SAKA Museum di AYANA Bali Hadirkan Tiga Pameran Baru, Eksplorasi Budaya Pulau Dewata
18 March 2025 |
16:31 WIB
SAKA Museum di AYANA Bali meluncurkan tiga pameran terbaru yang menawarkan eksplorasi mendalam terhadap budaya Bali. Pameran ini resmi dibuka pada awal April, bertepatan dengan momen pasca Hari Raya Nyepi—perayaan tahun baru dalam kalender Saka.
Melalui pameran ini, pengunjung diajak memahami kekayaan tradisi, hubungan erat dengan alam, serta nilai spiritual yang melekat dalam kehidupan masyarakat Bali.
Baca juga: Sajian Istimewa Ramadan di AYANA Midplaza Jakarta
Adapun tiga pameran yang dihadirkan adalah Kasanga: Hari Raya Nyepi, Subak: Warisan Leluhur Bali, serta Heritage Gallery: Lima Elemen (Panca Maha Bhuta). Kehadiran ketiganya semakin melengkapi koleksi museum yang telah ada, seperti Sasi Wimba Haneng Gata Poem, Palelintangan: Balinese Astrology, dan Ogoh-ogoh: Walking Among Giants, sehingga menciptakan pengalaman lebih menyeluruh dalam memahami budaya Bali.
Pameran ini mengajak pengunjung menyelami tradisi, kepercayaan, dan filosofi spiritual Bali, dengan menyoroti prinsip Tri Hita Karana—konsep keseimbangan antara Tuhan, alam, dan manusia. Selain itu, karya seniman Bali turut ditampilkan, memperlihatkan ekspresi artistik yang menjadi bagian dari identitas budaya pulau ini.
Setiap pameran dirancang untuk menghadirkan pengalaman unik. Heritage Gallery: The Five Elements, umpamanya, membahas konsep spiritual kuno tentang lima elemen dasar di Bali, sedangkan Subak: The Ancient Order of Bali menggali sistem pertanian khas Bali beserta irigasi tradisionalnya yang telah diakui UNESCO. Sementara itu, The Kasanga: Nyepi Exhibition menampilkan perjalanan mendalam ke dalam perayaan Hari Raya Nyepi, dengan berbagai karya seni yang menggambarkan tahapan perayaan hari keheningan tersebut.
Marlowe Bandem, Penasihat Eksekutif SAKA Museum, menyatakan bahwa pameran ini memberikan wawasan lebih dalam mengenai peran penting tradisi dalam kehidupan masyarakat Bali. "Tradisi-tradisi ini membentuk praktik spiritual, mengatur ritme kehidupan di pulau ini, serta menciptakan kesadaran kolektif masyarakat Bali," ujarnya dalam pernyataan tertulis.
Direktur SAKA Museum, Judith Bosnak, menegaskan bahwa museum ini dirancang sebagai wadah interaksi budaya. "Kami ingin SAKA Museum menjadi tempat yang menyatukan berbagai komunitas, tempat di mana orang dapat berkumpul untuk mengenal dan memahami tradisi Bali," ujarnya.
Lewa kerja sama dengan sekolah-sekolah lokal, pihak museum berharap generasi muda tidak hanya mengenal warisan budaya mereka, tetapi juga terdorong untuk terus melestarikannya.
Sejak dibuka untuk publik tahun lalu, SAKA Museum telah menjadi destinasi budaya populer, dikenal karena pameran-pameran orisinalnya yang menawarkan perspektif mendalam tentang seni dan spiritualitas Bali. Koleksi terbaru ini semakin memperkuat reputasi museum yang telah mendapatkan apresiasi tinggi dari pengunjung di berbagai platform seperti TripAdvisor dan Google Reviews.
Selain menyajikan pameran, SAKA Museum juga berkomitmen menjadi pusat budaya yang aktif, mempertemukan komunitas lokal dan pengunjung internasional dalam eksplorasi budaya Bali. Museum ini bahkan menyediakan kunjungan edukatif gratis bagi sekolah, mahasiswa, peneliti, dan siapa pun yang memiliki tujuan akademis. Untuk mengatur kunjungan, peminat dapat menghubungi museum melalui email di [email protected].
Baca juga: Pameran Ireland's Eye Hadir di WTC Jakarta, Pacak Karya 6 Seniman Irlandia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Melalui pameran ini, pengunjung diajak memahami kekayaan tradisi, hubungan erat dengan alam, serta nilai spiritual yang melekat dalam kehidupan masyarakat Bali.
Baca juga: Sajian Istimewa Ramadan di AYANA Midplaza Jakarta
Adapun tiga pameran yang dihadirkan adalah Kasanga: Hari Raya Nyepi, Subak: Warisan Leluhur Bali, serta Heritage Gallery: Lima Elemen (Panca Maha Bhuta). Kehadiran ketiganya semakin melengkapi koleksi museum yang telah ada, seperti Sasi Wimba Haneng Gata Poem, Palelintangan: Balinese Astrology, dan Ogoh-ogoh: Walking Among Giants, sehingga menciptakan pengalaman lebih menyeluruh dalam memahami budaya Bali.
Pameran ini mengajak pengunjung menyelami tradisi, kepercayaan, dan filosofi spiritual Bali, dengan menyoroti prinsip Tri Hita Karana—konsep keseimbangan antara Tuhan, alam, dan manusia. Selain itu, karya seniman Bali turut ditampilkan, memperlihatkan ekspresi artistik yang menjadi bagian dari identitas budaya pulau ini.
Setiap pameran dirancang untuk menghadirkan pengalaman unik. Heritage Gallery: The Five Elements, umpamanya, membahas konsep spiritual kuno tentang lima elemen dasar di Bali, sedangkan Subak: The Ancient Order of Bali menggali sistem pertanian khas Bali beserta irigasi tradisionalnya yang telah diakui UNESCO. Sementara itu, The Kasanga: Nyepi Exhibition menampilkan perjalanan mendalam ke dalam perayaan Hari Raya Nyepi, dengan berbagai karya seni yang menggambarkan tahapan perayaan hari keheningan tersebut.
Saka Island of Bali
Direktur SAKA Museum, Judith Bosnak, menegaskan bahwa museum ini dirancang sebagai wadah interaksi budaya. "Kami ingin SAKA Museum menjadi tempat yang menyatukan berbagai komunitas, tempat di mana orang dapat berkumpul untuk mengenal dan memahami tradisi Bali," ujarnya.
Lewa kerja sama dengan sekolah-sekolah lokal, pihak museum berharap generasi muda tidak hanya mengenal warisan budaya mereka, tetapi juga terdorong untuk terus melestarikannya.
Sejak dibuka untuk publik tahun lalu, SAKA Museum telah menjadi destinasi budaya populer, dikenal karena pameran-pameran orisinalnya yang menawarkan perspektif mendalam tentang seni dan spiritualitas Bali. Koleksi terbaru ini semakin memperkuat reputasi museum yang telah mendapatkan apresiasi tinggi dari pengunjung di berbagai platform seperti TripAdvisor dan Google Reviews.
Selain menyajikan pameran, SAKA Museum juga berkomitmen menjadi pusat budaya yang aktif, mempertemukan komunitas lokal dan pengunjung internasional dalam eksplorasi budaya Bali. Museum ini bahkan menyediakan kunjungan edukatif gratis bagi sekolah, mahasiswa, peneliti, dan siapa pun yang memiliki tujuan akademis. Untuk mengatur kunjungan, peminat dapat menghubungi museum melalui email di [email protected].
Baca juga: Pameran Ireland's Eye Hadir di WTC Jakarta, Pacak Karya 6 Seniman Irlandia
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.