Romansa Perang Berbalut Karya Ismail Marzuki Dipentaskan dalam Musikal MAR
26 February 2025 |
21:00 WIB
Buat Genhype, penikmat karya musikal, ada kabar gembira nih. Sebab, Artswara kembali menggelar pertunjukan musikal bertajuk MAR. Terinspirasi dari karya-karya Ismail Marzuki, lakon romansa berlatar perang ini dipentaskan di Ciputra Artpreneur, Jakarta pada 26-28 Februari 2025.
Menjadi gelaran ke sekian dari Artswara, MAR akan menampilkan senarai karya Ismail Marzuki dengan balutan jazz. Lakon ini ditulis oleh Titien Wattimena, koreografer Davit Fitrik dan Hamada Abdoel. Sementara itu, penyutradaraannya dinahkodai oleh sutradara senior Wawan Sofwan.
Baca juga: Teater Mandiri Gelar Workshop & Pementasan Lakon Aduh di Taman Ismail Marzuki
Sejumlah lagu Ismail Marzuki, seperti Juwita Malam dan Rindu Lukisan, dinyanyikan dengan ciamik dan akting yang mumpuni oleh para pemain. Mereka di antaranya adalah Gabriel Harvianto, Galabby Thahira, Taufan Purbo Kusumo, Ni Made Ayu Vania Aurellia, Bima Zeno Pooroe, dan Witrie.
Sutradara Wawan Sofwan mengatakan, dipilihnya musik jazz sebagai pendekatan musik dalam drama ini bukan tanpa alasan. Selain bentuk aktualisasi zaman, pemilihan musik jazz juga menjadi tantangan baru baginya alih-alih menyajikan drama musikal dengan musik yang mainstream.
"Kalau orang mau menggarap [naskah] tentang Ismail Marzuki, pertanyaan penonton adalah mau dibuat seperti apa. Itu pertanyaan besar penonton dan saya juga. Jadi kalau musiknya biasa saja apa tantangannya," katanya saat ditemui awak media, Rabu (26/2/25).
Sementara itu, Gabriel Harvianto, pemeran karakter Mar mengatakan, selain terinspirasi dari Ismail Marzuki, pertunjukan ini juga dimainkan sebagai bentuk penghormatan pada Arifin Panigoro dan Raisis Arifin Panigoro, yang juga mengagumi salah satu komposer Indonesia itu.
Lewat pertunjukan ini dia berharap generasi muda juga dapat mengenal karya-karya Ismail Marzuki yang menurutnya tidak kalah keren dengan lagu-lagu sekarang. Memerankan karakter sebagai seorang sersan mayor, Gabriel mengaku banyak belajar gesture dari ayahnya, seorang perwira angkatan udara.
“Bagi saya lagu-lagu Ismail Marzuki yang begitu indah itu juga dapat disejajarkan dengan komposisi-komposisi Jazz standar,” tambah Gabriel.
Produser MAR, Narindra Kukila menjelaskan bahwa proses produksi dari lakon ini memakan waktu lebih lama dari biasanya, Selain penggodokan konsep yang matang, fokus dari musikal ini adalah aransemen lagu dan koreografi. Dia mengungkap kekuatan utama musikal ini adalah nyanyian, tarian, dan akting.
Narindra berharap, Mar juga dapat memberikan kontribusi dalam mengapresiasi warisan Ismail Marzuki dan sejarah Indonesia. "Saya ingin mengenalkan lagu-lagu Ismail Marzuki kepada generasi sekarang agar mereka tidak hanya mengenal karya seni kontemporer, tetapi juga seni dari maestro," imbuhnya.
MAR akan mengajak penonton memasuki latar waktu Bandung pada 1946, yakni masa pergolakan besar yang mengubah kehidupan banyak orang. Peristiwa ini merupakan bagian dari perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Mar, seorang prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan Aryati, seorang sukarelawati di rumah sakit, bertemu dan menjalin kisah cinta yang penuh harapan. Namun, konflik yang meluas di Bandung menjadi penghalang besar dalam hubungan mereka.
Syahdan, peristiwa Bandung Lautan Api memisahkan mereka dalam keadaan yang tak terduga. Keduanya meninggalkan kenangan abadi di kota yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup. Kisah reflektif itu, diungkai oleh salah satu karakter pada cucu buyutnya di masa depan.
