Dian Yuliastuti, penulis sekaligus wartawan seni budaya senior, menjadi pemateri dalam sesi pelatihan Penulisan Feature Seni Budaya, yang berlangsung pada Selasa (1/7/2025) di Wisma Bisnis Indonesia Jakarta. (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby)

Simak Kiat Menulis Artikel Feature Seni Budaya yang Menarik & Enak Dibaca

02 July 2025   |   17:00 WIB
Image
Luke Andaresta Jurnalis Hypeabis.id

Menulis artikel seni budaya bisa menjadi salah satu wujud dari apresiasi terhadap suatu karya. Tidak hanya melihat karya ataupun menonton pertunjukan, tulisan seni budaya bisa menjadi cara untuk 'mengawetkan' ingatan dan pengalaman dalam menikmati suatu karya yang memberikan kesan tersendiri.

Meski demikian, menulis artikel seni budaya susah-susah gampang. Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan agar artikel feature seni budaya yang dibuat menarik untuk dibaca. Lantas, bagaimana caranya?

Wartawan & Penulis Seni Budaya Dian Yuliastuti menjelaskan hal pertama yang harus dilakukan untuk menulis artikel feature seni budaya ialah menuangkannya ke dalam bahasa yang lebih awam. Terkadang, seniman menarasikan karya mereka dengan bahasa dan istilah yang tidak umum. Oleh karena itu, penulis mesti bisa menyajikan tulisan yang lebih membumi.

"Tugas kita sebagai jembatan kepada pembaca, menerjemahkan apa yang dimaksud dari seniman. Akhirnya ya sudah kita mencoba membahasakannya lebih awam kepada pembaca," katanya kepada Hypeabis.id di Wisma Bisnis Indonesia Jakarta, Selasa (1/7/2025). 

Baca juga: Hypeabis.id Gelar Pelatihan Penulisan Feature Seni Budaya 

Ada beberapa hal yang mesti diperhatikan dalam menyajikan tulisan seni budaya. Artikel feature di dalamnya harus memuat beberapa unsur, yakni subjektif yang berkaitan dengan pengalaman penulis saat menyaksikan sebuah peristiwa atau kegiatan, informatif yakni menyajikan informasi yang menarik untuk pembaca, tidak terikat waktu (timeless) serta memasukkan unsur kreativitas dan keunikan. 

Dian menjelaskan sebelum menulis artikel seni budaya, seseorang harus bisa mengamati secara mendalam serta merasakan konektivitas dari peristiwa seni yang dilihat seperti pameran ataupun menonton pertunjukan. Hal itu dilakukan agar penulis bisa menuangkan pengalaman personalnya ke dalam tulisan. 

"Kadang-kadang pengalaman indra yang kita rasakan seperti perasaan emosi, apa yang kita lihat, dan sebagainya, itu tersisihkan dari tulisan. Justru, pengalaman itu menarik untuk diawetkan dalam tulisan, ditambah kreativitas kita," katanya.

Dian menyampaikan sebagai penulis khususnya untuk ranah seni budaya, penting untuk memiliki keterbukaan diri yang bijak. Sebisa mungkin lepaskan diri dari pemahaman stigma tertentu. Sebab, kesenian ialah mutlak kebebasan dari senimannya, sehingga yang perlu dilakukan adalah melihat dan menikmatinya.

"Kadang ada karya seni yang dirasa vulgar atau liberal sekali, nah kita harus membebaskan pikiran kita dari stigma-stigma tertentu dalam menafsir sebuah karya. Kita sebagai jurnalis atau penulis harus menyiapkan diri untuk itu," ucapnya. 
 

Dian memberikan pelatihan penulisan feature seni budaya (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby)

Dian Yuliastuti memberikan pelatihan penulisan feature seni budaya (Sumber gambar: Hypeabis.id/Robby)

Setelah itu, cari angle atau sudut pandang yang menarik dari peristiwa seni tersebut. Misalnya untuk seni pertunjukan tari, bisa diulas dari sisi koreografi/tariannya, tata panggung hingga pencahayannya. Tak hanya materinya, penulis juga bisa menggali proses kreatif di balik karya sang seniman.

Termasuk, mengeksplorasi sosok atau profil seniman, membandingkan karya yang dilihat dengan yang sejenis, cerita inspirasi karya hingga mengulik peristiwa atau sejarah dari karya tertentu. Semua itu bisa menjadi pilihan, alih-alih penulis hanya terpaku pada materi atau isi dari peristiwa atau objek seni yang dilihat.

Artikel yang ditulis pun bentuknya bisa beragam, mulai dari berita peristiwa, tulisan deskriptif naratif, ataupun tulisan reviu dengan ulasan mendalam. Agar tulisan lebih kaya, penting juga untuk menambahkan pandangan dari pelaku ataupun kritikus seni, terkait karya atau peristiwa seni yang akan diulas. 

"Kadang-kadang karya seniman itu mungkin buat kita kelihatannya aneh dan sulit terbaca dalam kacamata normal. Maka itu kita perlu meminjam kacamata orang lain seperti kritikus, kurator termasuk senimannya untuk bisa menerjemahkan karya," ujar Dian.

Dian menjelaskan dalam menulis artikel seni budaya, penting untuk memiliki kejelian dalam melihat sisi menarik dari sebuah karya, sekaligus bersikap kritis. Selain itu, penting juga untuk melihat banyak referensi karya seni serta membaca buku dan artikel tentang seni, sehingga penulis memiliki pengetahuan dan pemahaman yang luas dalam menyajikan artikel.

"Hal yang harus dipelihara adalah rasa ingin tahu di balik sebuah karya seni atau pertunjukan. Menurut saya itu menjadi hal yang penting untuk penulis," imbuh Dian.

Dian Yuliastuti merupakan jurnalis sekaligus editor di media Tempo yang memiliki spesialisasi dalam bidang seni dan budaya. Dia juga aktif sebagai Pengurus Nasional Asosiasi Jurnalis Indonesia (AJI) dengan menjadi anggota Divisi Gender, Anak dan Kelompok Marjinal (2017-2021), serta Anggota Bidang Pendidikan, Etik dan Profesi (2021-2024). 

Baca juga: Eksklusif Hilmar Farid: Mengawal Konektivitas Sektor Hulu & Hilir Seni Budaya Indonesia 

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)

SEBELUMNYA

Bukan Kamila Andini, Amelia Hapsari Sineas Pertama Indonesia yang Jadi Juri Oscar

BERIKUTNYA

Kementerian Kebudayaan Kembali Buka Program Belajar Bersama Maestro

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: