APFI: Film Lebaran Berpotensi Sumbang 20-30 Persen dari Total Penonton Tahunan
30 March 2025 |
19:00 WIB
Momen Lebaran telah lama menjadi periode emas bagi industri film Indonesia. Tradisi masyarakat yang memanfaatkan libur Idulfitri untuk berkumpul bersama keluarga dan menonton film di bioskop, menjadikan masa ini sebagai salah satu periode emas perfilman Indonesia.
Setiap tahun, film-film yang tayang pada momen Lebaran selalu berhasil menarik jutaan penonton. Periode ini menjadi strategi utama bagi banyak rumah produksi untuk merilis film-film blockbuster-nya.
Sebagai contoh, pada tahun 2022, salah satu film Lebaran yang sukses di box office adalah KKN di Desa Penari. Film ini berhasil menarik lebih dari 10 juta penonton, menjadikannya film Indonesia terlaris sepanjang sejarah.
Kemudian, pada Lebaran 2023, Sewu Dino hadir dan meraih lebih dari 4,8 juta penonton. Selanjutnya, pada Lebaran 2024, Badarawuhi di Desa Penari dan Siksa Kubur masing-masing memperoleh 4 juta penonton.
Baca juga: Hypereport: Jalan Panjang Menjaga Rekor Jumlah Penonton Film Indonesia
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI) untuk masa bakti 2024–2029, Angga Dwimas Sasongko mengatakan Lebaran memang selalu menjadi periode emas bagi perfilman Indonesia. Terlebih, libur panjang Lebaran kali ini melewati dua akhir pekan.
"Momentum ini luar biasa besar karena Lebaran bukan hanya soal hiburan, tetapi juga soal tradisi menonton film bersama keluarga," ujar Angga kepada Hypeabis.id
Menurutnya, menonton film di bioskop saat Lebaran telah menjadi tradisi di Indonesia. Momen libur panjang dan kebersamaan dengan keluarga sering dimanfaatkan untuk menikmati berbagai film yang dirilis khusus pada periode ini. Tak heran jika film-film Lebaran kerap mencetak jumlah penonton yang tinggi dan mendominasi box office. Bagi Angga, tahun ini film Lebaran yang tampil juga cukup spesial.
Sebab, jika tahun lalu hanya ada dua film Lebaran, tahun ini lima film akan tayang sekaligus. Menurutnya, ini menjadi satu pertanda yang penting bagi perkembangan pasar film di Indonesia. “Ya, cukup spesial, karena ini menunjukkan bahwa kepercayaan industri terhadap potensi Lebaran semakin besar,” imbuhnya.
Founder Visinema Studios ini menjelaskan bahwa penentuan jadwal tayang film Lebaran sepenuhnya merupakan keputusan ekshibitor melalui komite programming mereka. Pemilihan film yang mendapatkan slot di periode ini didasarkan pada berbagai faktor, seperti potensi pasar, variasi genre, dan daya tarik komersial masing-masing film.
Dari sisi industri, lanjutnya, rumah produksi hanya perlu menyiapkan film yang kompetitif, baik dari segi kualitas maupun strategi pemasaran, agar menarik bagi ekshibitor dan mendapatkan ruang tayang yang optimal. Menurut Angga, ini merupakan bentuk persaingan sehat, lantaran film dengan daya tarik terkuat berpeluang untuk mendominasi periode Lebaran.
Menurutnya, ada tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan film di periode ini. Pertama, pre-release awareness harus dibangun dengan kuat, karena film yang sudah dinantikan penonton sebelum rilis cenderung bertahan lebih lama di bioskop.
Kedua, performa pada hari-hari awal sangat krusial. Jika dalam 3-4 hari pertama angka penonton tidak cukup tinggi, kemungkinan besar jumlah layar akan dikurangi. Ketiga, keterlibatan audiens memainkan peran penting. Kampanye word-of-mouth dan respons penonton di media sosial dapat memperkuat daya saing film di tengah ketatnya persaingan.
Dengan demikian, menurut Angga, kompetisi film Lebaran bukan hanya tentang mendapatkan slot tayang, tetapi juga bagaimana mempertahankan layar dengan performa yang konsisten.
Sutradara Hari untuk Amanda ini juga mengungkapkan bahwa secara historis, film yang dirilis saat Lebaran dapat menyumbang perolehan penonton tahunan yang signifikan. Dia berharap, periode ini pun akan serupa bahkan lebih tinggi.
“Secara historis, film yang tayang di Lebaran bisa menyumbang sekitar 20-30 persen dari total jumlah penonton tahunan. Periode Lebaran memiliki traffic bioskop yang sangat tinggi, karena masyarakat menjadikan nonton film sebagai bagian dari tradisi liburan keluarga,” ucapnya.
Tahun ini, menurut Angga, situasinya makin menarik karena terdapat dua akhir pekan berturut-turut dalam periode libur panjang, yang berpotensi meningkatkan retensi penonton lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jika sebuah film mampu menarik perhatian keluarga dan komunitas penonton massal, maka angka penontonnya bisa melonjak signifikan. Oleh karena itu, Angga menegaskan bahwa Lebaran bukan sekadar kesempatan mendapatkan slot tayang, tetapi merupakan momentum besar bagi industri yang harus dimanfaatkan secara optimal.
Tahun ini, ada lima film yang siap tayang pada periode emas tersebut. Pertama ada film Jumbo yang merupakan film animasi petualangan produksi Visinema Studios yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy.
Kedua ada film Qodrat 2 yang merupakan film bergenre horor religi produksi MAGMA Entertainment yang disutradarai oleh Charles Gozali. Ketiga ada film Pabrik Gula yang merupakan film bergenre horor produksi MD Pictures yang disutradarai oleh Awi Suryadi dan diproduseri oleh Manoj Punjabi.
Keempat ada film Komang yang merupakan drama romansa produksi Starvision yang disutradarai oleh Naya Anindita. Kelima ada film Norma: Antara Mertua dan Menantu yang diproduksi oleh Dee Company dan disutradarai oleh Guntur Soeharjanto.
Baca juga: GPBSI Optimistis Rekor Jumlah Penonton Film Terulang Lagi Tahun Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Setiap tahun, film-film yang tayang pada momen Lebaran selalu berhasil menarik jutaan penonton. Periode ini menjadi strategi utama bagi banyak rumah produksi untuk merilis film-film blockbuster-nya.
Sebagai contoh, pada tahun 2022, salah satu film Lebaran yang sukses di box office adalah KKN di Desa Penari. Film ini berhasil menarik lebih dari 10 juta penonton, menjadikannya film Indonesia terlaris sepanjang sejarah.
Kemudian, pada Lebaran 2023, Sewu Dino hadir dan meraih lebih dari 4,8 juta penonton. Selanjutnya, pada Lebaran 2024, Badarawuhi di Desa Penari dan Siksa Kubur masing-masing memperoleh 4 juta penonton.
Baca juga: Hypereport: Jalan Panjang Menjaga Rekor Jumlah Penonton Film Indonesia
Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Film Indonesia (APFI) untuk masa bakti 2024–2029, Angga Dwimas Sasongko mengatakan Lebaran memang selalu menjadi periode emas bagi perfilman Indonesia. Terlebih, libur panjang Lebaran kali ini melewati dua akhir pekan.
"Momentum ini luar biasa besar karena Lebaran bukan hanya soal hiburan, tetapi juga soal tradisi menonton film bersama keluarga," ujar Angga kepada Hypeabis.id
Menurutnya, menonton film di bioskop saat Lebaran telah menjadi tradisi di Indonesia. Momen libur panjang dan kebersamaan dengan keluarga sering dimanfaatkan untuk menikmati berbagai film yang dirilis khusus pada periode ini. Tak heran jika film-film Lebaran kerap mencetak jumlah penonton yang tinggi dan mendominasi box office. Bagi Angga, tahun ini film Lebaran yang tampil juga cukup spesial.
Sebab, jika tahun lalu hanya ada dua film Lebaran, tahun ini lima film akan tayang sekaligus. Menurutnya, ini menjadi satu pertanda yang penting bagi perkembangan pasar film di Indonesia. “Ya, cukup spesial, karena ini menunjukkan bahwa kepercayaan industri terhadap potensi Lebaran semakin besar,” imbuhnya.
Founder Visinema Studios ini menjelaskan bahwa penentuan jadwal tayang film Lebaran sepenuhnya merupakan keputusan ekshibitor melalui komite programming mereka. Pemilihan film yang mendapatkan slot di periode ini didasarkan pada berbagai faktor, seperti potensi pasar, variasi genre, dan daya tarik komersial masing-masing film.
Dari sisi industri, lanjutnya, rumah produksi hanya perlu menyiapkan film yang kompetitif, baik dari segi kualitas maupun strategi pemasaran, agar menarik bagi ekshibitor dan mendapatkan ruang tayang yang optimal. Menurut Angga, ini merupakan bentuk persaingan sehat, lantaran film dengan daya tarik terkuat berpeluang untuk mendominasi periode Lebaran.
Keberhasilan Film Lebaran
Meski begitu, APFI menekankan bahwa ketatnya persaingan film Lebaran tahun ini bukan disebabkan oleh meningkatnya jumlah kompetitor, melainkan karena kapasitas layar bioskop yang tetap sama. Oleh karena itu, setiap rumah produksi perlu merancang strategi yang matang agar film mereka dapat bersaing secara optimal.Menurutnya, ada tiga faktor utama yang menentukan keberhasilan film di periode ini. Pertama, pre-release awareness harus dibangun dengan kuat, karena film yang sudah dinantikan penonton sebelum rilis cenderung bertahan lebih lama di bioskop.
Kedua, performa pada hari-hari awal sangat krusial. Jika dalam 3-4 hari pertama angka penonton tidak cukup tinggi, kemungkinan besar jumlah layar akan dikurangi. Ketiga, keterlibatan audiens memainkan peran penting. Kampanye word-of-mouth dan respons penonton di media sosial dapat memperkuat daya saing film di tengah ketatnya persaingan.
Dengan demikian, menurut Angga, kompetisi film Lebaran bukan hanya tentang mendapatkan slot tayang, tetapi juga bagaimana mempertahankan layar dengan performa yang konsisten.
Sutradara Hari untuk Amanda ini juga mengungkapkan bahwa secara historis, film yang dirilis saat Lebaran dapat menyumbang perolehan penonton tahunan yang signifikan. Dia berharap, periode ini pun akan serupa bahkan lebih tinggi.
“Secara historis, film yang tayang di Lebaran bisa menyumbang sekitar 20-30 persen dari total jumlah penonton tahunan. Periode Lebaran memiliki traffic bioskop yang sangat tinggi, karena masyarakat menjadikan nonton film sebagai bagian dari tradisi liburan keluarga,” ucapnya.
Tahun ini, menurut Angga, situasinya makin menarik karena terdapat dua akhir pekan berturut-turut dalam periode libur panjang, yang berpotensi meningkatkan retensi penonton lebih tinggi dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.
Jika sebuah film mampu menarik perhatian keluarga dan komunitas penonton massal, maka angka penontonnya bisa melonjak signifikan. Oleh karena itu, Angga menegaskan bahwa Lebaran bukan sekadar kesempatan mendapatkan slot tayang, tetapi merupakan momentum besar bagi industri yang harus dimanfaatkan secara optimal.
Tahun ini, ada lima film yang siap tayang pada periode emas tersebut. Pertama ada film Jumbo yang merupakan film animasi petualangan produksi Visinema Studios yang disutradarai oleh Ryan Adriandhy.
Kedua ada film Qodrat 2 yang merupakan film bergenre horor religi produksi MAGMA Entertainment yang disutradarai oleh Charles Gozali. Ketiga ada film Pabrik Gula yang merupakan film bergenre horor produksi MD Pictures yang disutradarai oleh Awi Suryadi dan diproduseri oleh Manoj Punjabi.
Keempat ada film Komang yang merupakan drama romansa produksi Starvision yang disutradarai oleh Naya Anindita. Kelima ada film Norma: Antara Mertua dan Menantu yang diproduksi oleh Dee Company dan disutradarai oleh Guntur Soeharjanto.
Baca juga: GPBSI Optimistis Rekor Jumlah Penonton Film Terulang Lagi Tahun Ini
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.