Bangkit dari Pandemi, Dyah L Fardisa Berdayakan Perempuan Lewat Bolosego
29 April 2025 |
13:40 WIB
Di tengah pesatnya perkembangan dunia digital, makin banyak perempuan Indonesia yang membuktikan bahwa mereka bukan hanya mampu beradaptasi, tetapi juga menjadi penggerak ekonomi. Di antaranya adalah Dyah Laily Fardisa, yang menjadikan platform digital sebagai jembatan untuk mewujudkan mimpi sekaligus memberdayakan sesama perempuan.
Kisah Dyah Laily Fardisa bermula saat dirinya terkena PHK akibat pandemi pada 2020 lalu. Tidak ingin terus tenggelam dalam keterpurukan, Dyah mencoba bangkit dengan mendirikan Bolosego, usaha kuliner oseng mercon yang kini melejit melalui penjualan di platform online.
Langkah Dyah memulai bisnis bukan sekedar untuk bertahan hidup tetapi karena tergerak membantu seorang ibu juru masak oseng mercon legendaris yang harus kehilangan penghasilannya akibat pandemi.
Baca juga: Cahaya Manthovani, Sociopreneur Muda yang Menginspirasi Lewat Aksi Nyata
Dari dapur sederhana di Sleman Dyah menggandeng ibu-ibu dari warung sekitar yang juga terdampak krisis, termasuk para ibu yang sudah sepuh dan yang sudah tidak produktif di Desa Bangunrejo, Yoyakarta.
“Awalnya, karyawan Bolosego hanya terdiri dari 8 orang ibu-ibu. Kini, kami bisa mempekerjakan 150 orang, di mana 50 persen dari jumlah tersebut merupakan perempuan yang berperan penting dalam menjaga cita rasa Bolosego,” tutur Dyah.
Dengan latar belakang di bidang digital marketing, Dyah memasarkan oseng mercon secara online. Produk andalannya adalah oseng mercon iga sapi, menu yang belum banyak dijumpai di pasaran. Cita rasa khas Jogja yang pedas dan otentik menjadi nilai jual utama. Meski dipasarkan dengan harga premium, Bolosego mampu merebut hati pelanggan lewat kualitas rasa dan konsistensi.
Keunikan Bolosego juga terletak pada cara produksinya yang membumi. Bahan baku seperti daging diperoleh dari pemasok lokal, sementara rempah-rempah dibeli dari pasar tradisional sekitar lereng Merapi. Ibu-ibu muda di Desa Bangunrejo pun dilibatkan, terutama untuk pekerjaan rumah seperti mengupas bahan dapur. Hasil kerja mereka dikirim kembali ke pabrik utama.
“Kami ingin membangun bisnis yang tidak hanya untung secara ekonomi, tapi juga memberi ruang bagi masyarakat sekitar untuk tumbuh bersama,” ungkap Dyah.
Peran platform digital sangat besar dalam perkembangan Bolosego. Sekitar 70% omzet online berasal dari Tokopedia dan TikTok Shop by Tokopedia. Bolosego pun aktif memanfaatkan fitur live shopping dengan total 16 sesi live streaming setiap harinya, ditangani oleh tim khusus dengan panduan ketat.
Dyah juga aktif mengikuti berbagai kampanye di platform ecommerce yang ternyata berhasil mendongkrak penjualan hingga empat kali lipat. Adapun produk terlaris Bolosego antara lain oseng mercon iga, koyor, dan ceker, yang kini telah menjangkau pelanggan di seluruh penjuru Indonesia.
“Perempuan yang kuat dan bahagia bisa menguatkan sesamanya. Saya ingin semakin banyak perempuan Indonesia berani melangkah, berani mengambil peran, tanpa dibatasi status atau stereotip,” katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Kisah Dyah Laily Fardisa bermula saat dirinya terkena PHK akibat pandemi pada 2020 lalu. Tidak ingin terus tenggelam dalam keterpurukan, Dyah mencoba bangkit dengan mendirikan Bolosego, usaha kuliner oseng mercon yang kini melejit melalui penjualan di platform online.
Langkah Dyah memulai bisnis bukan sekedar untuk bertahan hidup tetapi karena tergerak membantu seorang ibu juru masak oseng mercon legendaris yang harus kehilangan penghasilannya akibat pandemi.
Baca juga: Cahaya Manthovani, Sociopreneur Muda yang Menginspirasi Lewat Aksi Nyata
Dari dapur sederhana di Sleman Dyah menggandeng ibu-ibu dari warung sekitar yang juga terdampak krisis, termasuk para ibu yang sudah sepuh dan yang sudah tidak produktif di Desa Bangunrejo, Yoyakarta.
“Awalnya, karyawan Bolosego hanya terdiri dari 8 orang ibu-ibu. Kini, kami bisa mempekerjakan 150 orang, di mana 50 persen dari jumlah tersebut merupakan perempuan yang berperan penting dalam menjaga cita rasa Bolosego,” tutur Dyah.
Dengan latar belakang di bidang digital marketing, Dyah memasarkan oseng mercon secara online. Produk andalannya adalah oseng mercon iga sapi, menu yang belum banyak dijumpai di pasaran. Cita rasa khas Jogja yang pedas dan otentik menjadi nilai jual utama. Meski dipasarkan dengan harga premium, Bolosego mampu merebut hati pelanggan lewat kualitas rasa dan konsistensi.
Keunikan Bolosego juga terletak pada cara produksinya yang membumi. Bahan baku seperti daging diperoleh dari pemasok lokal, sementara rempah-rempah dibeli dari pasar tradisional sekitar lereng Merapi. Ibu-ibu muda di Desa Bangunrejo pun dilibatkan, terutama untuk pekerjaan rumah seperti mengupas bahan dapur. Hasil kerja mereka dikirim kembali ke pabrik utama.
“Kami ingin membangun bisnis yang tidak hanya untung secara ekonomi, tapi juga memberi ruang bagi masyarakat sekitar untuk tumbuh bersama,” ungkap Dyah.
Peran platform digital sangat besar dalam perkembangan Bolosego. Sekitar 70% omzet online berasal dari Tokopedia dan TikTok Shop by Tokopedia. Bolosego pun aktif memanfaatkan fitur live shopping dengan total 16 sesi live streaming setiap harinya, ditangani oleh tim khusus dengan panduan ketat.
Dyah juga aktif mengikuti berbagai kampanye di platform ecommerce yang ternyata berhasil mendongkrak penjualan hingga empat kali lipat. Adapun produk terlaris Bolosego antara lain oseng mercon iga, koyor, dan ceker, yang kini telah menjangkau pelanggan di seluruh penjuru Indonesia.
“Perempuan yang kuat dan bahagia bisa menguatkan sesamanya. Saya ingin semakin banyak perempuan Indonesia berani melangkah, berani mengambil peran, tanpa dibatasi status atau stereotip,” katanya.
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.