Kartini di Industri Film, Deretan Sutradara Perempuan yang Karyanya Tembus Box Office
21 April 2025 |
15:14 WIB
Industri perfilman Indonesia tidak hanya diramaikan oleh nama-nama besar dari sutradara laki-laki. Dalam beberapa tahun terakhir, makin banyak film yang mampu mencetak box office justru dari tangan dingin dan kreativitas para sutradara perempuan.
Kehadiran para sutradara perempuan ini membuktikan bahwa kualitas dan daya tarik film tidak mengenal gender. Di tengah geliat perfilman nasional yang semakin maju, para sutradara perempuan terus menorehkan prestasi dan menginspirasi generasi berikutnya untuk berkarya tanpa batas.
Baca juga: Hypereport: Membangun Ekosistem Perfilman Indonesia yang Berkelanjutan
Gelombang baru ini menandai perubahan positif dalam industri, sekaligus membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk bersinar di balik layar. Sebab, lebih dari sekadar representasi, kehadiran sutradara perempuan juga membawa keberagaman perspektif dalam narasi film.
Era baru ini makin bermakna ketika dikaitkan dengan semangat Hari Kartini. Kartini yang dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan Indonesia pernah bermimpi agar perempuan bisa memperoleh ruang untuk berpikir, berkarya, dan berdampak bagi masyarakat.
Berikut adalah beberapa sutradara perempuan yang berhasil mencetak film box office di Indonesia:
Naya Anindita berhasil mencatatkan namanya ke dalam jajaran sutradara perempuan yang mencetak box office lewat filmnya berjudul Komang (2025). Film yang menjadi bagian dari rilisan Lebaran 2025 ini hingga hari ini (21/4/2025) telah mendapatkan 2.573.967 penonton. Jumlahnya masih sangat mungkin bertambah mengingat film ini masih tayang di bioskop.
Film Komang menampilkan kisah cinta antara Ode dan istrinya, Komang, yang disajikan dengan sentuhan manis dan narasi yang mendalam. Cerita dalam film ini diadaptasi dari kisah nyata kehidupan Raim Laode, seorang komedian dan musikus, bersama pasangannya, Komang Ade Widiandari.
Diperankan oleh Kiesha Alvaro dan Aurora Ribero, film ini menggambarkan lika-liku asmara Ode, pemuda Buton yang religius dan tertarik pada dunia musik serta stand-up comedy, dengan Komang, perempuan dari keluarga transmigran asal Bali yang menetap di Baubau, Sulawesi Tenggara.
Melalui film Qorin (2022), sutradara Ginanti Rona berhasil menempatkan dirinya di deretan sineas perempuan yang karyanya menembus box office. Saat diputar di bioskop, Qorin meraih sekitar 1,3 juta penonton. Setelahnya, film-film Ginanti Rona menjadi cukup dinanti oleh penonton.
Berawal sebagai asisten sutradara film Rumah Dara (2009) dan The Raid (2014), Rona terus melebarkan sayapnya dengan merilis banyak film. Beberapa judul populer yang disutradarainya ialah Kemah Terlarang: Kesurupan Massal (2024), Susuk: Kutukan Kecantikan (2023), Story of Dinda: Second Chance of Happiness (2021), hingga Midnight Show (2016).
Ginatri S. Noer dikenal sebagai pembuat film, penulis, sekaligus creativepreneur. Di dunia penulisan skenario, sejumlah film yang ditanganinya meraih kesuksesan besar, seperti Ayat-ayat Cinta (2008), Habibie & Ainun (2012), Dua Garis Biru (2019), hingga Ali & Ratu Ratu Queens (2021).
Tak hanya unggul dalam merangkai cerita, Gina juga mulai mendapat pengakuan sebagai sutradara. Melalui Dua Garis Biru (2019), perempuan asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini mencetak pencapaian box office pertamanya sebagai sutradara, dengan jumlah penonton mencapai 2.538.473 orang.
Setelah itu, dia terus aktif terlibat dalam berbagai proyek film penting, seperti Cinta Pertama, Kedua & Ketiga (2021), Like & Share (2022), dan Dua Hati Biru (2024).
Sutradara Upi juga telah mencatatkan namanya juga ke dalam sineas perempuan yang filmnya meraih box office. Tak tanggung-tanggung, ada dua filmnya sekaligus yang meraih status itu, yakni My Stupid Boss (2016) dengan 3 juta penonton dan My Stupid Boss 2 (2019) dengan 1,8 juta penonton.
Tak hanya pencetak box office, perempuan berdarah keturunan Minangkabau ini juga banyak mencetak film ikonik, seperti Sri Asih (2022), Sorop (2024), Sehidup Semati (2024), Realita, Cinta dan Rock'n Roll (2006), hingga Radit dan Jani (2008).
Baca juga: Hypereport: Menguatkan Posisi Film Indonesia di Kancah Global
Belum lama ini, film Pemandi Jenazah (2024) juga meraih 1,6 juta penonton. Konsistensi Hadrah dikenal yang piawai membangun ketegangan dan emosi tanpa mengorbankan pesan moral dalam ceritanya menjadi salah satu kunci keberhasilan film-filmnya.
Sutradara Key Mangunsong juga mampu mencetak box office lewat filmnya berjudul Air Mata di Ujung Sajadah (2023). Film yang dibintangi Citra Kirana, Fedi Nuril, dan Titi Kamal ini, berhasil menarik lebih dari 3,1 juta penonton selama tayang di bioskop.
Key telah membangun filmografinya dengan panjang, baik film panjang maupun sinetron. Beberapa karyanya yang ikonik ialah Lupus Milenia, Strawberry, Anakku Bukan Anakku, Jalan Sesama, Rectoverso (2013), 1 Imam 2 Makmum (2025), dan masih banyak lagi. Key tercatat juga pernah jadi pemenang Skenario Terpuji Festival Film Bandung 2007 untuk film Kamulah Satu-satunya.
Disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, film Home Sweet Loan mampu meraih 1.720.271 penonton selama tayang di bioskop. Tak hanya itu, film ini juga berhasil mendapatkan pujian tinggi dari penonton di berbagai platform seperti IMDb, Letterboxd, TIX ID, hingga Cinepoint.
Karier penyutradaraan Sabrina telah dibangun sejak 2019. Film panjang pertamanya berjudul Terlalu Tampan (2019), sebuah film yang diadaptasi dari komik webtun berjudul sama. Berkat film tersebut, dia dinominasikan di Piala Maya 2019 untuk kategori Penyutradaraan Berbakat Film Panjang Karya Perdana.
Film Tegar (2022) berhasil menarik 1.179.643 penonton selama tayang di bioskop. Film yang disutradarai oleh Anggi Friska ini merupakan bagian dari 15 film tahun 2022 yang mencapai angka 1 juta penonton. Film ini bercerita tentang Tegar, seorang anak berkebutuhan khusus, ingin sekolah.
Anggi sebenarnya adalah sinematografer. Dia memulai kariernya dengan menjadi asisten kamera Yudi Datau pada film Denias, Senandung di Atas Awan (2006). Sebagai sinematografer, dia telah tiga kali dinominasikan Piala Citra untuk Pengarah Sinematografi Terbaik, meski belum memenangkannya.
Dia kemudian mulai menjajal peran baru sebagai sutradara. Film panjang pertamanya berjudul Negeri Dongeng (2017), sebuah film dokumenter di bawah naungan komunitas yang dia dirikan bernama Aksa7Art, yang kini berkembang menjadi perusahaan produksi independen bernama Aksa Bumi Langit
Baca juga: Hypereport: Jalan Panjang Menjaga Rekor Jumlah Penonton Film Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Kehadiran para sutradara perempuan ini membuktikan bahwa kualitas dan daya tarik film tidak mengenal gender. Di tengah geliat perfilman nasional yang semakin maju, para sutradara perempuan terus menorehkan prestasi dan menginspirasi generasi berikutnya untuk berkarya tanpa batas.
Baca juga: Hypereport: Membangun Ekosistem Perfilman Indonesia yang Berkelanjutan
Gelombang baru ini menandai perubahan positif dalam industri, sekaligus membuka jalan bagi lebih banyak perempuan untuk bersinar di balik layar. Sebab, lebih dari sekadar representasi, kehadiran sutradara perempuan juga membawa keberagaman perspektif dalam narasi film.
Era baru ini makin bermakna ketika dikaitkan dengan semangat Hari Kartini. Kartini yang dikenal sebagai pelopor emansipasi perempuan Indonesia pernah bermimpi agar perempuan bisa memperoleh ruang untuk berpikir, berkarya, dan berdampak bagi masyarakat.
Berikut adalah beberapa sutradara perempuan yang berhasil mencetak film box office di Indonesia:
1. Naya Anindita
Naya Anindita berhasil mencatatkan namanya ke dalam jajaran sutradara perempuan yang mencetak box office lewat filmnya berjudul Komang (2025). Film yang menjadi bagian dari rilisan Lebaran 2025 ini hingga hari ini (21/4/2025) telah mendapatkan 2.573.967 penonton. Jumlahnya masih sangat mungkin bertambah mengingat film ini masih tayang di bioskop.Film Komang menampilkan kisah cinta antara Ode dan istrinya, Komang, yang disajikan dengan sentuhan manis dan narasi yang mendalam. Cerita dalam film ini diadaptasi dari kisah nyata kehidupan Raim Laode, seorang komedian dan musikus, bersama pasangannya, Komang Ade Widiandari.
Diperankan oleh Kiesha Alvaro dan Aurora Ribero, film ini menggambarkan lika-liku asmara Ode, pemuda Buton yang religius dan tertarik pada dunia musik serta stand-up comedy, dengan Komang, perempuan dari keluarga transmigran asal Bali yang menetap di Baubau, Sulawesi Tenggara.
2. Ginanti Rona
Melalui film Qorin (2022), sutradara Ginanti Rona berhasil menempatkan dirinya di deretan sineas perempuan yang karyanya menembus box office. Saat diputar di bioskop, Qorin meraih sekitar 1,3 juta penonton. Setelahnya, film-film Ginanti Rona menjadi cukup dinanti oleh penonton. Berawal sebagai asisten sutradara film Rumah Dara (2009) dan The Raid (2014), Rona terus melebarkan sayapnya dengan merilis banyak film. Beberapa judul populer yang disutradarainya ialah Kemah Terlarang: Kesurupan Massal (2024), Susuk: Kutukan Kecantikan (2023), Story of Dinda: Second Chance of Happiness (2021), hingga Midnight Show (2016).
3. Gina S Noer
Ginatri S. Noer dikenal sebagai pembuat film, penulis, sekaligus creativepreneur. Di dunia penulisan skenario, sejumlah film yang ditanganinya meraih kesuksesan besar, seperti Ayat-ayat Cinta (2008), Habibie & Ainun (2012), Dua Garis Biru (2019), hingga Ali & Ratu Ratu Queens (2021).Tak hanya unggul dalam merangkai cerita, Gina juga mulai mendapat pengakuan sebagai sutradara. Melalui Dua Garis Biru (2019), perempuan asal Balikpapan, Kalimantan Timur ini mencetak pencapaian box office pertamanya sebagai sutradara, dengan jumlah penonton mencapai 2.538.473 orang.
Setelah itu, dia terus aktif terlibat dalam berbagai proyek film penting, seperti Cinta Pertama, Kedua & Ketiga (2021), Like & Share (2022), dan Dua Hati Biru (2024).