Baca juga: Pentas Dag Dig Dug Teater Populer, Saat Kematian Jadi Penuh Absurditas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Menjadi gelaran ke sekian dari Artswara, MAR akan menampilkan senarai karya Ismail Marzuki dengan balutan jazz. Lakon ini ditulis oleh Titien Wattimena, koreografer Davit Fitrik dan Hamada Abdoel. Sementara itu, penyutradaraannya dinahkodai oleh sutradara senior Wawan Sofwan.
Baca juga: Teater Mandiri Gelar Workshop & Pementasan Lakon Aduh di Taman Ismail Marzuki
Sejumlah lagu Ismail Marzuki, seperti Juwita Malam dan Rindu Lukisan, dinyanyikan dengan ciamik dan akting yang mumpuni oleh para pemain. Mereka di antaranya adalah Gabriel Harvianto, Galabby Thahira, Taufan Purbo Kusumo, Ni Made Ayu Vania Aurellia, Bima Zeno Pooroe, dan Witrie.
Sutradara Wawan Sofwan mengatakan, dipilihnya musik jazz sebagai pendekatan musik dalam drama ini bukan tanpa alasan. Selain bentuk aktualisasi zaman, pemilihan musik jazz juga menjadi tantangan baru baginya alih-alih menyajikan drama musikal dengan musik yang mainstream.
"Kalau orang mau menggarap [naskah] tentang Ismail Marzuki, pertanyaan penonton adalah mau dibuat seperti apa. Itu pertanyaan besar penonton dan saya juga. Jadi kalau musiknya biasa saja apa tantangannya," katanya saat ditemui awak media, Rabu (26/2/25).
Pemain melakukan gladi resik drama musikal bertajuk MAR di Ciputra Artprenuer Theater, Jakarta, Rabu (26/2/2025). (sumber gambar:Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
Sementara itu, Gabriel Harvianto, pemeran karakter Mar mengatakan, selain terinspirasi dari Ismail Marzuki, pertunjukan ini juga dimainkan sebagai bentuk penghormatan pada Arifin Panigoro dan Raisis Arifin Panigoro, yang juga mengagumi salah satu komposer Indonesia itu.
Lewat pertunjukan ini dia berharap generasi muda juga dapat mengenal karya-karya Ismail Marzuki yang menurutnya tidak kalah keren dengan lagu-lagu sekarang. Memerankan karakter sebagai seorang sersan mayor, Gabriel mengaku banyak belajar gesture dari ayahnya, seorang perwira angkatan udara.
“Bagi saya lagu-lagu Ismail Marzuki yang begitu indah itu juga dapat disejajarkan dengan komposisi-komposisi Jazz standar,” tambah Gabriel.
Produser MAR, Narindra Kukila menjelaskan bahwa proses produksi dari lakon ini memakan waktu lebih lama dari biasanya, Selain penggodokan konsep yang matang, fokus dari musikal ini adalah aransemen lagu dan koreografi. Dia mengungkap kekuatan utama musikal ini adalah nyanyian, tarian, dan akting.
Narindra berharap, Mar juga dapat memberikan kontribusi dalam mengapresiasi warisan Ismail Marzuki dan sejarah Indonesia. "Saya ingin mengenalkan lagu-lagu Ismail Marzuki kepada generasi sekarang agar mereka tidak hanya mengenal karya seni kontemporer, tetapi juga seni dari maestro," imbuhnya.
Pemain melakukan gladi resik drama musikal bertajuk MAR di Ciputra Artprenuer Theater, Jakarta, Rabu (26/2/2025). (sumber gambar:Hypeabis.id/Arief Hermawan P)
MAR akan mengajak penonton memasuki latar waktu Bandung pada 1946, yakni masa pergolakan besar yang mengubah kehidupan banyak orang. Peristiwa ini merupakan bagian dari perjuangan rakyat Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaan.
Mar, seorang prajurit Tentara Keamanan Rakyat (TKR), dan Aryati, seorang sukarelawati di rumah sakit, bertemu dan menjalin kisah cinta yang penuh harapan. Namun, konflik yang meluas di Bandung menjadi penghalang besar dalam hubungan mereka.
Syahdan, peristiwa Bandung Lautan Api memisahkan mereka dalam keadaan yang tak terduga. Keduanya meninggalkan kenangan abadi di kota yang menjadi saksi bisu perjalanan hidup. Kisah reflektif itu, diungkai oleh salah satu karakter pada cucu buyutnya di masa depan.
Baca juga: Pentas Dag Dig Dug Teater Populer, Saat Kematian Jadi Penuh Absurditas
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Nirmala Aninda
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.