Ma'Nene, Upacara Penggantian Pakaian Jenazah di Tana Toraja
03 November 2021 |
09:16 WIB
Perayaan untuk mendiang keluarga di Indonesia dilakukan dengan berbagai cara. Ada yang berkunjung ke makam untuk menyekar, ada yang melarung sambil menebarkan bunga di laut, dan ada pula yang dilakukan dengan berkunjung ke tempat penyimpanan abu untuk berdoa.
Di Indonesia, tradisi penghormatan terhadap mendiang keluarga merupakan bentuk tradisi lanjutan dari perayaan kematian seseorang. Dalam hal ini, salah satu tradisi yang terkenal adalah Ma'Nene.
Ma'Nene merupakan perayaan kematian di Toraja, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa Lembang Lempo Poton, Kecamatan Rindinggalo. Tradisi ini dilakukan awalnya dilakukan selama lima kali dalam setahun, akan tetapi hal ini diubah dengan beberapa pertimbangan.
"Setelah ada peninjauan kembali, maka kami melakukan musyawarah hingga kami memutuskan untuk menyelenggarakan ini setiap tiga tahun sekali. Jadi Ma'Nene di Lembang Lempo Poton diadakan setiap tiga tahun sekali," ujar sekretaris desa Lempo Poton, Luther Sampe Tondon, dalam siaran langsung pada Senin (01/11).
(Baca juga: Cara Generasi Muda Suku Kamoro Mempertahankan Tradisi Seni Ukir Mereka)
Di Indonesia, tradisi penghormatan terhadap mendiang keluarga merupakan bentuk tradisi lanjutan dari perayaan kematian seseorang. Dalam hal ini, salah satu tradisi yang terkenal adalah Ma'Nene.
Ma'Nene merupakan perayaan kematian di Toraja, Sulawesi Selatan, tepatnya di desa Lembang Lempo Poton, Kecamatan Rindinggalo. Tradisi ini dilakukan awalnya dilakukan selama lima kali dalam setahun, akan tetapi hal ini diubah dengan beberapa pertimbangan.
"Setelah ada peninjauan kembali, maka kami melakukan musyawarah hingga kami memutuskan untuk menyelenggarakan ini setiap tiga tahun sekali. Jadi Ma'Nene di Lembang Lempo Poton diadakan setiap tiga tahun sekali," ujar sekretaris desa Lempo Poton, Luther Sampe Tondon, dalam siaran langsung pada Senin (01/11).
Ma'Nene adalah kombinasi dari kematian, seni, dan ritual serta sebagai perwujudan dari rasa cinta terhadap leluhur, tokoh, atau kerabat yang sudah meninggal dunia dengan cara mengganti pakaian dan peti mendiang.
Tradisi ini dihadiri oleh seluruh keluarga pemilik jenazah walaupun mereka sudah merantau dari daerah di Lembang Lempo Poton.
Tahapan pertama Ma'Nene adalah membersihkan liang tempat disimpannya jenazah dan tengkorak keluarga. Selanjutnya dalam beberapa hari, keluarga aka berkunjung dan memberikan barang kesukaan mendiang semasa hidupnya, misal. permen, rokok, buah, dan lainnya.
Jika dulu liang atau pate'ne dibuat di dinding batu, kini liang bisa dibuat dalam bentuk bangunan kokoh yang dibuat dengan harga yang tidak murah karena material pembangunannya yang mahal.
Bangunan ini dihiasi dengan ornamen khas Toraja yang berwarna warni. Beda dengan pate'ne yang menumpuk ratusan jenazah, gedung ini hanya menyimpan beberapa jenazah yang punya hubungan keluarga.
Jenazah yang ada dalam pate'ne di dinding batu biasanya memiliki beberapa kategori, yaitu ada yang masih utuh dengan pakaian, ada yang sebagian utuh dengan menyisakan kepala, dan ada yang sudah menjadi abu. Untuk perawatannya, ada yang diganti pakaiannya, ada juga yang diselipkan sehelai kain merah sebagai bentuk penghormatan.
(Baca juga: Ini 5 Tradisi Unik dalam Peringatan Maulid Nabi di Indonesia)
Untuk jenazah yang utuh, prosedur pembersihan pertama adalah mengeluarkan peti dari pate'ne, lalu peti dibuka dan jenazah dijemur di bawah matahari.
Mayat masih utuh banyak di Toraja dan saat Ma'nene banyak ditemukan mayat utuh yang telah diberi bahan pengawet seperti mumi. Mayat berusia ratusan hingga ribuan tahun.
Setelah itu, mayat dibersihkan dengan kuas untuk membersihkan debu atau kotoran yang menempel. Sambil dibersihkan, pakaian yang melekat dilepaskan dan digantikan dengan pakaian yang baru.
Menurut Eric Crystal Ranteallo, tokoh kebudayaan Toraja, penggantian busana tidak teratur karena bergantung pada apakah pakaian yang dikenakan mendiang sudah harus diganti atau belum.
"Itu pun kalau sudah layak, [kita] harus kumpul dengan keluarga dan tidak serta merta satu atau dua orang harus bilang ganti [pakaian]. Karena Toraja dikenal sebagai masyarakat yang harus musyawarah untuk mufakat, jadi dalam membuat ritual adat terkait dengan penggantian busana, kita harus duduk bersama," jelasnya.
Akhirnya, mayat dikembalikan ke dalam peti dan ke dalam pate'ne, baik pate'ne dalam bentuk dinding batu maupun pate'ne dalam bentuk gedung khusus. Nantinya, gedung ini akan ditutup untuk persiapan Ma'Nene selanjutnya.
Setelah ritual dengan jenazah, ada juga ritual juga Ma'Pesung atau upacara pengurbanan seluruh bagian tubuh hewan babi dan kerbau yang dimasak tersendiri dengan cara dicampur dengan rempah dan dibakar di dalam bambu. Sesajen ini akan dihidangkan terlebih dahulu dalam ritual Pesung.
Tahapan akhir dari Ma'Nene adalah doa bersama yang dipimpin oleh pemimpin ibadah atau pendeta sebelum makan bersama.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.