4. Upi
Sutradara Upi juga telah mencatatkan namanya juga ke dalam sineas perempuan yang filmnya meraih box office. Tak tanggung-tanggung, ada dua filmnya sekaligus yang meraih status itu, yakni My Stupid Boss (2016) dengan 3 juta penonton dan My Stupid Boss 2 (2019) dengan 1,8 juta penonton.Tak hanya pencetak box office, perempuan berdarah keturunan Minangkabau ini juga banyak mencetak film ikonik, seperti Sri Asih (2022), Sorop (2024), Sehidup Semati (2024), Realita, Cinta dan Rock'n Roll (2006), hingga Radit dan Jani (2008).
Baca juga: Hypereport: Menguatkan Posisi Film Indonesia di Kancah Global
5. Hadrah Daeng Ratu
Sejumlah film Hadrah Daeng Ratu berhasil menembus angka lebih dari satu juta penonton, sebuah bukti bahwa karya-karya sutradara perempuan mampu bersaing dan merebut hati masyarakat luas. Misalnya, film 172 Days (2023) yang mampu meraih 3 juta penonton. Kemudian, lewat Sijjin (2023), Hadrah juga mampu mendulang 1,9 juta penonton.Belum lama ini, film Pemandi Jenazah (2024) juga meraih 1,6 juta penonton. Konsistensi Hadrah dikenal yang piawai membangun ketegangan dan emosi tanpa mengorbankan pesan moral dalam ceritanya menjadi salah satu kunci keberhasilan film-filmnya.
6. Key Mangunsong
Sutradara Key Mangunsong juga mampu mencetak box office lewat filmnya berjudul Air Mata di Ujung Sajadah (2023). Film yang dibintangi Citra Kirana, Fedi Nuril, dan Titi Kamal ini, berhasil menarik lebih dari 3,1 juta penonton selama tayang di bioskop.Key telah membangun filmografinya dengan panjang, baik film panjang maupun sinetron. Beberapa karyanya yang ikonik ialah Lupus Milenia, Strawberry, Anakku Bukan Anakku, Jalan Sesama, Rectoverso (2013), 1 Imam 2 Makmum (2025), dan masih banyak lagi. Key tercatat juga pernah jadi pemenang Skenario Terpuji Festival Film Bandung 2007 untuk film Kamulah Satu-satunya.
7. Sabrina Rochelle Kalangie
Disutradarai oleh Sabrina Rochelle Kalangie, film Home Sweet Loan mampu meraih 1.720.271 penonton selama tayang di bioskop. Tak hanya itu, film ini juga berhasil mendapatkan pujian tinggi dari penonton di berbagai platform seperti IMDb, Letterboxd, TIX ID, hingga Cinepoint. Karier penyutradaraan Sabrina telah dibangun sejak 2019. Film panjang pertamanya berjudul Terlalu Tampan (2019), sebuah film yang diadaptasi dari komik webtun berjudul sama. Berkat film tersebut, dia dinominasikan di Piala Maya 2019 untuk kategori Penyutradaraan Berbakat Film Panjang Karya Perdana.
8. Anggi Friska
Film Tegar (2022) berhasil menarik 1.179.643 penonton selama tayang di bioskop. Film yang disutradarai oleh Anggi Friska ini merupakan bagian dari 15 film tahun 2022 yang mencapai angka 1 juta penonton. Film ini bercerita tentang Tegar, seorang anak berkebutuhan khusus, ingin sekolah.Anggi sebenarnya adalah sinematografer. Dia memulai kariernya dengan menjadi asisten kamera Yudi Datau pada film Denias, Senandung di Atas Awan (2006). Sebagai sinematografer, dia telah tiga kali dinominasikan Piala Citra untuk Pengarah Sinematografi Terbaik, meski belum memenangkannya.
Dia kemudian mulai menjajal peran baru sebagai sutradara. Film panjang pertamanya berjudul Negeri Dongeng (2017), sebuah film dokumenter di bawah naungan komunitas yang dia dirikan bernama Aksa7Art, yang kini berkembang menjadi perusahaan produksi independen bernama Aksa Bumi Langit
Baca juga: Hypereport: Jalan Panjang Menjaga Rekor Jumlah Penonton Film Indonesia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.