Waspadai Cacar Api, Jangan Anggap Enteng Cuma Ruam Gatal
17 June 2025 |
20:42 WIB
Banyak orang masih menganggap cacar api hanya sebagai masalah kulit biasa. Padahal, penyakit yang dikenal secara medis sebagai herpes zoster ini bukan sekadar ruam gatal, melainkan bisa menimbulkan nyeri luar biasa, bahkan diklaim melebihi rasa sakit saat melahirkan.
“Cacar api adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster, virus yang sama dengan penyebab cacar air. Setelah sembuh dari cacar air, virus ini tidak hilang, melainkan bersembunyi di jaringan saraf dan dapat aktif kembali saat sistem imun menurun,” jelas dr. Frieda Sp.DVE, Mitra Dokter Spesialis Halodoc.
Nyeri akibat cacar api kerap digambarkan sebagai sensasi terbakar, tertusuk, hingga menyiksa selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Sebuah studi yang dimuat di The Journals of Gerontology menunjukkan bahwa nyeri akut akibat cacar api menempati skala yang lebih tinggi dibandingkan dengan nyeri pasca-melahirkan atau pascaoperasi.
Beberapa faktor risiko lain yang memicu munculnya cacar api antara lain stres berat, komorbid seperti diabetes dan penyakit jantung, gangguan autoimun, serta kondisi imun rendah seperti HIV/AIDS.
Baca juga: Gejala Mirip Cacar, Begini Cara Dokter Mendiagnosis Mpox
Hal yang paling ditakuti dari cacar api adalah komplikasi berupa Post Herpetic Neuralgia (PHN), yaitu nyeri saraf kronis yang bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah ruam sembuh. PHN dapat sangat mengganggu kualitas hidup dan membatasi aktivitas harian secara drastis karena menimbulkan nyeri yang hebat.
“Karena menyerang saraf, pengobatan cacar api tidak bisa hanya mengandalkan salep luar. Dibutuhkan penanganan komprehensif termasuk terapi oral yang disesuaikan dengan kondisi pasien,” ujar dr. Frieda.
Meskipun cacar api lebih dikenal menyerang orang berusia di atas 50 tahun, data Halodoc menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pasien yang berkonsultasi mengenai cacar api berusia antara 25–40 tahun. Selain itu, 60 persen pasien adalah perempuan.
"Data-data ini menegaskan bahwa penyakit cacar api dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia maupun jenis kelamin," ujar Timothy Raditya, Head of Product Marketing Halodoc.
Salah satu penyintas Natasha Vanessa mengakui bahwa gejala awal cacar api sering tidak dikenali dan dipicu oleh stres berat. “Saya memiliki kondisi autoimun dan saat itu sedang mengalami stres berlebihan akibat tekanan pekerjaan, kemungkinan besar inilah yang menjadi pemicunya, " tutur wanita berusia 40 tahun ini.
Bahkan dia merasakan bahwa sakit yang dia alami jauh lebih hebat dibandingkan dengan proses melahirkan dengan operasi caesar maupun operasi gigi bungsu.
Salah satu bentuk perlindungan terbaik terhadap cacar api adalah melalui vaksinasi. Vaksin Shingrix telah terbukti memberikan perlindungan hingga 97 persen terhadap cacar api dan mencegah komplikasi serius seperti PHN. Vaksin ini juga aman karena tidak mengandung virus hidup dan sudah digunakan secara luas di berbagai negara termasuk AS dan Eropa.
Vaksinasi adalah langkah sederhana yang penting untuk menghindari penderitaan yang tidak perlu. "Kita bisa mencegah rasa sakit ekstrem hanya dengan satu langkah preventif,” tegas Natasha.
Baca juga: Dokter Ingatkan Cacar Air Bukan Penyakit Ringan, Vaksin Penting untuk Perlindungan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
“Cacar api adalah penyakit yang disebabkan oleh reaktivasi virus varicella-zoster, virus yang sama dengan penyebab cacar air. Setelah sembuh dari cacar air, virus ini tidak hilang, melainkan bersembunyi di jaringan saraf dan dapat aktif kembali saat sistem imun menurun,” jelas dr. Frieda Sp.DVE, Mitra Dokter Spesialis Halodoc.
Nyeri akibat cacar api kerap digambarkan sebagai sensasi terbakar, tertusuk, hingga menyiksa selama berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu. Sebuah studi yang dimuat di The Journals of Gerontology menunjukkan bahwa nyeri akut akibat cacar api menempati skala yang lebih tinggi dibandingkan dengan nyeri pasca-melahirkan atau pascaoperasi.
Beberapa faktor risiko lain yang memicu munculnya cacar api antara lain stres berat, komorbid seperti diabetes dan penyakit jantung, gangguan autoimun, serta kondisi imun rendah seperti HIV/AIDS.
Baca juga: Gejala Mirip Cacar, Begini Cara Dokter Mendiagnosis Mpox
Hal yang paling ditakuti dari cacar api adalah komplikasi berupa Post Herpetic Neuralgia (PHN), yaitu nyeri saraf kronis yang bisa berlangsung berbulan-bulan hingga bertahun-tahun setelah ruam sembuh. PHN dapat sangat mengganggu kualitas hidup dan membatasi aktivitas harian secara drastis karena menimbulkan nyeri yang hebat.
“Karena menyerang saraf, pengobatan cacar api tidak bisa hanya mengandalkan salep luar. Dibutuhkan penanganan komprehensif termasuk terapi oral yang disesuaikan dengan kondisi pasien,” ujar dr. Frieda.
Meskipun cacar api lebih dikenal menyerang orang berusia di atas 50 tahun, data Halodoc menunjukkan bahwa lebih dari 50 persen pasien yang berkonsultasi mengenai cacar api berusia antara 25–40 tahun. Selain itu, 60 persen pasien adalah perempuan.
"Data-data ini menegaskan bahwa penyakit cacar api dapat menyerang siapa saja, tanpa memandang usia maupun jenis kelamin," ujar Timothy Raditya, Head of Product Marketing Halodoc.
Salah satu penyintas Natasha Vanessa mengakui bahwa gejala awal cacar api sering tidak dikenali dan dipicu oleh stres berat. “Saya memiliki kondisi autoimun dan saat itu sedang mengalami stres berlebihan akibat tekanan pekerjaan, kemungkinan besar inilah yang menjadi pemicunya, " tutur wanita berusia 40 tahun ini.
Bahkan dia merasakan bahwa sakit yang dia alami jauh lebih hebat dibandingkan dengan proses melahirkan dengan operasi caesar maupun operasi gigi bungsu.
Salah satu bentuk perlindungan terbaik terhadap cacar api adalah melalui vaksinasi. Vaksin Shingrix telah terbukti memberikan perlindungan hingga 97 persen terhadap cacar api dan mencegah komplikasi serius seperti PHN. Vaksin ini juga aman karena tidak mengandung virus hidup dan sudah digunakan secara luas di berbagai negara termasuk AS dan Eropa.
Vaksinasi adalah langkah sederhana yang penting untuk menghindari penderitaan yang tidak perlu. "Kita bisa mencegah rasa sakit ekstrem hanya dengan satu langkah preventif,” tegas Natasha.
Baca juga: Dokter Ingatkan Cacar Air Bukan Penyakit Ringan, Vaksin Penting untuk Perlindungan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.