Waspada Terjerat Penipuan Donasi Korban Palestina di Medsos, Begini Cara Mencegahnya
23 October 2023 |
10:38 WIB
Penjahat siber tengah memanfaatkan konflik Israel-Hamas. Mereka membuat modus penipuan berupa donasi amal untuk para korban yang terdampak konflik, terutama dari Palestina. Kedok donasi ini bertebaran di media sosial. Pakar Kaspersky mengamati lonjakan email penipuan yang ditulis dalam bahasa Inggris. Solusi keamanan perusahaan mendeteksi lebih dari 540 email semacam itu.
Andrey Kovtun, pakar keamanan di Kaspersky menerangkan para penjahat siber menggunakan teknik rekayasa sosial canggih untuk mengeksploitasi keinginan masyarakat yang ingin membantu dan mencoba memikat calon korban agar memberikan donasi palsu. Mereka menyamar sebagai organisasi amal dan menggunakan bahasa emosional untuk membujuk pengguna agar mengeklik tautan situs web penipuan.
Baca juga: Waspada Penipuan Jelang Rilis iPhone 15, Begini Modusnya
Ketika korban membuka tautan situs web penipuan, mereka akan diminta untuk berkontribusi. Email penipuan ini pun datang dari berbagai alamat.
Andrey menyebut dalam email, penipu membuat beberapa variasi teks untuk menghindari filter spam. Misalnya, mereka menggunakan berbagai frasa ajakan berdonasi seperti kami menyerukan belas kasih dan kebajikan Anda atau kami menyerukan empati dan kemurahan hati Anda, dan mengganti kata-kata seperti ‘bantuan’ dengan sinonim seperti ‘dukungan'. “Selain itu, mereka mengubah tautan dan alamat pengirim,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Senin (23/10/2023).
Pakar Kaspersky ini menerangkan tautan yang digunakan dalam email mengarah ke situs web penipuan. Situs web ini memberikan konteks kepada pengguna tentang konflik, menampilkan foto, dan mendorong mereka untuk memberikan donasi.
Penipu juga memfasilitasi transfer uang dengan mudah. Mereka menawarkan opsi untuk berbagai transaksi mata uang termasuk kripto – Bitcoin, Ethereum, Tether, hingga Litecoin.
Andrey menyampaikan halaman penipuan seperti ini dapat berkembang dengan cepat, mengubah desainnya, dan menargetkan berbagai kelompok. Oleh karena itu, untuk menghindari penipuan, dia menyarankan masyarakat sebaiknya memeriksa halaman secara menyeluruh sebelum berdonasi.
“Situs palsu sering kali tidak memiliki informasi utama tentang penyelenggara amal, penerima, dokumentasi legitimasi, atau kurang transparan mengenai penggunaan dana,” ungkapnya.
Agar tidak terjebak penipuan donasi online, Andrey menyampaikan ada beberapa langkah yang bisa diterapkan. Pertama, periksa situs web dan kredensial badan amal tersebut. Badan amal yang sah biasanya akan didaftarkan. “Anda harus memeriksa ulang kredensial organisasi di basis data yang diketahui untuk memastikan keasliannya,” sarannya.
Kedua, sebaiknya datang ke organisasi amal secara langsung untuk berdonasi atau menawarkan dukungan. Untuk berdonasi secara online, ketikkan alamat situs amal akan lebih aman daripada mengklik link.
Ketiga, jika kamu tidak yakin mengenai organisasi yang telah diperiksa, rujuk ke organisasi terkenal yang memberikan dukungan kemanusiaan seperti badan bantuan PBB. Keempat, selalu ingat bahwa individu yang terkena dampak krisis kemungkinan tidak akan menghubungi kamu secara langsung untuk meminta donasi. Berhati-hatilah terhadap permintaan pengiriman uang.
Kelima, tetap waspada. Situs web palsu mungkin terlihat hampir mirip dengan situs amal asli, hanya detail tempat mengirim donasi yang menjadi satu-satunya perbedaan. “Kesalahan ejaan atau tata bahasa sering kali menunjukkan halaman palsu,” imbuhnya.
Baca juga: Waspadai Jenis-Jenis Modus Penipuan Online yang Sedang Marak
Terakhir, Andrey mengimbau agar masyarakat berhati-hatilah dalam bermedia sosial. Media sosial adalah cara efektif bagi badan amal untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan meminta donasi. Namun jangan berasumsi bahwa permintaan donasi di Facebook, Twitter, Instagram, atau YouTube itu sah hanya karena ada teman yang menyukai atau membagikannya. Luangkan waktu untuk meneliti kelompok sebelum berdonasi ya, Genhype.
Editor: Fajar Sidik
Andrey Kovtun, pakar keamanan di Kaspersky menerangkan para penjahat siber menggunakan teknik rekayasa sosial canggih untuk mengeksploitasi keinginan masyarakat yang ingin membantu dan mencoba memikat calon korban agar memberikan donasi palsu. Mereka menyamar sebagai organisasi amal dan menggunakan bahasa emosional untuk membujuk pengguna agar mengeklik tautan situs web penipuan.
Baca juga: Waspada Penipuan Jelang Rilis iPhone 15, Begini Modusnya
Ketika korban membuka tautan situs web penipuan, mereka akan diminta untuk berkontribusi. Email penipuan ini pun datang dari berbagai alamat.
Andrey menyebut dalam email, penipu membuat beberapa variasi teks untuk menghindari filter spam. Misalnya, mereka menggunakan berbagai frasa ajakan berdonasi seperti kami menyerukan belas kasih dan kebajikan Anda atau kami menyerukan empati dan kemurahan hati Anda, dan mengganti kata-kata seperti ‘bantuan’ dengan sinonim seperti ‘dukungan'. “Selain itu, mereka mengubah tautan dan alamat pengirim,” ujarnya dikutip Hypeabis.id, Senin (23/10/2023).
Pakar Kaspersky ini menerangkan tautan yang digunakan dalam email mengarah ke situs web penipuan. Situs web ini memberikan konteks kepada pengguna tentang konflik, menampilkan foto, dan mendorong mereka untuk memberikan donasi.
Penipu juga memfasilitasi transfer uang dengan mudah. Mereka menawarkan opsi untuk berbagai transaksi mata uang termasuk kripto – Bitcoin, Ethereum, Tether, hingga Litecoin.
Andrey menyampaikan halaman penipuan seperti ini dapat berkembang dengan cepat, mengubah desainnya, dan menargetkan berbagai kelompok. Oleh karena itu, untuk menghindari penipuan, dia menyarankan masyarakat sebaiknya memeriksa halaman secara menyeluruh sebelum berdonasi.
“Situs palsu sering kali tidak memiliki informasi utama tentang penyelenggara amal, penerima, dokumentasi legitimasi, atau kurang transparan mengenai penggunaan dana,” ungkapnya.
Agar tidak terjebak penipuan donasi online, Andrey menyampaikan ada beberapa langkah yang bisa diterapkan. Pertama, periksa situs web dan kredensial badan amal tersebut. Badan amal yang sah biasanya akan didaftarkan. “Anda harus memeriksa ulang kredensial organisasi di basis data yang diketahui untuk memastikan keasliannya,” sarannya.
Kedua, sebaiknya datang ke organisasi amal secara langsung untuk berdonasi atau menawarkan dukungan. Untuk berdonasi secara online, ketikkan alamat situs amal akan lebih aman daripada mengklik link.
Ketiga, jika kamu tidak yakin mengenai organisasi yang telah diperiksa, rujuk ke organisasi terkenal yang memberikan dukungan kemanusiaan seperti badan bantuan PBB. Keempat, selalu ingat bahwa individu yang terkena dampak krisis kemungkinan tidak akan menghubungi kamu secara langsung untuk meminta donasi. Berhati-hatilah terhadap permintaan pengiriman uang.
Kelima, tetap waspada. Situs web palsu mungkin terlihat hampir mirip dengan situs amal asli, hanya detail tempat mengirim donasi yang menjadi satu-satunya perbedaan. “Kesalahan ejaan atau tata bahasa sering kali menunjukkan halaman palsu,” imbuhnya.
Baca juga: Waspadai Jenis-Jenis Modus Penipuan Online yang Sedang Marak
Terakhir, Andrey mengimbau agar masyarakat berhati-hatilah dalam bermedia sosial. Media sosial adalah cara efektif bagi badan amal untuk berkomunikasi dengan masyarakat dan meminta donasi. Namun jangan berasumsi bahwa permintaan donasi di Facebook, Twitter, Instagram, atau YouTube itu sah hanya karena ada teman yang menyukai atau membagikannya. Luangkan waktu untuk meneliti kelompok sebelum berdonasi ya, Genhype.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.