Suasana pameran Kartorupa Warisan Kartografi Nusa Jawa, di Museum Bahari Jakarta. (sumber gambar Museum Bahari)

Pameran Kartorupa, Saat Kartografi & Seni Melebur dalam Estetika Peta

06 February 2024   |   15:04 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Seni mampu menyusup ke mana saja, termasuk ke kartografi atau pembuatan peta. Kolaborasi kedua cabang ilmu itu bahkan dapat menghasilkan pemandangan yang unik dari sudut pandang visual dan estetika di mata khalayak. Terbaru, gagasan tersebut diolah Tim Peneliti Departemen Geografi Universitas Indonesia beserta seniman muda Tanah Air.

Hasilnya, mewujud dalam pameran bertajuk Kartorupa Warisan Kartografi Nusa Jawa, di Museum Bahari Jakarta. Memadukan unsur seni dan teknologi, pameran ini menampilkan belasan karya para seniman dalam merespon peta Nusantara kuno. Termasuk lanskap perubahan geospasial yang dibuat oleh ahli kartografer dunia dari masa silam.

Baca juga: Galeri Zen1 x Superlative Gallery Hadirkan Seni Fisik dan Digital dalam Pameran ArtGorithm
 
 


Total terdapat 10 seniman muda yang memacak berbagai karya dalam pemeran ini. Seperti Auli Fadillah, A. Ishak, Firman Hidayat, Iqbal Devriyanto, Iyusman Utomo, Kasia Prayitno, Kristian P Nugroho, Shavira Mada, Sopi Maulidia, Tiko Betus.

Pemaknaan terhadap ilmu kartografi yang terkesan rumit dan berat, juga direspon dengan berbagai karya unik dari para seniman. Misalnya, terejawantah dalam karya Shavira Mada bertajuk Nusantara XIII (gouache on paper, 118x84 cm).

Lewat karya bertarikh 2024 itu, sang seniman mencoba menggambarkan peta Pulau Jawa dengan berbagai simbol mitologi. Beberapa di antaranya seperti mitos naga yang menghuni laut Jawa, hingga sosok Nyi Roro Kidul yang dikenal sebagai penguasa Laut Selatan.

Tak hanya itu, di setiap pojok bingkai peta, Mada juga menggambarkan berbagai hewan endemik Nusantara yang saat ini terancam punah. Menggunakan palet hitam, sang seniman melukiskan ragam fauna tersebut dengan sangkil, laiknya sedang berada di habitat aslinya.

"Ini pengalaman baru bagi saya untuk merespon kartografi. Selain menantang dari segi teknik, kita juga bebas untuk menafsirkan secara personal tema pameran," kata Mada.
 

Karya Shavira Mada berjudul  Nusantara XIII (gouache on paper, 118x84 cm, 2024) dalam pameran Kartorupa Warisan Kartografi Nusa Jawa. (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

Karya Shavira Mada berjudul Nusantara XIII (gouache on paper, 118x84 cm, 2024) dalam pameran Kartorupa Warisan Kartografi Nusa Jawa. (sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)


Ada pula karya perupa Tiko Betus berjudul Salam (acrylic on canvas, 230x170 cm, 2024). Didominasi warna merah, lewat karya ini sang seniman seolah menginterpretasikan lanskap perubahan peta yang mengalami perubahan karena peperangan hingga dominasi penjajahan.

Hal yang sama juga terepresentasi dalam karya berjudul Ada Jalan di Sana, buah tangan Kristian P. Nugroho, Jika Aku Seorang Kartografer karya Iqbal Devriyanto, dan Navigasi Temporal, karya Iyusman Utomo. Ada pula karya berjudul Tugu Batu Sawangan, dari Kasia Prayitno, Pertiwi's Grace dari Sopi Maulida.


Eksplorasi Visual 

Kurator Firman Faturohman, mengatakan, titik tolok dari pameran ini memang ingin mendedah visual peta-peta kuno Nusantara, khususnya Pulau Jawa. Menurutnya, Jawadwipa bukan hanya sekadar bentangan tanah semata, tapi panggung megah perjalanan Nusantara.

Kendati begitu, pameran ini tidak hanya memfokuskan perubahan lanskap wilayah Pulau Jawa saja. Melainkan juga berbagai peta dari wilayah lain, termasuk Peta Da Ming Hunyi Tu kekaisaran China, Peta Ptolemy, dan Gangnido, yakni peta dunia tertua asal Korea.

"Setiap peta adalah sebuah kisah, di mana setiap garis dan simbol di dalamnya memiliki makna tersendiri. Lewat pameran ini, kami ingin mengajak publik untuk memahami sejarah dari sudut pandang kartografi," katanya.
 

karya perupa Tiko Betus berjudul Salam (acrylic on canvas, 230x170 cm, 2024) (Sumber gambar  Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

karya perupa Tiko Betus berjudul Salam (acrylic on canvas, 230x170 cm, 2024) (Sumber gambar Hypeabis.id/Prasetyo Agung)

Selaras, Kepala Unit Pengelola Museum Kebaharian Jakarta, Mis'ari mengatakan, pameran kartografi dihelat agar masyarakat kembali mengingat sejarah. Sebab, eksplorasi budaya melalui peta kuno merupakan langkah penting dalam memahami kekayaan budaya dan tradisi di suatu wilayah.

Dihelatnya pameran tersebut, diharap juga dapat mengubah citra museum di mata khalayak. Salah satunya mengenai persepsi publik, bahwa museum hanyalah tempat yang dijadikan sebagai lokasi penyimpanan benda-benda kuno, seperti artefak dan yang lainnya.

"Kita memang ingin mengajak publik untuk meresapi keindahan dan kompleksitas warisan kartografi sebagai perpaduan antara seni, teknologi, dan ilmu pengetahuan," katanya.

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

110 Event Karisma Event Nusantara 2024 Tingkatkan Kunjungan Wisatawan

BERIKUTNYA

Baik untuk Kesehatan Mental, Simak Kiat Mudah Belajar Yoga Bagi Praktisi Pemula 

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: