Ilustrasi opor ayam sebagai hidangan lebaran (Sumber gambar: Pexels/Juan Anatama)

4 Filosofi Mendalam Hidangan Lebaran, Kue Kering sampai Opor Ayam

24 March 2025   |   13:09 WIB
Image
Tiara Dara Clarisa Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara

Lebaran selalu identik dengan momen kebersamaan dan hidangan lezat yang menggugah selera. Dari kue-kue kering hingga opor ayam, setiap makanan yang tersaji di meja selalu memanjakan lidah dan mata seluruh anggota keluarga hingga sanak saudara. 

Akan tetapi, apakah Genhype tahu bahwa setiap makanan khas lebaran memiliki cerita dan simbol yang mencerminkan nilai-nilai kehidupan? Nah, biar perayaan lebaran semakin bermakna, yuk kenali 4 filosofi menarik di balik hidangan yang selalu hadir saat Idulfitri! 

Baca juga: Resep Rendang Padang, Nikmat & Sedap Pakai Kelapa Sangrai
 

1. Ketupat 

Ketupat telah menjadi bagian dari budaya kuliner Indonesia sejak zaman kerajaan Hindu-Buddha, ketika masyarakat masih menggunakan daun sebagai wadah makanan, termasuk beras. Akan tetapi, ketupat semakin populer pada masa penjajahan Belanda, terutama sebagai makanan praktis bagi para pekerja dan tentara.

Keunikannya terletak pada bentuk anyaman daun kelapa yang membungkus beras, mencerminkan kesabaran dan ketekunan dalam proses pembuatannya. Selain menjadi simbol makanan khas lebaran, ketupat juga melambangkan kebersamaan dan persatuan, mengingatkan bahwa perayaan Idulfitri adalah momen untuk mempererat hubungan dengan keluarga dan sesama.
 
Dilansir dari jurnal Ketupat: a culinary heritage of Indonesia in Eid Al-Fitr tradition, dalam budaya Jawa, ketupat memiliki filosofi mendalam yang berkaitan dengan makna Ngaku Lepat (mengakui kesalahan) dan Laku Papat (empat tindakan). Empat tindakan tersebut adalah lebaran (berakhirnya Ramadan), luberan (melimpahnya rezeki yang harus dibagikan melalui zakat), leburan (melebur dosa dengan saling memaafkan), dan laburan (kesucian lahir dan batin setelah menjalani puasa). 
 
Sebagai simbol keikhlasan dan pembersihan diri, ketupat merupakan sarana refleksi spiritual dan pengingat akan pentingnya nilai-nilai kebersamaan dan kesucian dalam perayaan Lebaran.
 

2. Opor Ayam 

Opor ayam merupakan hidangan khas Jawa yang telah dikenal sejak abad ke-19. Awalnya, hidangan ini sering disajikan di lingkungan istana dan menjadi bagian dari upacara keagamaan, termasuk perayaan lebaran.

Dengan kuah santan yang kaya rasa dan rempah-rempah yang melimpah, opor ayam tidak hanya menghadirkan cita rasa lezat tetapi juga melambangkan kemewahan dan kehangatan. Hidangan ini sering disajikan sebagai bentuk penghormatan kepada tamu yang datang bersilaturahmi, mencerminkan keramahan dan kebersamaan dalam budaya Indonesia.
 
Lebih dari sekadar makanan, opor ayam mencerminkan nilai keramahan dan kemurahan karena kerap disiapkan dalam jumlah besar untuk menyambut keluarga dan tamu yang datang. Makanan ini memiliki makna simbolis yang erat dengan kebersamaan, rasa syukur, dan keberlimpahan.

Tak heran jika opor ayam menjadi simbol kehangatan keluarga dan perayaan, mengingatkan akan pentingnya berbagi kebahagiaan dan rasa syukur saat lebaran tiba. 
 

3. Kue Kering 

Sejak masa pra-kemerdekaan, kue kering sudah disajikan dalam berbagai acara penting seperti pernikahan dan kelahiran, sebelum akhirnya menjadi hidangan yang identik dengan perayaan, termasuk Idulfitri. Lebih dari sekadar camilan, kue kering memiliki makna filosofis yang mendalam.

Mulai dari nastar, kastengel, hingga putri salju, semuanya dibuat dengan mentega yang melambangkan kemakmuran dan kebahagiaan dalam perayaan lebaran. Nastar dengan isian selai nanas yang manis, melambangkan kebahagiaan dan kehangatan dalam kebersamaan. Sementara, putri salju yang dilapisi gula halus mencerminkan kemurnian hati serta harapan masa depan yang cerah. 
 
Keberadaan kue kering dalam tradisi lebaran mengajarkan pentingnya berbagi dan menikmati momen-momen kecil bersama orang-orang terkasih. Di setiap gigitan, kue kering menjadi simbol rasa syukur dan kegembiraan dalam merayakan hari kemenangan.
 

4. Rendang 

Dimasak perlahan selama berjam-jam dengan berbagai rempah, rendang mencerminkan filosofi kesabaran, kebijaksanaan, dan ketekunan. Proses memasaknya yang panjang mengajarkan bahwa segala sesuatu yang berkualitas membutuhkan usaha dan waktu. Dalam budaya Minangkabau, seperti yang dicatat oleh Halifax, rendang mencerminkan struktur sosial yang harmonis.
 
Daging melambangkan para pemimpin, santan mewakili kaum intelektual, cabai sebagai simbol ulama yang memberi nasihat, dan bumbu sebagai representasi masyarakat umum. Keempat unsur ini harus menyatu agar menghasilkan cita rasa rendang yang sempurna, sebagaimana dalam kehidupan bermasyarakat yang membutuhkan keseimbangan antara semua elemen.

Dalam konteks kebersamaan dan silaturahmi saat lebaran, rendang yang disajikan untuk semua mencerminkan semangat berbagi dan memuliakan tamu yang menjadi inti dari perayaan Idulfitri. 

Baca juga: Resep & Cara Membuat Selai Nanas untuk Isian Nastar Lebaran

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Hari Raya Nyepi, Candi Prambanan Bakal Ditutup Pada 29 Maret 2025

BERIKUTNYA

10 Kota dengan Sistem Transportasi Terbaik di Dunia, Jakarta Termasuk?

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: