Head of Knowledge di Museum Maritim Nasional Australia, Peter Hobbins saat mengisi masterclass di Museum Bahari Jakarta, Selasa (13/8/24). (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Dialog Indonesia-Australia Perlu Digiatkan untuk Memahami Arsip Sejarah

13 August 2024   |   21:25 WIB
Image
Prasetyo Agung Ginanjar Jurnalis Hypeabis.id

Hubungan diplomatik Indonesia-Australia dalam membaca rekam jejak sejarah kedua negara sepertinya memasuki babak baru. Setelah sebelumnya Negeri Kanguru memberikan arsip video Pandit Nehru Visits Indonesia ke Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI), kini kerjasama dua negara ini juga makin intim.

Terbaru, pemerintah Australia lewat Museum Maritim Nasional Australia dan Museum Bahari Jakarta menyelenggarakan diskusi pada Selasa, (13/8/24). Mengambil tajuk Australia Memanggil: Menceritakan Sejarah Dua Negara, masterclass ini mengundang sejarawan Peter Hobbins sebagai panelis diskusi.

Baca juga: Catatan Hubungan Diplomatik Indonesia-Australia dalam Pameran Two Nations: A Friendship is Born

Secara umum, diskusi ini mencoba memaknai ulang bagaimana sejarah telah membentuk hubungan diplomatik Indonesia-Australia hingga saat ini. Salah satunya saat serikat buruh perkapalan di Australia mendukung kemerdekaan Indonesia dengan memboikot kapal-kapal Belanda yang membawa pasukan militer ke Hindia Belanda.

Head of Knowledge di Museum Maritim Nasional Australia, Peter Hobbins mengatakan, peristiwa sejarah  yang dikenal sebagai gerakan Black Armada itu merujuk pada gerakan protes. Terutama saat anggota Waterside Workers' Federation, menolak untuk memuat kapal-kapal Belanda yang membawa pasukan militer ke Hindia Belanda sebagai bentuk solidaritas pada Indonesia.

"Bila melihat VOC kita akan dapat melihat hal lain mengenai sejarah yang perlu kita baca kembali. Black Armada misalnya, merupakan bentuk pembacaan ulang dari kami, yang sebagian besar dari kami, tapi sayajuga ingin membaca dari sudut pandang teman-teman Indonesia," katanya.
 

hahah

Head of Knowledge di Museum Maritim Nasional Australia, Peter Hobbins saat mengisi masterclass di Museum Bahari  Jakarta, Selasa (13/8/24). (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)


Selain Black Armada, ada juga hubungan antar negara, terutama dalam menarasikan kemerdekaan Indonesia. Salah satunya aksi dari Molly Warner, perempuan asal Australia yang mendirikan CENKIM- The Central Committee for Indonesian Intelligence (Komite Pusat Intelijen Indonesia) bersama Mohamad Bondan, seorang Digulis yang dibuang ke Australia.

Tak hanya itu, Tony Rafty, seniman sekaligus jurnalis yang meliput Perang Dunia II juga banyak mengarsipkan mengenai suasana pertempuran di Indonesia lewat karya-karya sketsa. Selama bertugas di Tanah Air, Rafty banyak membuat ratusan sketsa yang kini dikoleksi National Library of Australia (NLA), Australian War Memorial, dan Imperial War Museum, di London.

"Setelah aksi boikot di Australia, saya pikir menteri luar negeri Hindia Belanda saat itu  lebih agresif dalam membahasakan aksi ini sebagai propaganda baru. Jadi, ada banyak opini yang berbeda, tapi kami terus mencoba bekerjasama dengan PBB untuk upaya kemerdekaan Indonesia," imbuhnya.

Secara umum, masterclass ini dibagi menjadi dua tahap. Pertama adalah saat Hobbins membacakan hasil penelitiannya mengenai sejarah hubungan Indonesia-Australia. Selanjutnya, para peserta yang terdiri dari para pegiat museum, media, dan peneliti melontarkan pertanyaan untuk pola pengembangan lebih dalam memaknai hubungan kedua negara di masa depan.

 

hah

Pengunjung mengamati salah satu karya dalam pameran Two Nations: A Friendship is Born di Museum Bahari Jakarta (sumber gambar: Hypeabis.id/Himawan L Nugraha)

Ketua Asosiasi Museum Indonesia (AMI) DKI Jakarta Yiyok T. Herlambang, mengatakan hasil masterclass ini memang harus diimplementasikan di berbagai museum di Tanah Air. Dialog dua arah antar badan permuseuman di Australia dan Indonesia juga penting untuk diintensifkan sebagai bentuk distribusi pengetahuan. 

"Saya pikir kerja dari Peter Hobbins mengenai risetnya tentang Black Armada sangat penting. Ini adalah tentang bagaimana kita membagi ilmu mengenai masa lalu atau mengungkai lagi sejarah, untuk melihat masa depan yang ada di Indonesia," katanya.

Sebagai tambahan informasi, selain masterclass kerja diplomatik Indonesia-Australia ini juga direfleksikan dalam pameran Two Nations: A Friendship is Born di Museum Bahari Jakarta. Seteleng bertema sejarah ini masih bisa dikunjungi pada 15 Agustus sampai 1 September 2024 di Menara Syahbandar Museum Bahari Jakarta.

Baca juga: Rayakan 75 Tahun Hubungan Diplomatik, Australia-Indonesia Buat Mural di Taman Ismail Marzuki

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda

SEBELUMNYA

Ragam Inovasi Modest Fesyen Desainer Lokal Mejeng di Istanbul Fashion Connection (IFCO)

BERIKUTNYA

Rekomendasi Buku Bacaan Musim Panas Barack Obama

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: