Tidak Sembarang, Intip Kiat & Jenis Olahraga yang Tepat saat Berpuasa
13 March 2025 |
05:00 WIB
Bulan Ramadan selalu menjadi momen tepat untuk mengembalikan gaya hidup sehat dan seimbang. Selain detoksifikasi, dengan berpuasa, tubuh juga dapat sejenak beristirahat untuk memulihkan fungsi-fungsi metabolismenya.
Kendati begitu, berpuasa tak harus membuat seseorang malas bergerak. Proses detoksifikasi tubuh yang berlangsung secara alami ini bakal semakin lancar saat seseorang giat berolahraga sambil berpuasa, meski tidak bisa sembarangan melakukannnya.
Pelatih Kebugaran APKI, Jansen Ongko mengatakan, tubuh memang perlu beradaptasi dengan pola latihan olahraga saat sedang berpuasa. Jadi, alih-alih menambah, fase ini juga bisa jadi momen untuk mempertahankan hasil latihan yang sudah dicapai.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Perbedaan Olahraga Padel & Tenis
"Durasi olahraga pada praktiknya jarang diturunkan selama bulan puasa. Sebab yang umum diturunkan adalah intensitasnya atau besar upaya yang dikeluarkan," katanya pada Hypeabis.id.
Adapun bagi praktisi yang memiliki masalah kesehatan tertentu juga dapat memulai dengan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, atau senam dengan intensitas rendah. Kegiatan ini juga disarankan bagi lansia agar tetap aktif saat puasa.
Lebih lanjut, Jansen menjelaskan ada beberapa penunjang yang perlu diperhatikan saat seseorang ingin berolahraga sambil berpuasa. Paling utama, adalah jangan melewatkan waktu sahur. Kemudian, cukupi kebutuhan air dan protein saat sahur dan berbuka.
"Pada dasarnya tidak hanya saat bulan puasa saja, untuk orang-orang yang memiliki masalah medis seperti sakit jantung harus berhati-hati dengan program latihan yang dijalani. Akan lebih baik apabila di bawah pengawasan ahli," imbuhnya.
Selaras Dokter Spesialis Gizi Klinik, Yohan Samudra mengatakan, olahraga saat berpuasa sangat dianjurkan agar kebugaran tubuh tetap terjaga. Namun, praktisi juga harus mempertimbangkan beberapa hal, mulai dari jenis, intensitas, waktu, dan durasi.
Terkait jenis olahraga, yang paling baik adalah kombinasi endurance dan strength training. Namun dia juga menyarankan untuk menghindari olahraga dengan intensitas tinggi karena berisiko mengeluarkan terlalu banyak energi yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Saat berolahraga, apabila tubuh mengalami gejala seperti kliyengan, pandangan gelap, keringat dingin, berdebar, muntah dan diare praktisi juga harus segera menghentikan kegiatan olahraga. Mereka baru bisa memulainya kembali setelah tubuh terasa bugar.
"Masyarakat dengan kondisi tertentu sebaiknya juga konsultasikan dulu dengan dokter karena berisiko hipoglikemia, gangguan elektrolit dan dehidrasi," katanya.
Terkait waktu, dia menyarankan waktu tepat adalah 1 jam sebelum berbuka puasa. Namun jika setelah berbuka sebaiknya berjarak sekitar 2 jam dengan makan. "Sebenarnya tergantung kemampuan individu, tapi disarankan mengurangi intensitas latihan sebanyak 30 persen dari biasanya," imbuhnya.
Tak dipungkiri aktivitas fisik dan pola kegiatan seseorang dipastikan bakal menurun selama berpuasa. Perubahan tersebut meliputi perubahan jam makan, pembatasan waktu makan, dan perubahan pola tidur, yang akhirnya berdampak pada performa fisik.
Momen tersebut tak ayal juga berdampak pada tingkat okupansi pusat kebugaran yang belakangan menjadi tren di masyarakat urban. Pasalnya, di tempat tersebut ada banyak pilihan olahraga yang bisa dijajal, seperti yoga, hingga functional training.
Jansen Ongko menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, saat bulan puasa okupansi pusat kebugaran sudah pasti akan mengalami penurunan di minggu awal. "Namun di pertengahan bulan puasa biasanya akan kembali normal seperti bulan yang lain," katanya.
Ihwal peningkatan okupansi ini, menurut Jansen dikarenakan masyarakat sudah mulai terbiasa dengan pola aktivitas harian yang mereka jalani. Namun, untuk mempercepat pola tersebut, para praktisi sebenarnya bisa melakukan berbagai tips agar tetap bugar saat puasa.
Bagi pegiat fitnes misalnya, waktu sore hari setelah berbuka adalah waktu terbaik bagi praktisi yang berolahraga latihan kekuatan dengan beban angkatan relatif berat. Sebab tubuh bisanya sudah mendapat asupan energi dalam jumlah besar dan dari sumber yang mudah dikonversi seperti karbohidrat.
“Selain itu, tubuh yang sudah terhidrasi air juga akan membantu kontraksi otot untuk bekerja lebih optimal. Waktu ini juga cocok bagi pelari yang masih ingin mempertahankan kecepatan larinya,” imbuhnya.
Baca Juga: Riset: 94 Persen Masyarakat Indonesia Rutin Olahraga, Ini Preferensinya
Kendati begitu, berpuasa tak harus membuat seseorang malas bergerak. Proses detoksifikasi tubuh yang berlangsung secara alami ini bakal semakin lancar saat seseorang giat berolahraga sambil berpuasa, meski tidak bisa sembarangan melakukannnya.
Pelatih Kebugaran APKI, Jansen Ongko mengatakan, tubuh memang perlu beradaptasi dengan pola latihan olahraga saat sedang berpuasa. Jadi, alih-alih menambah, fase ini juga bisa jadi momen untuk mempertahankan hasil latihan yang sudah dicapai.
Baca Juga: Mengenal Lebih Dekat Perbedaan Olahraga Padel & Tenis
"Durasi olahraga pada praktiknya jarang diturunkan selama bulan puasa. Sebab yang umum diturunkan adalah intensitasnya atau besar upaya yang dikeluarkan," katanya pada Hypeabis.id.
Adapun bagi praktisi yang memiliki masalah kesehatan tertentu juga dapat memulai dengan aktivitas fisik seperti berjalan kaki, atau senam dengan intensitas rendah. Kegiatan ini juga disarankan bagi lansia agar tetap aktif saat puasa.
Lebih lanjut, Jansen menjelaskan ada beberapa penunjang yang perlu diperhatikan saat seseorang ingin berolahraga sambil berpuasa. Paling utama, adalah jangan melewatkan waktu sahur. Kemudian, cukupi kebutuhan air dan protein saat sahur dan berbuka.
"Pada dasarnya tidak hanya saat bulan puasa saja, untuk orang-orang yang memiliki masalah medis seperti sakit jantung harus berhati-hati dengan program latihan yang dijalani. Akan lebih baik apabila di bawah pengawasan ahli," imbuhnya.
Selaras Dokter Spesialis Gizi Klinik, Yohan Samudra mengatakan, olahraga saat berpuasa sangat dianjurkan agar kebugaran tubuh tetap terjaga. Namun, praktisi juga harus mempertimbangkan beberapa hal, mulai dari jenis, intensitas, waktu, dan durasi.
Terkait jenis olahraga, yang paling baik adalah kombinasi endurance dan strength training. Namun dia juga menyarankan untuk menghindari olahraga dengan intensitas tinggi karena berisiko mengeluarkan terlalu banyak energi yang dapat menyebabkan dehidrasi.
Saat berolahraga, apabila tubuh mengalami gejala seperti kliyengan, pandangan gelap, keringat dingin, berdebar, muntah dan diare praktisi juga harus segera menghentikan kegiatan olahraga. Mereka baru bisa memulainya kembali setelah tubuh terasa bugar.
"Masyarakat dengan kondisi tertentu sebaiknya juga konsultasikan dulu dengan dokter karena berisiko hipoglikemia, gangguan elektrolit dan dehidrasi," katanya.
Terkait waktu, dia menyarankan waktu tepat adalah 1 jam sebelum berbuka puasa. Namun jika setelah berbuka sebaiknya berjarak sekitar 2 jam dengan makan. "Sebenarnya tergantung kemampuan individu, tapi disarankan mengurangi intensitas latihan sebanyak 30 persen dari biasanya," imbuhnya.
Tren Menurun
Tak dipungkiri aktivitas fisik dan pola kegiatan seseorang dipastikan bakal menurun selama berpuasa. Perubahan tersebut meliputi perubahan jam makan, pembatasan waktu makan, dan perubahan pola tidur, yang akhirnya berdampak pada performa fisik.
Momen tersebut tak ayal juga berdampak pada tingkat okupansi pusat kebugaran yang belakangan menjadi tren di masyarakat urban. Pasalnya, di tempat tersebut ada banyak pilihan olahraga yang bisa dijajal, seperti yoga, hingga functional training.
Jansen Ongko menjelaskan, seperti tahun-tahun sebelumnya, saat bulan puasa okupansi pusat kebugaran sudah pasti akan mengalami penurunan di minggu awal. "Namun di pertengahan bulan puasa biasanya akan kembali normal seperti bulan yang lain," katanya.
Ihwal peningkatan okupansi ini, menurut Jansen dikarenakan masyarakat sudah mulai terbiasa dengan pola aktivitas harian yang mereka jalani. Namun, untuk mempercepat pola tersebut, para praktisi sebenarnya bisa melakukan berbagai tips agar tetap bugar saat puasa.
Bagi pegiat fitnes misalnya, waktu sore hari setelah berbuka adalah waktu terbaik bagi praktisi yang berolahraga latihan kekuatan dengan beban angkatan relatif berat. Sebab tubuh bisanya sudah mendapat asupan energi dalam jumlah besar dan dari sumber yang mudah dikonversi seperti karbohidrat.
“Selain itu, tubuh yang sudah terhidrasi air juga akan membantu kontraksi otot untuk bekerja lebih optimal. Waktu ini juga cocok bagi pelari yang masih ingin mempertahankan kecepatan larinya,” imbuhnya.
Baca Juga: Riset: 94 Persen Masyarakat Indonesia Rutin Olahraga, Ini Preferensinya
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.