Hutan Amazon (Sumber Foto: amazon frontlines)

Hutan Amazon Diserbu Rating Bintang 1 oleh Netizen Indonesia, Kenapa?

01 July 2025   |   09:27 WIB
Image
Kintan Nabila Jurnalis Hypeabis.id

Hutan Amazon tiba-tiba menjadi sasaran kemarahan warganet Indonesia. Ribuan ulasan berisi rating bintang satu dan komentar bernada sarkastik membanjiri laman Google Maps kawasan hutan tropis terbesar di dunia itu sejak akhir pekan lalu. 

Aksi ini merupakan bentuk balasan atas gelombang kritik dari warganet Brasil terhadap insiden pendaki Juliana Marins yang meninggal saat dievakuasi di Gunung Rinjani, Lombok.

Baca juga: Tragedi Rinjani, Kemenpar Tegaskan SOP Wajib Ditaati di Destinasi Wisata Ekstrem

Sebelumnya, sejumlah akun asal Brasil membanjiri laman ulasan Gunung Rinjani dengan komentar negatif dan rating rendah. Mereka menilai proses evakuasi terhadap Juliana, yang mengalami hipotermia saat turun dari puncak terlalu lambat. 

Situasi ini memicu kemarahan netizen Indonesia, yang kemudian membalas dengan menyerbu laman ulasan Hutan Amazon di Google Maps. Komentar yang ditinggalkan pun bernada sarkastik dan jenaka. 

Beberapa menuliskan peringatan seperti “Banyak anakonda, hati-hati dimakan” atau "Tempat berbahaya di dunia, jangan datang ke sini". Komentar lainnya menambahkan, “Sering kebakaran, tidak layak disebut paru-paru dunia.” Ada pula yang menyindir kebijakan lingkungan Brasil, seperti “Setiap tahun terbakar, tapi menyalahkan negara lain.”

Meski diserbu dengan ribuan bintang satu, rating Hutan Amazon secara keseluruhan belum turun drastis dan tetap bertahan di angka sekitar 4 dari lebih dari 12.000 ulasan. 

Hingga kini, belum ada pernyataan resmi dari pemerintah Indonesia maupun Brasil terkait insiden ini. Namun di dunia maya, perang rating tampaknya masih berlanjut. Bahkan, baik warga Indonesia maupun Brasil membanjiri komentar di laman Instagram resmi presiden satu sama lain.
 

Kronologi meninggalnya Juliana Marins

Juliana Marins, seorang wanita berusia 26 tahun asal Brasil mendaki Gunung Rinjani pada Sabtu pagi, 21 Juni 2025 sekitar pukul 06.30 WITA. Dia bersama satu pemandu dan lima wisatawan lain, merasa lelah dan meminta beristirahat di area Cemara Tunggal. 

Setelah rombongan melanjutkan perjalanan, Juliana yang berjalan sendiri terpeleset dan terjatuh ke jurang dengan kedalaman diperkirakan 500-600 meter. Drone milik pendaki lain berhasil mendeteksi sinyalnya dan kondisinya terlihat masih hidup saat rekaman itu diambil. 

Namun, medan sangat terjal, cuaca buruk, dan kabut tebal membuat tim SAR, termasuk Basarnas, relawan sukarelawan Rinjani Squad, dan aparat keamanan sulit mencapai lokasi tempat jatuhnya Juliana. 

Setelah empat hari pencarian, jenazah Juliana ditemukan pada Selasa, 24 Juni 2025, di kedalaman sekitar 600 meter. Hasil otopsi dokter forensik menyatakan penyebab kematiannya akibat trauma tumpul (blunt trauma), dengan pendarahan hebat dan rusaknya organ vital, bukan hipotermia, dan kemungkinannya meninggal sekitar 20 menit setelah jatuh. 

Peristiwa ini kemudian memicu kritik keras dari keluarga dan netizen Brasil yang menuduh penanganan evakuasi lamban dan kurang transparan.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

 

SEBELUMNYA

Jejak Lukisan Locatelli di Balik Dinding Istana

BERIKUTNYA

3 Single Baru Rilis Juni 2025: DOM Band hingga Suara Kayu

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: