Kenali Metode Bariatrik untuk Penanganan Obesitas yang Efektif
29 May 2025 |
21:30 WIB
Gaya hidup yang kurang sehat dan pola makan tidak terkontrol menjadi faktor utama peningkatan angka obesitas di Indonesia, yang berkontribusi terhadap risiko penyakit kronis seperti diabetes dan penyakit jantung serta menurunkan kualitas hidup.
Untuk mengatasi masalah obesitas, ternyata tidak cukup hanya sekadar diet dan olahraga, apalagi jika memiliki berat badan yang sulit dikontrol. Tak heran bila dalam beberapa waktu terakhir ini makin banyak masyarakat yang memilih untuk melakukan prosedur medis agar dapat menurunkan berat badan secara efektif dan berkelanjutan.
Baca juga: Hari Anti Obesitas Diperingati Setiap 26 November, Simak Kiat Mencegah Kegemukan
Salah satu layanan medis yang kini banyak diminati adalah prosedur bariatrik atau yang lebih dikenal dengan ‘potong lambung’. Metode ini merupakan suatu tindakan medis yang ditangani oleh dokter spesialis bedah digestif dan bedah plastik rekonstruksi menggunakan teknik laparoskopi modern.
Dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi di Lighthouse Advanced, Guadalupe Maria Melisa menjelaskan bahwa dalam menjalani prosedur bariatrik ini ada kriteria khusus yang harus dipenuhi yakni memiliki indeks massa tubuh atau BMI (Body Mass Index) di atas 35.
Apalagi jika sudah disertai kondisi medis penyerta (kormobid) seperti diabetes tipe 2, hipertensi, atau sleep apnea. Namun tentu saja semua tindakan harus melalui konsultasi bersama dokter spesialis. Dengan teknik laparoskopi yang minim invasif, pasien dapat menjalani prosedur ini dengan risiko komplikasi yang lebih rendah dan waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan operasi terbuka.
Ada tiga metode utama dalam prosedur bariatrik ini yakni gastric sleeve, gastric bypass, dan gastric balloon. “Prosedur ini bekerja dengan mengurangi volume lambung dan memodifikasi proses pencernaan sehingga penurunan berat badan terjadi secara signifikan dan efektif,” ujarnya ujarnya dalam konferensi pers grand opening LightHouse Advance di MOI, Jakarta.
Lebih lanjut, Guadalupe Maria Melisa menjelaskan bahwa prosedur LW Bariatrix Gastric Sleeve secara permanen memperkecil ukuran lambung sehingga sinyal lapar menjadi lebih terkontrol dan asupan makanan berkurang.
Sementara itu, LW Bariatrix Gastric Bypass membuat kantung lambung yang lebih kecil dan menghubungkannya langsung ke usus halus, yang turut mengurangi penyerapan kalori. Adapun LW Bariatrix Gastric Balloon merupakan metode menempatkan balon khusus di dalam lambung untuk membatasi volume makanan yang bisa masuk.
Pendekatan medis ini tidak berdiri sendiri. Anna Yesito Wibowo, Direktur Marketing Light Group menegaskan bahwa akan ada pada pendampingan secara holistik dan pengawasan secara medis. Tim multidisiplin yang terdiri dari dokter spesialis bedah, dokter spesialis digestif, dokter anestesi, psikolog, serta ahli gizi bekerja sama untuk memberikan penanganan menyeluruh dan berkelanjutan.
“Proses ini memastikan tidak hanya penurunan berat badan secara kuantitatif, tetapi juga keberhasilan jangka panjang dalam perubahan gaya hidup pasien,” kata Anna. Pendekatan ini sangat penting agar pasien dapat menjaga berat badan ideal dan meningkatkan kualitas hidup setelah prosedur.
Salah satu pasien obesitas yang melakukan prosedur bariatriks adalah Jelita Ramlan. Menurutya, setelah melahirkan berat badannya meningkat sigifikan hingga mencapai angka 160 kg. Sempat melakukan berbagai macam diet, tetapi berat badannya hanya stagnan di angka 130 kg.
“Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjalani prosedur LW Bariatrix Gastric Bypass. Dalam waktu 6 bulan golden period, berat badan saya turun dari 130 kg ke 87 kg dan masih terus berlanjut secara progresif hingga saat ini,” jelasnya.
Setelah menjalani operasi bariatrix, Jelita mengalami perubahan pada tubuhnya terutama di bagian perut, leher, dan lengan. Namun, prosedur tersebut tidak hanya sekedar menurunkan berat badannya saja tetapi juga mengubah hidupnya menjadi lebih sehat. Mindsetnya berubah menjadi lebih positif, dia pun mengaku lebih mudah dalam beraktivitas sehingga ikut meningkatkan rasa percaya diri.
Jelita juga mengungkapkan perubahan dalam pola makan dan aktivitas sehari-harinya. “Sekarang aku makan lebih sehat, biasanya aku makan sama anakku, tapi aku pilih menu yang lebih sehat dan bergizi. Pantangan khusus sih nggak ada, tapi aku sudah paham harus mengatur asupan dengan baik,” kata Jelita.
Baca juga: Waspada, Obesitas Sentral Jadi Faktor Risiko Penyakit Jantung
Untuk mengatasi masalah obesitas, ternyata tidak cukup hanya sekadar diet dan olahraga, apalagi jika memiliki berat badan yang sulit dikontrol. Tak heran bila dalam beberapa waktu terakhir ini makin banyak masyarakat yang memilih untuk melakukan prosedur medis agar dapat menurunkan berat badan secara efektif dan berkelanjutan.
Baca juga: Hari Anti Obesitas Diperingati Setiap 26 November, Simak Kiat Mencegah Kegemukan
Salah satu layanan medis yang kini banyak diminati adalah prosedur bariatrik atau yang lebih dikenal dengan ‘potong lambung’. Metode ini merupakan suatu tindakan medis yang ditangani oleh dokter spesialis bedah digestif dan bedah plastik rekonstruksi menggunakan teknik laparoskopi modern.
Dokter spesialis bedah plastik dan rekonstruksi di Lighthouse Advanced, Guadalupe Maria Melisa menjelaskan bahwa dalam menjalani prosedur bariatrik ini ada kriteria khusus yang harus dipenuhi yakni memiliki indeks massa tubuh atau BMI (Body Mass Index) di atas 35.
Apalagi jika sudah disertai kondisi medis penyerta (kormobid) seperti diabetes tipe 2, hipertensi, atau sleep apnea. Namun tentu saja semua tindakan harus melalui konsultasi bersama dokter spesialis. Dengan teknik laparoskopi yang minim invasif, pasien dapat menjalani prosedur ini dengan risiko komplikasi yang lebih rendah dan waktu pemulihan yang lebih cepat dibandingkan operasi terbuka.
Ada tiga metode utama dalam prosedur bariatrik ini yakni gastric sleeve, gastric bypass, dan gastric balloon. “Prosedur ini bekerja dengan mengurangi volume lambung dan memodifikasi proses pencernaan sehingga penurunan berat badan terjadi secara signifikan dan efektif,” ujarnya ujarnya dalam konferensi pers grand opening LightHouse Advance di MOI, Jakarta.
Lebih lanjut, Guadalupe Maria Melisa menjelaskan bahwa prosedur LW Bariatrix Gastric Sleeve secara permanen memperkecil ukuran lambung sehingga sinyal lapar menjadi lebih terkontrol dan asupan makanan berkurang.
Sementara itu, LW Bariatrix Gastric Bypass membuat kantung lambung yang lebih kecil dan menghubungkannya langsung ke usus halus, yang turut mengurangi penyerapan kalori. Adapun LW Bariatrix Gastric Balloon merupakan metode menempatkan balon khusus di dalam lambung untuk membatasi volume makanan yang bisa masuk.
Pendekatan medis ini tidak berdiri sendiri. Anna Yesito Wibowo, Direktur Marketing Light Group menegaskan bahwa akan ada pada pendampingan secara holistik dan pengawasan secara medis. Tim multidisiplin yang terdiri dari dokter spesialis bedah, dokter spesialis digestif, dokter anestesi, psikolog, serta ahli gizi bekerja sama untuk memberikan penanganan menyeluruh dan berkelanjutan.
“Proses ini memastikan tidak hanya penurunan berat badan secara kuantitatif, tetapi juga keberhasilan jangka panjang dalam perubahan gaya hidup pasien,” kata Anna. Pendekatan ini sangat penting agar pasien dapat menjaga berat badan ideal dan meningkatkan kualitas hidup setelah prosedur.
Salah satu pasien obesitas yang melakukan prosedur bariatriks adalah Jelita Ramlan. Menurutya, setelah melahirkan berat badannya meningkat sigifikan hingga mencapai angka 160 kg. Sempat melakukan berbagai macam diet, tetapi berat badannya hanya stagnan di angka 130 kg.
“Hingga akhirnya saya memutuskan untuk menjalani prosedur LW Bariatrix Gastric Bypass. Dalam waktu 6 bulan golden period, berat badan saya turun dari 130 kg ke 87 kg dan masih terus berlanjut secara progresif hingga saat ini,” jelasnya.
Setelah menjalani operasi bariatrix, Jelita mengalami perubahan pada tubuhnya terutama di bagian perut, leher, dan lengan. Namun, prosedur tersebut tidak hanya sekedar menurunkan berat badannya saja tetapi juga mengubah hidupnya menjadi lebih sehat. Mindsetnya berubah menjadi lebih positif, dia pun mengaku lebih mudah dalam beraktivitas sehingga ikut meningkatkan rasa percaya diri.
Jelita juga mengungkapkan perubahan dalam pola makan dan aktivitas sehari-harinya. “Sekarang aku makan lebih sehat, biasanya aku makan sama anakku, tapi aku pilih menu yang lebih sehat dan bergizi. Pantangan khusus sih nggak ada, tapi aku sudah paham harus mengatur asupan dengan baik,” kata Jelita.
Baca juga: Waspada, Obesitas Sentral Jadi Faktor Risiko Penyakit Jantung
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.