Pandangan Prilly Latuconsina Soal Ekosistem Film Dokumenter di Indonesia
26 February 2025 |
15:37 WIB
Film dokumenter merupakan salah satu bentuk karya yang kerap dibuat oleh sineas di dalam negeri. Bentuk film ini masih menjadi pilihan para pembuat film untuk diproduksi, khususnya untuk merekam kejadian-kejadian nyata penting dan disuguhkan lebih dekat dengan realita.
Terbaru, film berjudul Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan menjadi karya dokumenter yang dirilis di dalam negeri. Film tersebut merupakan hasil produksi Konservasi Indonesia dan Prilly Latuconsina.
Prilly mengatakan bahwa minat pencinta film untuk menonton film dokumenter masih sangat tinggi. “Makanya banyak sekali film dokumenter pendek maupun panjang yang masih diproduksi sampai saat ini,” katanya menjawab pertanyaan Hypeabis.id.
Baca juga: Cerita Proses Produksi & Tantangan Pembuatan Film Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan
Dia menuturkan, tinggi minat masyarakat untuk menyaksikan film dokumenter tidak dapat dilepaskan dari kreativitas para sineas yang ada di baliknya. Dalam pembuatannya, para pembuat sinema harus mengetahui target penonton yang ingin disasar.
Dia mencontohkan, pengemasan film dokumenter dengan target penonton anak muda yang memiliki energi besar harus menyenangkan, sehingga penonton tidak merasa bosan saat menyaksikan cerita yang ada di dalamnya.
Dalam film Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan, Prilly menyajikan karya yang tidak membuat orang merasa diajarkan atau digurui. Selain menyenangkan, karya berdurasi 17 menit itu juga dibuat dengan tujuan menarik penonton ikut berpetualang bersama.
Dia memperlihatkan keindahan alam yang ada dan berharap rasa memiliki terhadap alam tersebut mengalami peningkatan. Pada akhirnya, penonton film dokumenter pendek itu akan terdorong untuk menjaga alam.
Untuk diketahui, pada saat ini, ada banyak film dokumenter yang dibuat oleh sineas di dalam negeri dan mampu menarik perhatian banyak masyarakat.
Di ajang Festival Film Indonesia (FFI), film dokumenter mendapatkan tempat tersendiri. Penghargaan tersebut memberikan apresiasi bagi karya dokumenter dengan mengadakan kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik dan Film Dokumenter Pendek Terbaik.
Pada FFI 2024, film berjudul My Therapist Said, I am Full Of Sadness karya sutradara Monica Vanesa Tedja berhasil menjadi pemenang Film Dokumenter Pendek Terbaik. Sementara itu, Under The Moonlight (Nur) dari sutradara Tonny Trimarsanto memenangkan Film Dokumenter Panjang Terbaik.
Adapun, film dokumenter panjang yang masuk nominasi di ajang tersebut adalah Ibnu Nurwanto - Sang Kayu, Terpejam Untuk Melihat, Koesroyo: The Last Man Standing, dan The Journey: Angklung Goes To Europe.
Film dokumenter pendek yang mendapatkan nominasi FFI 2024 adalah Dia Pergi Dan Belum Kembali, Mama Jo, Neraka Perbatasan: Jejak Mafia Judi Online Dan Perbudakan Digital Di Asia, Rainha Boki Raja: Ratu Ternate Abad Keenam Belas, dan Sang Penyintas Gagal Ginjal.
Baca juga: Film Dokumenter Memijak Jiwa Angkat Isu Dilema 'Kemegahan' Bali
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Terbaru, film berjudul Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan menjadi karya dokumenter yang dirilis di dalam negeri. Film tersebut merupakan hasil produksi Konservasi Indonesia dan Prilly Latuconsina.
Prilly mengatakan bahwa minat pencinta film untuk menonton film dokumenter masih sangat tinggi. “Makanya banyak sekali film dokumenter pendek maupun panjang yang masih diproduksi sampai saat ini,” katanya menjawab pertanyaan Hypeabis.id.
Baca juga: Cerita Proses Produksi & Tantangan Pembuatan Film Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan
Dia menuturkan, tinggi minat masyarakat untuk menyaksikan film dokumenter tidak dapat dilepaskan dari kreativitas para sineas yang ada di baliknya. Dalam pembuatannya, para pembuat sinema harus mengetahui target penonton yang ingin disasar.
Dia mencontohkan, pengemasan film dokumenter dengan target penonton anak muda yang memiliki energi besar harus menyenangkan, sehingga penonton tidak merasa bosan saat menyaksikan cerita yang ada di dalamnya.
Dalam film Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan, Prilly menyajikan karya yang tidak membuat orang merasa diajarkan atau digurui. Selain menyenangkan, karya berdurasi 17 menit itu juga dibuat dengan tujuan menarik penonton ikut berpetualang bersama.
Dia memperlihatkan keindahan alam yang ada dan berharap rasa memiliki terhadap alam tersebut mengalami peningkatan. Pada akhirnya, penonton film dokumenter pendek itu akan terdorong untuk menjaga alam.
Untuk diketahui, pada saat ini, ada banyak film dokumenter yang dibuat oleh sineas di dalam negeri dan mampu menarik perhatian banyak masyarakat.
Di ajang Festival Film Indonesia (FFI), film dokumenter mendapatkan tempat tersendiri. Penghargaan tersebut memberikan apresiasi bagi karya dokumenter dengan mengadakan kategori Film Dokumenter Panjang Terbaik dan Film Dokumenter Pendek Terbaik.
Pada FFI 2024, film berjudul My Therapist Said, I am Full Of Sadness karya sutradara Monica Vanesa Tedja berhasil menjadi pemenang Film Dokumenter Pendek Terbaik. Sementara itu, Under The Moonlight (Nur) dari sutradara Tonny Trimarsanto memenangkan Film Dokumenter Panjang Terbaik.
Adapun, film dokumenter panjang yang masuk nominasi di ajang tersebut adalah Ibnu Nurwanto - Sang Kayu, Terpejam Untuk Melihat, Koesroyo: The Last Man Standing, dan The Journey: Angklung Goes To Europe.
Film dokumenter pendek yang mendapatkan nominasi FFI 2024 adalah Dia Pergi Dan Belum Kembali, Mama Jo, Neraka Perbatasan: Jejak Mafia Judi Online Dan Perbudakan Digital Di Asia, Rainha Boki Raja: Ratu Ternate Abad Keenam Belas, dan Sang Penyintas Gagal Ginjal.
Baca juga: Film Dokumenter Memijak Jiwa Angkat Isu Dilema 'Kemegahan' Bali
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.