Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno dan Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Gita Kamath saat membuka pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants di Museum Bahari Kamis (20/3/25). (Sumber gambar: Kedutaan Australia Jakarta)

Pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants Dihelat di Museum Bahari

21 March 2025   |   08:23 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dan Kedutaan Australia kembali menggelar pameran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants di Museum Bahari. Menungkai isu sampah dan lingkungan hidup, seteleng ini berlangsung pada 20 Maret sampai 31 Agustus 2025.

Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants merupakan karya dari kolektif seniman Kepulauan Selat Torres Australia, Erub Arts. Pameran ini menampilkan 18 karya seni tenun tangan berupa kawanan ikan, penyu laut, dan pari manta, yang terbuat dari limbah pukat ikan.

Wakil Gubernur DKI Jakarta, Rano Karno, mengatakan, ihwal dihelatnya pameran ini adalah untuk menyadarkan masyarakat terkait pelestarian lingkungan. Salah satunya dengan memanfaatkan sampah sisa dari pukat jaring untuk dijadikan karya seni yang estetik. 

Baca juga: Bawa Karya Gigantik, Arkiv Vilmansa Soroti Isu Biota Laut Indonesia Lewat Pameran di Galnas 

Negeri Kanguru itu, menurut Rano memang memiliki concern terhadap isu laut dan lingkungan yang baik. Oleh karena itu dia berharap Indonesia, khususnya masyarakat di pesisir juga bisa belajar memanfaatkan limbah sebaik mungkin, alih-alih membuangnya. 

"Australia adalah benua yang luar biasa di bidang kelautannya. Untuk itulah kita belajar bagaimana menanggulangi problem sampah yang ada di laut. Inilah cara kita men-trigger [masyarakat] di mana nanti ada workshop pada anak muda," katanya.
 

Sejumlah karya dalam pemeran

Sejumlah karya dalam pemeran Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants di Museum Bahari Kamis (20/3/25). (Sumber gambar: Kedutaan Australia Jakarta)

Setali tiga uang, Kuasa Usaha Australia untuk Indonesia, Gita Kamath mengatakan, pameran ini memang ingin menciptakan sebuah platform untuk mengeksplorasi berbagai tantangan lingkungan bersama antara Indonesia dan Australia di bidang lingkungan. 

Dia menjelaskan, pameran ini terinspirasi oleh lautan yang menghubungkan Australia dan Indonesia. Sebagai negara yang berdekatan secara teritori, isu mengenai pengurangan limbah plastik memang perlu diatasi bersama oleh kedua negara.

"Pameran ini berupaya untuk membuka dialog tentang dampak lingkungan dari jaring dan limbah plastik. Ini juga akan menjadi isu di mana Australia dan Indonesia bekerja sama secara erat untuk mengatasinya," papar Gita Kamath.

Terinspirasi oleh laut, seteleng ini secara umum menghadirkan berbagai bentuk karya seni yang mengimak keberagaman ekosistem lautan di Indonesia dan Australia. Di antaranya dengan memacak kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa yang dibuat dari jaring.

Salah satunya dalam karya bertajuk Billy dan Warrkaz IV, buah tangan Jimmy John Thaiday. Dibuat pada 2021 dan 2019, karya berbentuk ikan dan penyu ini dibuat dengan cara memintal jaring bekas menjadi kesatuan utuh. Untuk memperkuat rangka, sang seniman juga menggunakan kawat besi. 

Ada juga karya bertajuk Green Fish (2018) dam Luanna (2018) di mana sejumlah seniman dari kolektif ini membuat karya-karya unik tentang berbagai jenis ikan di lautan. Di Indonesia, seniman yang berkarya dengan pola seperti ini adalah Iwan Yusuf, dengan material dan isu yang mirip. 

Erub Arts adalah Pusat Seni di Selat Torres, Australia yang berfokus pada pembelajaran komunitas, pengembangan keterampilan, dukungan karier bagi masyarakat. Kelompok ini didirikan pada 1990-an dengan nama EKKILAU (Erub Koskir Kimiar Ira Lug Aker Uteb — laki-laki dan perempuan Erub berkarya).

Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants dari Erub Arts menampilkan karya seni dari sejumlah perupa. Di antaranya adalah Ellarose Savage, Emma Gela, Florence Gutchen, Jimmy John Thaiday, Jimmy K. Thaiday, Lavinia Ketchell, Nancy Naawi dan Racy Oui-Pitt.

Untuk mendukung pameran ini, Kedutaan Besar Australia Jakarta dan Pemprov DKI Jakarta juga akan mengadakan serangkaian lokakarya pendidikan dan bincang-bincang dengan para pegiat seni. Selain itu, pengunjung museum juga dapat berpartisipasi membuat ikan pari mini dari jaring ikan.

Baca juga: Profil 5 Seniman Irlandia dalam Pameran Ireland's Eye 2025 di WTC 2 Jakarta

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

SEBELUMNYA

Timnas Indonesia Telan Kekalahan Telak 5-1 Atas Australia

BERIKUTNYA

Tayang Lebaran 2025, Komang Angkat Perjuangan Kisah Cinta Beda Agama

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: