Paus Wafat, Ritual Agung Vatikan pun Dimulai
21 April 2025 |
17:05 WIB
Berita duka datang dari jantung Gereja Katolik. Paus Fransiskus, pemimpin spiritual bagi lebih dari satu miliar umat Katolik, wafat pada Senin (21/4/2025) di usia 88 tahun. Beliau wafat di kediamannya di Casa Santa Marta, Vatikan, setelah menjalani perawatan panjang akibat bronkitis yang berkembang menjadi pneumonia bilateral.
Kabar duka ini disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo dari Kamar Apostolik, pada pukul 09.45 pagi waktu setempat. Sehari sebelumnya, dunia masih melihat sosok Paus tampil di hadapan umat di Lapangan Santo Petrus, menyapa dengan senyum khasnya saat perayaan Paskah.
Baca juga: Kabar Duka, Paus Fransiskus Wafat pada Usia 88 Tahun
Namun dengan wafatnya Paus, satu dari sekian ritual paling khidmat dan penuh tata cara dalam Gereja Katolik segera dimulai, sebuah rangkaian panjang bernama Interregnum, masa jeda antara dua kepausan.
Mengutip Euronews, Camerlengo menjadi orang pertama yang diberi tahu tentang wafatnya Paus. Dia memiliki tugas penting: secara resmi memverifikasi kematian Paus. Mengikuti tradisi kuno, Camerlengo akan mendekati jenazah dan menyebutkan nama baptis sang Paus—dalam hal ini, “Jorge Mario”—sebanyak tiga kali. Bila tak ada jawaban, Paus dinyatakan wafat secara resmi.
Setelah itu, dokumen kematian dikeluarkan dan apartemen kepausan disegel. Tradisi penyegelan ini bermula sejak abad pertengahan, dimaksudkan untuk mencegah pencurian atau manipulasi dokumen oleh para kardinal yang ambisius. Pada era modern, ritual ini tetap dijalankan sebagai jaminan keaslian wasiat dan instruksi terakhir dari Paus.
Langkah simbolis berikutnya adalah penghancuran Cincin Nelayan, cincin emas yang dikenakan Paus dan biasa dicium umat sebagai bentuk penghormatan. Camerlengo akan melepas cincin itu dan memecahnya di depan para kardinal. Tindakan ini bukan hanya simbol akhir masa kepausan, tapi juga pencegahan terhadap pemalsuan dokumen dengan cap resmi Paus.
Setelah verifikasi wafat dilakukan, berita duka disebarkan melalui jalur resmi. Dimulai dari Vikar Jenderal Keuskupan Roma, dilanjutkan ke Dekan Dewan Kardinal, yang kemudian memberitahukan seluruh kardinal di dunia. Setelah itu, para diplomat Vatikan—yang dikenal sebagai nunsius apostolik—menyampaikan kabar ini ke pemerintah dan misi luar negeri di seluruh dunia.
Paus harus dimakamkan antara hari keempat hingga hari keenam setelah wafat. Dalam rentang itu, umat Katolik menjalani masa duka selama sembilan hari, dikenal dengan sebutan novemdiales. Sebagian besar detail pemakaman biasanya sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Paus sendiri, termasuk liturgi dan lokasi peristirahatan terakhir.
Lima belas hari setelah wafatnya Paus, Gereja Katolik memasuki tahap penting lainnya, konklaf. Ini adalah rapat tertutup para kardinal yang memiliki hak pilih, mereka yang berusia di bawah 80 tahun dan tak dalam status ekskomunikasi. Konklaf diadakan di Kapel Sistina yang terkenal, tempat lukisan langit-langit karya Michelangelo menyaksikan sejarah besar terulang kembali.
Nama "konklaf" berasal dari bahasa Latin cum clave yang berarti “dengan kunci”, mengacu pada penguncian fisik dan informasi dari dunia luar selama proses pemilihan berlangsung. Hari pertama diawali dengan misa, lalu para kardinal mengucapkan sumpah untuk mematuhi aturan pemilihan secara ketat.
Voting dilakukan setiap hari, dan hanya mereka yang mendapat dukungan dua pertiga suara yang bisa terpilih. Setelah setiap putaran, surat suara dibakar: asap hitam menandakan belum ada keputusan, sedangkan asap putih yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina mengabarkan bahwa seorang Paus baru telah dipilih.
Paus Fransiskus, atau yang bernama lengkap Jorge Mario Bergoglio, seorang kardinal asal Argentina, terpilih sebagai Paus dalam konklaf pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri secara mengejutkan. Dengan terpilihnya Bergoglio, sejarah mencatat beberapa hal monumental: ia adalah Paus pertama dari Amerika Latin, Paus pertama dari luar Eropa dalam lebih dari 1.200 tahun, dan Paus pertama dari Ordo Serikat Yesus (Jesuit).
Saat muncul di balkon Basilika Santo Petrus untuk pertama kalinya, ia memilih nama “Fransiskus”, mengacu pada Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kesederhanaan dan keberpihakan pada kaum miskin. Nama itu langsung menggambarkan pendekatannya terhadap kepemimpinan Gereja: rendah hati, dekat dengan akar rumput, dan membawa semangat reformasi.
Pesan pertamanya kepada umat saat itu pun menggetarkan hati: “Fratelli e sorelle, buonasera.” Saudara-saudari, selamat malam. Sebuah sapaan sederhana, tapi penuh kehangatan dan simbol bahwa gereja akan memulai babak baru yang lebih terbuka, lebih membumi.
Dunia kini menunggu dengan penuh harap dan doa. Dalam duka yang mendalam, umat Katolik bersiap menyambut babak baru dalam sejarah kepausan, seraya mengenang warisan panjang Paus Fransiskus, seorang pemimpin yang dikenal karena kesederhanaannya, keberpihakan pada kaum tertindas, dan langkah reformasi yang berani dalam tubuh Gereja.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Film Conclave, Raih Sukses Besar di BAFTA Awards 2025
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Kabar duka ini disampaikan oleh Kardinal Kevin Farrell, Camerlengo dari Kamar Apostolik, pada pukul 09.45 pagi waktu setempat. Sehari sebelumnya, dunia masih melihat sosok Paus tampil di hadapan umat di Lapangan Santo Petrus, menyapa dengan senyum khasnya saat perayaan Paskah.
Baca juga: Kabar Duka, Paus Fransiskus Wafat pada Usia 88 Tahun
Namun dengan wafatnya Paus, satu dari sekian ritual paling khidmat dan penuh tata cara dalam Gereja Katolik segera dimulai, sebuah rangkaian panjang bernama Interregnum, masa jeda antara dua kepausan.
Mengutip Euronews, Camerlengo menjadi orang pertama yang diberi tahu tentang wafatnya Paus. Dia memiliki tugas penting: secara resmi memverifikasi kematian Paus. Mengikuti tradisi kuno, Camerlengo akan mendekati jenazah dan menyebutkan nama baptis sang Paus—dalam hal ini, “Jorge Mario”—sebanyak tiga kali. Bila tak ada jawaban, Paus dinyatakan wafat secara resmi.
Setelah itu, dokumen kematian dikeluarkan dan apartemen kepausan disegel. Tradisi penyegelan ini bermula sejak abad pertengahan, dimaksudkan untuk mencegah pencurian atau manipulasi dokumen oleh para kardinal yang ambisius. Pada era modern, ritual ini tetap dijalankan sebagai jaminan keaslian wasiat dan instruksi terakhir dari Paus.
Langkah simbolis berikutnya adalah penghancuran Cincin Nelayan, cincin emas yang dikenakan Paus dan biasa dicium umat sebagai bentuk penghormatan. Camerlengo akan melepas cincin itu dan memecahnya di depan para kardinal. Tindakan ini bukan hanya simbol akhir masa kepausan, tapi juga pencegahan terhadap pemalsuan dokumen dengan cap resmi Paus.
Setelah verifikasi wafat dilakukan, berita duka disebarkan melalui jalur resmi. Dimulai dari Vikar Jenderal Keuskupan Roma, dilanjutkan ke Dekan Dewan Kardinal, yang kemudian memberitahukan seluruh kardinal di dunia. Setelah itu, para diplomat Vatikan—yang dikenal sebagai nunsius apostolik—menyampaikan kabar ini ke pemerintah dan misi luar negeri di seluruh dunia.
Paus harus dimakamkan antara hari keempat hingga hari keenam setelah wafat. Dalam rentang itu, umat Katolik menjalani masa duka selama sembilan hari, dikenal dengan sebutan novemdiales. Sebagian besar detail pemakaman biasanya sudah dipersiapkan sebelumnya oleh Paus sendiri, termasuk liturgi dan lokasi peristirahatan terakhir.
Konklaf
Lima belas hari setelah wafatnya Paus, Gereja Katolik memasuki tahap penting lainnya, konklaf. Ini adalah rapat tertutup para kardinal yang memiliki hak pilih, mereka yang berusia di bawah 80 tahun dan tak dalam status ekskomunikasi. Konklaf diadakan di Kapel Sistina yang terkenal, tempat lukisan langit-langit karya Michelangelo menyaksikan sejarah besar terulang kembali. Nama "konklaf" berasal dari bahasa Latin cum clave yang berarti “dengan kunci”, mengacu pada penguncian fisik dan informasi dari dunia luar selama proses pemilihan berlangsung. Hari pertama diawali dengan misa, lalu para kardinal mengucapkan sumpah untuk mematuhi aturan pemilihan secara ketat.
Voting dilakukan setiap hari, dan hanya mereka yang mendapat dukungan dua pertiga suara yang bisa terpilih. Setelah setiap putaran, surat suara dibakar: asap hitam menandakan belum ada keputusan, sedangkan asap putih yang mengepul dari cerobong Kapel Sistina mengabarkan bahwa seorang Paus baru telah dipilih.
White smoke! Habemus Papam! On March 13, 2013, history was made. Cardinal Jorge Mario Bergoglio was elected the 266th Pope of the Catholic Church. This is how the world met Pope Francis. 12 years later, we are still praying for him. pic.twitter.com/3Kwab2UVoO
— EWTN Vatican (@EWTNVatican) March 13, 2025
Paus Fransiskus, atau yang bernama lengkap Jorge Mario Bergoglio, seorang kardinal asal Argentina, terpilih sebagai Paus dalam konklaf pada 13 Maret 2013, menggantikan Paus Benediktus XVI yang mengundurkan diri secara mengejutkan. Dengan terpilihnya Bergoglio, sejarah mencatat beberapa hal monumental: ia adalah Paus pertama dari Amerika Latin, Paus pertama dari luar Eropa dalam lebih dari 1.200 tahun, dan Paus pertama dari Ordo Serikat Yesus (Jesuit).
Saat muncul di balkon Basilika Santo Petrus untuk pertama kalinya, ia memilih nama “Fransiskus”, mengacu pada Santo Fransiskus dari Assisi, simbol kesederhanaan dan keberpihakan pada kaum miskin. Nama itu langsung menggambarkan pendekatannya terhadap kepemimpinan Gereja: rendah hati, dekat dengan akar rumput, dan membawa semangat reformasi.
Pesan pertamanya kepada umat saat itu pun menggetarkan hati: “Fratelli e sorelle, buonasera.” Saudara-saudari, selamat malam. Sebuah sapaan sederhana, tapi penuh kehangatan dan simbol bahwa gereja akan memulai babak baru yang lebih terbuka, lebih membumi.
Dunia kini menunggu dengan penuh harap dan doa. Dalam duka yang mendalam, umat Katolik bersiap menyambut babak baru dalam sejarah kepausan, seraya mengenang warisan panjang Paus Fransiskus, seorang pemimpin yang dikenal karena kesederhanaannya, keberpihakan pada kaum tertindas, dan langkah reformasi yang berani dalam tubuh Gereja.
Baca juga: 5 Fakta Menarik Film Conclave, Raih Sukses Besar di BAFTA Awards 2025
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.