Genhype Harus Tahu, Ini Penyebab Kematian Tinggi Ibu dan Bayi
25 May 2021 |
18:39 WIB
Genhype tahu enggak kalau angka kematian ibu dan bayi masih tinggi di Indonesia? Berdasarkan data terakhir dari survei sosial ekonomi nasional (susenas) 2015, angka kematian ibu Indonesia menempati urutan ketiga tertinggi di Asean dengan 305 kasus. Sementara angka kematian bayi menempati urutan kelima dengan 22 kasus pada periode yang sama.
Plt. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Kirana Pritasari mengatakan penyebab kematian ibu, neonatal, dan bayi dalam 5-10 tahun terakhir masih memiliki beberapa pola yang sama.
Penyebab utama kematian ibu didominasi oleh komplikasi kehamilan, gangguan hipertensi, dan perdarahan. Sementara kematian neonatal atau masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran lebih sering diakibatkan infeksi intrapartum, gangguan respiratori, dan kelainan kongenital.
Adapun kematian bayi banyak disebabkan oleh komplikasi neonatal, pneumonia, dan kelainan kongenital.
Knowledge Hub Coordinator Profesor Budi Utomo menyebut kematian ibu juga bisa disebabkan akibat terlambatnya menerima layanan penyelamatan ketika mereka mengalami komplikasi.
Namun, dia menerangkan ada tiga tingkatan terlambat penanganan. Tingkat pertama oleh karena faktor masyarakat, faktor keluarga ketika si ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak dicarikan atau berusaha mencari layanan kesehatan.
Bisa juga ketika datang ke puskesmas atau bidan, si ibu terdeteksi mengalami komplikasi namun tidak cepat dirujuk. "Kegagalan, kelemahan mencari layanan dan deteksi dini komplikasi ini sering disebut keterlambatan tingkat satu," sebut Profesor Budi dalam peringatan Hari Bidan yang digelar UNFPA, Selasa (25/5/2021).
Keterlambatan tingkat 2 yakni adanya masalah transportasi dan rujukan. Biasanya kasus ditemukan pada ibu yang tinggal di daerah terpencil atau jauh dari fasilitas layanan kesehatan. Alhasil ketika mengalami pendarahan, ibu meninggal di perjalanan kehabisan darah karena menempuh perjalan lebih dari 5 jam. Kematian pada tingkat ini juga terjadi karena masalah komunikasi.
Keterlambatan tingkat 3 yakni kurangnya fasilitas atau ketiadaan dokter di fasyankes.
Editor: Indyah Sutriningrum
Plt. Kepala Badan PPSDM Kesehatan Kemenkes Kirana Pritasari mengatakan penyebab kematian ibu, neonatal, dan bayi dalam 5-10 tahun terakhir masih memiliki beberapa pola yang sama.
Penyebab utama kematian ibu didominasi oleh komplikasi kehamilan, gangguan hipertensi, dan perdarahan. Sementara kematian neonatal atau masa sejak lahir sampai dengan 4 minggu (28 hari) sesudah kelahiran lebih sering diakibatkan infeksi intrapartum, gangguan respiratori, dan kelainan kongenital.
Adapun kematian bayi banyak disebabkan oleh komplikasi neonatal, pneumonia, dan kelainan kongenital.
Knowledge Hub Coordinator Profesor Budi Utomo menyebut kematian ibu juga bisa disebabkan akibat terlambatnya menerima layanan penyelamatan ketika mereka mengalami komplikasi.
Namun, dia menerangkan ada tiga tingkatan terlambat penanganan. Tingkat pertama oleh karena faktor masyarakat, faktor keluarga ketika si ibu hamil yang mengalami komplikasi tidak dicarikan atau berusaha mencari layanan kesehatan.
Bisa juga ketika datang ke puskesmas atau bidan, si ibu terdeteksi mengalami komplikasi namun tidak cepat dirujuk. "Kegagalan, kelemahan mencari layanan dan deteksi dini komplikasi ini sering disebut keterlambatan tingkat satu," sebut Profesor Budi dalam peringatan Hari Bidan yang digelar UNFPA, Selasa (25/5/2021).
Keterlambatan tingkat 2 yakni adanya masalah transportasi dan rujukan. Biasanya kasus ditemukan pada ibu yang tinggal di daerah terpencil atau jauh dari fasilitas layanan kesehatan. Alhasil ketika mengalami pendarahan, ibu meninggal di perjalanan kehabisan darah karena menempuh perjalan lebih dari 5 jam. Kematian pada tingkat ini juga terjadi karena masalah komunikasi.
Keterlambatan tingkat 3 yakni kurangnya fasilitas atau ketiadaan dokter di fasyankes.
Editor: Indyah Sutriningrum
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.