Budaya Jadi Mata Rantai yang Hilang dalam Aksi Iklim
03 November 2021 |
21:18 WIB
Lembaga nirlaba berbasis di Inggris, Julie’s Bicycle, bekerjasama dengan program Climate Connection British Council, dan organisasi seni Indonesia INSPIRIT, mempublikasikan sebuah laporan berisi rangkuman hasil dari percakapan yang diselenggarakan secara digital, Culture and Environment Roundtable, yang diadakan di Indonesia pada bulan Agustus 2021.
Empat percakapan digital Culture and Environment Roundtable diadakan di Turki, Indonesia, Kolombia, dan Nigeria.
Climate Connection adalah platform global untuk melakukan dialog, kerjasama, dan beraksi untuk melawan perubahan iklim yang diadakan menjelang KTT Iklim PBB COP26, yang dianggap sebagai upaya terpenting untuk mengikat semua negara di dunia dalam mengatasi krisis iklim.
Laporan yang dirilis 25 November lalu menggaris bawahi posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
"Seni, budaya dan industri kreatif telah banyak merangkul isu-isu lingkungan di tingkat mikro," ujar pendiri dan CEO Julie's Bicycle Alison Tickle.
Dia menambahkan, untuk meningkatkan upaya individu mereka, pemerintah harus turun tangan dengan adaptasi kebijakan budaya yang mendesak untuk mendorong, memberi sumber daya, memberikan pengetahuan dan pelatihan mengenai pelestarian lingkungan.
"Dan kebijakan lingkungan, setelahnya, harus mengintegrasikan seni dan budaya," katanya
Tujuan jangka menengah dari strategi nasional adalah untuk mengurangi risiko di semua sektor berkembang termasuk pertanian, air, keamanan energi, kehutanan, kelautan dan perikanan, kesehatan, pelayanan publik, infrastruktur dan sistem urban pada tahun 2030 (World Bank, 2021).
Akan tetapi Indonesia saat ini merupakan salah satu dari 10 penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yang sebagian besar berasal dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan.
Dari sisi budaya, jejak seni dan cerita manusia yang tertua ditemukan di Indonesia: lukisan berusia 43,900 tahun menghiasi dinding gua lebih dari dari 300 situs di perbukitan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.
Menurut tradisi, keberlanjutan sosial dan lingkungan sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Bagi banyak seniman Indonesia, titik awal proyek mereka dalam menanggapi perubahan iklim sebagian besar bersifat sosial, bukan lingkungan.
Laporan ini juga menyoroti bagaimana seni dan budaya bisa mengangkat masalah lingkungan kepada audiens dengan cara yang dapat dipahami.
Selain dapat mempromosikan kampanye sosial dan lingkungan tertentu, seni dan budaya juga memainkan peran penting dalam membentuk tanggung jawab sosial yang lebih luas untuk melestarikan lingkungan dan membangun ketahanan dalam gerakan perubahan ini.
Laporan lengkap berbahasa Indonesia bisa Genhype baca di website Julie's Bicycle.
Editor Fajar Sidik
Empat percakapan digital Culture and Environment Roundtable diadakan di Turki, Indonesia, Kolombia, dan Nigeria.
Climate Connection adalah platform global untuk melakukan dialog, kerjasama, dan beraksi untuk melawan perubahan iklim yang diadakan menjelang KTT Iklim PBB COP26, yang dianggap sebagai upaya terpenting untuk mengikat semua negara di dunia dalam mengatasi krisis iklim.
Laporan yang dirilis 25 November lalu menggaris bawahi posisi Indonesia sebagai salah satu negara yang paling rentan terhadap perubahan iklim.
"Seni, budaya dan industri kreatif telah banyak merangkul isu-isu lingkungan di tingkat mikro," ujar pendiri dan CEO Julie's Bicycle Alison Tickle.
Dia menambahkan, untuk meningkatkan upaya individu mereka, pemerintah harus turun tangan dengan adaptasi kebijakan budaya yang mendesak untuk mendorong, memberi sumber daya, memberikan pengetahuan dan pelatihan mengenai pelestarian lingkungan.
"Dan kebijakan lingkungan, setelahnya, harus mengintegrasikan seni dan budaya," katanya
Ilustrasi Climate Connection Culture and Environment Roundtable Indonesia. (Dok. Julie's Bicycle)
Akan tetapi Indonesia saat ini merupakan salah satu dari 10 penghasil emisi gas rumah kaca terbesar di dunia, yang sebagian besar berasal dari penggunaan lahan, perubahan penggunaan lahan, dan kehutanan.
Dari sisi budaya, jejak seni dan cerita manusia yang tertua ditemukan di Indonesia: lukisan berusia 43,900 tahun menghiasi dinding gua lebih dari dari 300 situs di perbukitan karst Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.
Menurut tradisi, keberlanjutan sosial dan lingkungan sudah merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Bagi banyak seniman Indonesia, titik awal proyek mereka dalam menanggapi perubahan iklim sebagian besar bersifat sosial, bukan lingkungan.
Laporan ini juga menyoroti bagaimana seni dan budaya bisa mengangkat masalah lingkungan kepada audiens dengan cara yang dapat dipahami.
Selain dapat mempromosikan kampanye sosial dan lingkungan tertentu, seni dan budaya juga memainkan peran penting dalam membentuk tanggung jawab sosial yang lebih luas untuk melestarikan lingkungan dan membangun ketahanan dalam gerakan perubahan ini.
Laporan lengkap berbahasa Indonesia bisa Genhype baca di website Julie's Bicycle.
Editor Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.