Seniman ukir kayu Kamoro, Hendrikus Wiriyu (tengah) di acara Dialog Seni Kamoro Art Exhibiton & Sale 2021, Kamis (28/10). (Bisnis/Himawan L. Nugraha)

Cara Generasi Muda Suku Kamoro Mempertahankan Tradisi Seni Ukir Mereka

28 October 2021   |   19:31 WIB
Image
Nirmala Aninda Asisten Manajer Konten Hypeabis.id

Saat ini generasi muda di seluruh dunia makin aktif terlibat dalam perlindungan dan promosi warisan budaya. Mereka mengakui bahwa warisan budaya  tidak hanya milik masa lalu, tetapi juga merupakan bagian dari identitas mereka dan generasi berikutnya.

Keterlibatan generasi muda terhadap warisan budaya nenek moyang ini tidak bisa hanya dilakukan satu atau dua kali ketika kita diminta mengenakan pakaian adat di Hari Kartini atau saat berkunjung ke museum.

Sebagai generasi muda, langkah yang kita ambil hari ini akan memengaruhi masa depan. Apalagi budaya tradisional Indonesia, sebagian besar diturunkan dari mulut ke mulut, diajarkan langsung oleh orang tua.

Cara ini juga yang dilakukan oleh Hendrikus Wiriyu, seniman ukir kayu Kamoro dan rekan-rekannya di Maramowe Foundation. Dia secara berkala mendatangi desa-desa yang masih jadi bagian dari suku Kamoro untuk membimbing dan mengajarkan keterampilan seni ukir ini kepada generasi muda.

“Kami ke kampung untuk ambil hasil karya masyarakat, karya itu kami bantu jual lewat galeri. Ketika bertemu dengan anak-anak muda di sana, mereka masih melatih diri agar dapat meneruskan keterampilan mengukir [untuk laki-laki] dan menganyam [perempuan],” ujar Hendrikus yang juga akrab disapa Hengki, pada dialog seni Kamoro Art Exhibiton & Sale 2021, Kamis (28/10).

Dia menambahkan, anak-anak kampung di suku Kamoro masih memiliki keterikatan dengan budaya leluhur  sementara untuk anak-anak muda yang berada di kota besar, mayoritas dari mereka sudah tidak lagi punya keahlian atau sekadar minat untuk mendalami keterampilan ukiran Kamoro.

Kebanyakan dari anak muda di kota Timika misalnya, yang sudah terputus dari budaya di kampung, banyak yang lupa dengan tradisi dan lebih menggemari budaya luar seperti reggae dan hip hop. 

“Kami terus mengupayakan agar terbangun kesadaran dan merangkul mereka untuk bersama-sama melestarikan kebudayaan,” tambah Hengki.

Suku Kamoro memiliki aturan adat untuk meneruskan kepiawaian mengukir kayu kepada anak laki-laki. Sementara para perempuan lebih banyak mengerjakan karya seperti anyaman.

Menurut Hengki, aturan adat ini juga mengatur apa saja yang bisa diproduksi oleh seniman ukir Kamoro. Contohnya seperti Hengki keluarganya merupakan keturunan leluhur Buaya, menurut cerita legenda Kamoro, dia dan keluarga laki-lakinya hanya bisa mengukir bentuk buaya pada patung-patung persembahan.

Dia berharap di masa depan ada lebih banyak generasi muda yang mau dan sepenuh hati berupaya untuk membangkitkan kembali warisan budaya kampung halaman, karena tidak seperti kayu ulir yang tahan ratusan tahun, budaya kita sangat rentan terhadap ancaman kepunahan.

Editor: Dika Irawan

SEBELUMNYA

Canggih, Otten Coffee Hadirkan Robot Barista 

BERIKUTNYA

K-popers, Simak 3 Kiat Agar Tetap Asyik Ikut Konser Online

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: