WHO Catat 5 Penyakit yang Ancam Warga di Wilayah Konflik
13 November 2023 |
22:04 WIB
Warga di daerah konflik berisiko tinggi terancam sejumlah penyakit. Seperti di Gaza, Palestina, masyarakat yang ada di wilayah ini dilaporkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa sebagian besar warganya terkena diare hingga cacar air akibat sanitasi yang buruk dan paparan polutan.
Data terakhir WHO menyebutkan 54.866 orang di Gaza terkena infeksi saluran pernapasan dengan gejala yang muncul seperti pilek, batuk, dan sakit tenggorokan. Penyakit pernapasan diketahui menjadi penyebab kematian keenam paling umum di Jalur Gaza sebelum invasi Israel bulan lalu.
Penyakit terbanyak berikutnya yang diderita warga Gaza yakni diare. WHO mencatat ada 33.551 kasus diare di wilayah tersebut, sebagian besar dialami anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Baca juga: Kenali Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegah Penyakit Demensia
Sebagai perbandingan, pada 2021 dan 2022 terdapat rata-rata 2.000 kasus per bulan pada anak balita. Minum air yang terkontaminasi adalah salah satu penyebab utama diare.
Di posisi ketiga yakni ruam kulit dengan 12.635 kasus. Bakteri dan virus dapat membuat bagian kulit menjadi merah, meradang, dan gatal. Ruam kulit dan kudis adalah beberapa tanda pertama kurangnya pasokan air untuk kebersihan yang baik.
Penyakit yang dialami warga Gaza berikutnya yakni infeksi seperti kudis dan akibat kutu. Sebanyak 8.944 kasus infeksi parasit ini telah dilaporkan. Meskipun kutu biasanya menyerang rambut, tapi kudis terjadi di bagian tubuh lain karena kutu lebih suka bersembunyi di dalam kulit. Keduanya menyebabkan rasa gatal yang parah.
Kelima yakni cacar air. Setidaknya 1.005 warga Gaza terkena penyakit yang menyebabkan ruam, demam, gatal, dan melepuh. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak namun bisa juga menginfeksi orang dewasa.
Michael Talhami, penasihat program strategis untuk infrastruktur dan layanan penting dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC), deretan penyakit ini terjadi akibat pasokan air yang terkontaminasi atau tidak memadai. Faktor lainnya yakni karena kepadatan penduduk dan terganggunya kebersihan.
Beberapa keluarga di Gaza tinggal di apartemen yang sempit dan sebagian lainnya berlindung di fasilitas PBB. Tempat pengungsian ini disebut tidak layak karena akses penyediaan fasilitas yang terbatas akibat blokade.
Sementara itu, sampah padat menumpuk di jalan-jalan Gaza, menciptakan tempat berkembang biak bagi serangga dan hewan pengerat yang membawa dan menularkan penyakit. Bakteri berbahaya juga merembes melalui pasokan air di Gaza mulai dari laut hingga air minum.
“Bahkan jika air tersebut masih diolah dari sumbernya, saat air tersebut disalurkan, ada banyak cara bagi kontaminan untuk masuk. Sangat sulit untuk melakukan pemantauan dalam kondisi seperti ini,” ujar Talhami, dikutip dari Al Jazeera, Senin (13/11/2023).
Dia menyampaikan kerusakan pada bangunan tempat tinggal juga dapat mencemari pasokan air untuk keperluan rumah tangga karena biasanya terhubung dengan infrastruktur yang berada di bawah jalan utama dan jalan samping. Di tengah rusaknya sistem sanitasi, ratusan warga Gaza terpaksa berbagi toilet dalam jumlah terbatas.
Baca juga: Waspada Ancaman Penyakit saat Musim Hujan, Influenza sampai Demam Berdarah
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut di tempat penampungan di wilayah selatan, setidaknya 600 pengungsi berbagi satu toilet. Dalam kasus infeksi saluran pernafasan, hal ini terjadi karena warga Gaza menghirup gas beracun dari aktivitas militer.
Editor: Fajar Sidik
Data terakhir WHO menyebutkan 54.866 orang di Gaza terkena infeksi saluran pernapasan dengan gejala yang muncul seperti pilek, batuk, dan sakit tenggorokan. Penyakit pernapasan diketahui menjadi penyebab kematian keenam paling umum di Jalur Gaza sebelum invasi Israel bulan lalu.
Penyakit terbanyak berikutnya yang diderita warga Gaza yakni diare. WHO mencatat ada 33.551 kasus diare di wilayah tersebut, sebagian besar dialami anak-anak di bawah usia 5 tahun.
Baca juga: Kenali Penyebab, Dampak, dan Cara Mencegah Penyakit Demensia
Sebagai perbandingan, pada 2021 dan 2022 terdapat rata-rata 2.000 kasus per bulan pada anak balita. Minum air yang terkontaminasi adalah salah satu penyebab utama diare.
Di posisi ketiga yakni ruam kulit dengan 12.635 kasus. Bakteri dan virus dapat membuat bagian kulit menjadi merah, meradang, dan gatal. Ruam kulit dan kudis adalah beberapa tanda pertama kurangnya pasokan air untuk kebersihan yang baik.
Penyakit yang dialami warga Gaza berikutnya yakni infeksi seperti kudis dan akibat kutu. Sebanyak 8.944 kasus infeksi parasit ini telah dilaporkan. Meskipun kutu biasanya menyerang rambut, tapi kudis terjadi di bagian tubuh lain karena kutu lebih suka bersembunyi di dalam kulit. Keduanya menyebabkan rasa gatal yang parah.
Kelima yakni cacar air. Setidaknya 1.005 warga Gaza terkena penyakit yang menyebabkan ruam, demam, gatal, dan melepuh. Penyakit ini terutama menyerang anak-anak namun bisa juga menginfeksi orang dewasa.
Michael Talhami, penasihat program strategis untuk infrastruktur dan layanan penting dari Komite Palang Merah Internasional (ICRC), deretan penyakit ini terjadi akibat pasokan air yang terkontaminasi atau tidak memadai. Faktor lainnya yakni karena kepadatan penduduk dan terganggunya kebersihan.
Beberapa keluarga di Gaza tinggal di apartemen yang sempit dan sebagian lainnya berlindung di fasilitas PBB. Tempat pengungsian ini disebut tidak layak karena akses penyediaan fasilitas yang terbatas akibat blokade.
Sementara itu, sampah padat menumpuk di jalan-jalan Gaza, menciptakan tempat berkembang biak bagi serangga dan hewan pengerat yang membawa dan menularkan penyakit. Bakteri berbahaya juga merembes melalui pasokan air di Gaza mulai dari laut hingga air minum.
“Bahkan jika air tersebut masih diolah dari sumbernya, saat air tersebut disalurkan, ada banyak cara bagi kontaminan untuk masuk. Sangat sulit untuk melakukan pemantauan dalam kondisi seperti ini,” ujar Talhami, dikutip dari Al Jazeera, Senin (13/11/2023).
Dia menyampaikan kerusakan pada bangunan tempat tinggal juga dapat mencemari pasokan air untuk keperluan rumah tangga karena biasanya terhubung dengan infrastruktur yang berada di bawah jalan utama dan jalan samping. Di tengah rusaknya sistem sanitasi, ratusan warga Gaza terpaksa berbagi toilet dalam jumlah terbatas.
Baca juga: Waspada Ancaman Penyakit saat Musim Hujan, Influenza sampai Demam Berdarah
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (OCHA) menyebut di tempat penampungan di wilayah selatan, setidaknya 600 pengungsi berbagi satu toilet. Dalam kasus infeksi saluran pernafasan, hal ini terjadi karena warga Gaza menghirup gas beracun dari aktivitas militer.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.