka kemudian beralih pada home industry. Pengrajin bisa mencari penghasilan tambahan meski dari rumah saja,” ujar wanita yang akrab disapa Atije ini.
(Baca juga: Ini 4 Keunggulan Bisnis Kuliner lewat Cloud Kitchen)
Atije sendiri mengaku sudah lebih dari 9 bulan berada di sentra kerajinan kain tradisional di wilayah Sumatra Barat. Dia ikut serta membina dan mendampingi masyarakat, khususnya ibu-ibu untuk berkreasi dan memproduksi kain tradisional dari rumah.
“Para ibu-ibu ini bisa memanfaatkan waktu senggangnya saat di rumah sambil menenun, membatik, atau membuat sulam. Dan wastra itu adalah lokal, saat ini kita kembali para kearifan lokal,” ucapnya.
Kembali para kearifan lokal dengan mengkreasikan kain khas nusantara secara home industry ini menurutnya, jelas memiliki dampak ekonomi yang sangat besar mulai dari pengrajin di daerah-daerah, pengusaha batik, hingga ke perekonomian bangsa.
Sementara itu, jika diliat sari sisi penjualan batik saat ini sudah sangat baik, apalagi ada anjuran dari pemerintah untuk mengenakan batik. Produk kain batik dan kerajina batik pun saat ini sudah banyak tersebar di mana-mana.
“Justru yang perlu didorong ialah tenun dan songket yang saat ini masih belum begitu berkembang. Perlu adanya dukungan pada kain nusantara lainnya agar bisa sama-sama bernafas seperti batik,” tutur Alumnus Jurusan Desain Tekstil, Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknologi Bandung ini.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.