Ratusan Situs Warisan Budaya di Gaza Rusak Akibat Perang, Salah Satunya Biara Tertua di Timur Tengah
24 May 2025 |
17:00 WIB
Perang di Gaza telah berdampak pada ratusan situs budaya, selain jatuhnya banyak korban jiwa. Berdasarkan pantauan UNESCO, setidaknya terdapat lebih dari 100 situs warisan budaya yang menyimpan sejarah penting bangsa tersebut, rusak akibat serangan Israel sejak 2023.
Berdasarkan pemantauan terbaru UNESCO, hingga saat ini terdapat 107 situs budaya di Gaza yang rusak, bahkan hancur akibat serangan. Data tersebut didapat pemantauan jarak jauh berdasarkan citra satelit, sehingga data yang didapat masih bersifat penilaian kerusakan awal.
Menurut UNESCO karena dilakukan melalui pemantauan citra satelit dan analisis jarak jauh, besar kemungkinan situs yang rusak juga lebih banyak karena belum terdata. Akan tetapi, yang paling banyak terdampak adalah bangunan bersejarah dan situs keagamaan, monumen, dan arkeologi.
"Kami sedang melakukan penilaian awal kerusakan properti budaya melalui pemantauan jarak jauh berdasarkan citra satelit dan analisis yang disediakan oleh UNITAR/UNOSAT," tulis UNESCO di laman resmi mereka.
Baca juga: Kemenkebud Ajukan Tempe hingga Teater Mak Yong Jadi Warisan Budaya Takbenda ke UNESCO
Menurut laporan terbaru hingga 13 Mei 2025, terdapat 107 situs yang rusak imbas perang. Mencakup 13 situs keagamaan, 74 bangunan bernilai sejarah dan artistik, 3 tempat penyimpanan artefak budaya bergerak, 9 monumen, 1 museum, dan 7 situs arkeologi, yang tersebar di Gaza.
Adapun salah satu yang cukup terdampak adalah biara Saint Hilarion, yang terletak di tepi selatan Wadi Gaza. Saint Hilarion merupakan salah satu biara tertua di Timur Tengah dan menjadi saksi unik yang luar biasa tentang kemunculan agama Kristen di wilayah tersebut.
Situs tersebut saat ini juga telah dijaga di bawah pengawasan langsung Kementerian Pariwisata dan Purbakala Otoritas Palestina. UNESCO juga menghimbau semua pihak yang terlibat untuk benar-benar menghormati hukum internasional, dengan tidak menyerang properti budaya.
Perang di gaza telah menewaskan setidaknya 53.010 warga Palestina, dan melukai ratusan ribu menurut otoritas kesehatan setempat. Ini belum termasuk mereka yang terjebak di reruntuhan dan yang berada di jalan, karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka.
Selain mengecam genosida, sejumlah negara juga menyerukan untuk melindungi warisan budaya di Gaza seiring meningkatnya intensitas serangan Israel ke Palestina. Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, belum lama ini juga menyerukan hal tersebut dalam acara The 77th Commemoration of Nakba Day.
The 77th Commemoration of Nakba Day adalah acara untuk mengenang 77 tahun sejak hari dimulainya penghancuran tanah air Palestina dan pengusiran massal penduduk Palestina, yang dimulai pada 15 Mei 1948, dan menjadi krisis pengungsi Palestina yang berlanjut hingga kini.
"Selain serangan udara dan agresi brutal dari Israel sejak 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari lima puluh ribu warga Palestina di Gaza. Ini merupakan genosida budaya atau penghancuran identitas budaya secara sengaja." katanya.
Lebih lanjut Menbud mengungkap, lewat diplomasi strategis, promosi, dan kerjasama, sejumlah negara juga dapat memanfaatkan kekuatan budaya sebagai soft power untuk mendorong perdamaian, dialog dan kolaborasi di tingkat bilateral, regional, dan multilateral, termasuk di UNESCO.
"Dengan seluruh pemangku kepentingan yang relevan, kegiatan tersebut juga penting dilakukan guna mempromosikan perdamaian, kesetaraan, keadilan, dan keamanan, serta mengakhiri genosida budaya di Palestina," imbuhnya.
