Kisah Owner Kingman, Mantan Pekerja Kantoran yang Sukses Berbisnis Fesyen Pria
20 April 2025 |
17:14 WIB
Bekerja kantoran bukan halangan untuk memulai bisnis dan menghasilkan pundi-pundi yang lebih menjanjikan. Banyak bisnis justru lahir dari mereka yang awalnya bekerja kantoran, lalu memutuskan untuk memulai usaha hingga berhasil menjadi pebisnis yang sukses.
Seperti yang telah dibuktikan oleh Benny Wijaya dan Diswandy, dua anak muda pemilik brand sandal lokal, Kingman. Benny dan Diswandy membangun brand Kingman di usia 25 tahun dengan latar belakang yang jauh dari dunia fesyen.
Benny merupakan mantan bankir dengan keahlian di bidang keuangan, sedangkan Diswandy memiliki pengalaman di sektor logistik dan ekspor-impor. Meski minim pengetahuan tentang industri alas kaki, mereka berbagi tekad yang sama, yakni terus belajar dan tumbuh bersama usaha yang mereka rintis.
Seperti yang telah dibuktikan oleh Benny Wijaya dan Diswandy, dua anak muda pemilik brand sandal lokal, Kingman. Benny dan Diswandy membangun brand Kingman di usia 25 tahun dengan latar belakang yang jauh dari dunia fesyen.
Benny merupakan mantan bankir dengan keahlian di bidang keuangan, sedangkan Diswandy memiliki pengalaman di sektor logistik dan ekspor-impor. Meski minim pengetahuan tentang industri alas kaki, mereka berbagi tekad yang sama, yakni terus belajar dan tumbuh bersama usaha yang mereka rintis.
Keberanian untuk mengambil risiko dan cermat mengoptimalkan peluang menjadi motivasi bagi mereka. Benny dan Diswandy merintis merek Kingman sejak tahun 2021. Di tengah tantangan ekonomi saat pandemi lalu, Benny dan Diswandy berhasil menemukan secercah peluang untuk memulai bisnisnya.
Inspirasi mereka untuk membangun Kingman muncul dari kepekaan mereka terhadap kebutuhan pria Indonesia akan sandal yang nyaman, fungsional, namun tetap rapi. Di negara tropis seperti Indonesia, sandal menjadi pilihan alas kaki utama, tetapi sebagian besar produk yang beredar terlalu kasual dan terbatas penggunaannya.
Melihat peluang ini, mereka menciptakan sandal pria yang cocok dipakai dalam berbagai suasana, baik santai maupun semi-formal. Dengan desain yang clean dan elegan, Kingman percaya diri menyasar segmentasi pasar pria lintas generasi, mulai dari Gen Z, Milenial, hingga Gen X.
Saat memulai bisnisnya, Benny dan Diswandy melakukan studi pasar, mengembangkan rantai pasok, dan memproduksi seluruh produk secara mandiri di Jakarta Barat. Benny bertanggung jawab atas sistem operasional dan keuangan, sementara Diswandy menangani logistik serta strategi pemasaran digital melalui ecommerce.
Benny mengatakan di dua tahun pertama, mereka menjalankan semua proses sendiri, mulai dari memotret produk, memproses pesanan, hingga membalas pesan pelanggan. Semua dijalani sembari masih bekerja penuh waktu di kantor.
"Dengan waktu dan sumber daya terbatas, kamj mengelola bisnis dari malam hingga dini hari, menyusun sistem kerja secara bertahap lewat proses trial and error," katanya.
Konsistensi mereka pun perlahan membuahkan hasil. Kingman kini berkembang menjadi brand mapan yang berhasil membuka lapangan pekerjaan bagi 60 karyawan, yang fokus mengurusi bagian produksi, distribusi, dan pemasaran.
Berbagai produknya pun telah menjangkau berbagai wilayah di Indonesia dan dinikmati oleh beragam pengguna lintas generasi. Tak hanya sandal, Kingman juga menawarkan berbagai item produk fesyen pria lainnya, seperti tas, t-shirt, dompet, pouch, hingga kemeja, yang dibanderol dengan harga mulai dari Rp40.000 hingga Rp150.000.
Momen Emas Ramadan
Bulan Ramadan menjadi momen puncak tertinggi penjualan produk-produk Kingman. Banyak dari pesanan yang diterima dijadikan hampers atau hadiah keluarga. Pada momen Ramadan tahun ini, Kingman meraih lonjakan pesanan hingga 6 kali lipat dibanding hari biasa.
Benny mengatakan keberhasilan ini tak lepas dari kecermatan pihaknya dalam melihat peluang untuk memanfaatkan tren belanja yang semakin dinamis, khususnya secara daring. Selain itu, Kingman juga aktif memanfaatkan fitur interaktif di ecommerce seperti live shopping, sebagai kanal penjualan demi mendongkrak penjualan melalui pengalaman belanja yang lebih interaktif dan personal.
Melalui fitur tersebut, Kingman dapat menjangkau audiens lebih luas dan memperkenalkan produk secara lebih holistik. “Kami memanfaatkan betul fitur ini untuk dapat berkreasi menyuguhkan keunggulan dari setiap produk kami dengan beragam penawaran yang spesial,” ujar Benny.
Tak hanya fitur interaktif, kedua pengusaha muda ini turut aktif memanfaatkan program affiliate untuk memperkuat strategi pemasaran dengan berkolaborasi bersama para konten kreator. Plus, Kingman juga merasakan langsung dampak positif dari kehadiran laman khusus brand lokal yang secara khusus didedikasikan untuk produk-produk buatan karya UMKM dan brand lokal di ecommerce.
Adaptif Terhadap Tren Footwear 2025
Bicara soal tren footwear 2025, Benny memproyeksikan bahwa tahun ini akan menjadi momentum bagi produk alas kaki yang menggabungkan gaya, kenyamanan, dan fungsionalitas. Salah satu model yang diprediksi akan menjadi tren besar adalah Clog Sandal, sebuah jenis sandal dengan desain lebih tertutup namun tetap ringan dan nyaman.
Produk ini dirancang untuk menjawab kebutuhan pria aktif yang ingin tampil rapi namun tetap santai, baik saat bepergian maupun bekerja, maupun dalam kegiatan sehari-hari.
Benny menuturkan untuk menangkap peluang tersebut, pihaknya terus mengembangkan lini produk yang relevan dengan kebutuhan pasar. Selain memperluas koleksi sandal, Kingman kini juga mulai menghadirkan kategori mens apparel seperti polo shirt untuk memperkuat posisi mereka sebagai brand gaya hidup pria yang lengkap.
"Ada dua prinsip yang selalu kami pegang teguh, selalu belajar tanpa henti karena dunia bisnis terus berubah dan setiap hari pasti ada hal baru yang bisa dipelajari. Kemudian adalah konsistensi. Tidak ada usaha yang instan, konsistensi itulah yang akan membantu menemukan titik ideal bagi brand untuk bertumbuh," ungkap Benny.
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.