Baca juga: Daftar 14 Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia yang Diakui Dunia oleh UNESCO
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Berdasarkan pemantauan terbaru UNESCO, hingga saat ini terdapat 107 situs budaya di Gaza yang rusak, bahkan hancur akibat serangan. Data tersebut didapat pemantauan jarak jauh berdasarkan citra satelit, sehingga data yang didapat masih bersifat penilaian kerusakan awal.
Menurut UNESCO karena dilakukan melalui pemantauan citra satelit dan analisis jarak jauh, besar kemungkinan situs yang rusak juga lebih banyak karena belum terdata. Akan tetapi, yang paling banyak terdampak adalah bangunan bersejarah dan situs keagamaan, monumen, dan arkeologi.
"Kami sedang melakukan penilaian awal kerusakan properti budaya melalui pemantauan jarak jauh berdasarkan citra satelit dan analisis yang disediakan oleh UNITAR/UNOSAT," tulis UNESCO di laman resmi mereka.
Baca juga: Kemenkebud Ajukan Tempe hingga Teater Mak Yong Jadi Warisan Budaya Takbenda ke UNESCO
Menurut laporan terbaru hingga 13 Mei 2025, terdapat 107 situs yang rusak imbas perang. Mencakup 13 situs keagamaan, 74 bangunan bernilai sejarah dan artistik, 3 tempat penyimpanan artefak budaya bergerak, 9 monumen, 1 museum, dan 7 situs arkeologi, yang tersebar di Gaza.
Adapun salah satu yang cukup terdampak adalah biara Saint Hilarion, yang terletak di tepi selatan Wadi Gaza. Saint Hilarion merupakan salah satu biara tertua di Timur Tengah dan menjadi saksi unik yang luar biasa tentang kemunculan agama Kristen di wilayah tersebut.
Situs tersebut saat ini juga telah dijaga di bawah pengawasan langsung Kementerian Pariwisata dan Purbakala Otoritas Palestina. UNESCO juga menghimbau semua pihak yang terlibat untuk benar-benar menghormati hukum internasional, dengan tidak menyerang properti budaya.
Perang di gaza telah menewaskan setidaknya 53.010 warga Palestina, dan melukai ratusan ribu menurut otoritas kesehatan setempat. Ini belum termasuk mereka yang terjebak di reruntuhan dan yang berada di jalan, karena tim penyelamat tidak bisa menjangkau mereka.
Selain mengecam genosida, sejumlah negara juga menyerukan untuk melindungi warisan budaya di Gaza seiring meningkatnya intensitas serangan Israel ke Palestina. Menteri Kebudayaan RI, Fadli Zon, belum lama ini juga menyerukan hal tersebut dalam acara The 77th Commemoration of Nakba Day.
The 77th Commemoration of Nakba Day adalah acara untuk mengenang 77 tahun sejak hari dimulainya penghancuran tanah air Palestina dan pengusiran massal penduduk Palestina, yang dimulai pada 15 Mei 1948, dan menjadi krisis pengungsi Palestina yang berlanjut hingga kini.
"Selain serangan udara dan agresi brutal dari Israel sejak 7 Oktober 2023 yang telah menewaskan lebih dari lima puluh ribu warga Palestina di Gaza. Ini merupakan genosida budaya atau penghancuran identitas budaya secara sengaja." katanya.
Lebih lanjut Menbud mengungkap, lewat diplomasi strategis, promosi, dan kerjasama, sejumlah negara juga dapat memanfaatkan kekuatan budaya sebagai soft power untuk mendorong perdamaian, dialog dan kolaborasi di tingkat bilateral, regional, dan multilateral, termasuk di UNESCO.
"Dengan seluruh pemangku kepentingan yang relevan, kegiatan tersebut juga penting dilakukan guna mempromosikan perdamaian, kesetaraan, keadilan, dan keamanan, serta mengakhiri genosida budaya di Palestina," imbuhnya.
Baca juga: Daftar 14 Warisan Budaya Takbenda dari Indonesia yang Diakui Dunia oleh UNESCO
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.