Cerita Proses Produksi & Tantangan Pembuatan Film Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan
26 February 2025 |
06:00 WIB
Konservasi Indonesia dan Prilly Latuconsina bekerja sama membuat film pendek dokumenter berjudul Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan. Film yang bercerita tentang keindahan Kabupaten Kaimana, Papua Barat, itu dibuat dengan proses produksi yang menarik dan tantangan yang tidak terlupakan.
Prilly mengatakan bahwa proses produksi film dokumenter pendek ini memakan waktu sekitar satu minggu. Jadwal pembuatan dibikin sangat padat. “Proses produksinya itu sebenarnya sekitar seminggu. Jadi, kami padatkan jadwal produksinya kemarin,” katanya di Jakarta, Selasa (25/2/2025).
Dia menuturkan, hari pertama sampai di Kaimana langsung diving ke Teluk Bicari untuk mengambil semua footage. Selain itu, dia juga mengambil adegan di titik lainnya dengan melakukan aktivitas air favoritnya.
Secara keseluruhan, total bisa 4 kali diving dalam satu hari di 4 titik dalam pembuatan film dokumenter pendek tersebut. Kegiatan diving tersebut untuk memperlihatkan kepada penonton karang-karang yang ada di dasar laut dan beragam jenis hiu yang ditemukan.
Baca juga: Prilly Latuconsina dan Konservasi Indonesia Garap Film Dokumenter Pulau Kaimana
Setelah diving, dia bersama tim langsung ke hutan mangrove untuk mengambil footage burung-burung dan hal-hal lain yang diperlukan. Dari berbagai macam footage yang diambil, tidak semuanya masuk dalam film berdurasi 17 menit tersebut, lantaran satu dan lain hal.
Salah satu contohnya adalah footage tentang danau yang ada di dalam hutan dan berisi jellyfish. Di danau tersebut, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan hewan tersebut.
Dalam proses produksi film tersebut, Prilly juga mengaku harus menghadapi berbagai macam tantangan. Salah satunya adalah kondisi alam yang sulit untuk ditebak sehingga tidak ada ketidakpastian.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah ketiadaan meeting point, mengingat semua medan berupa air. Dia bersama tim juga harus berhati-hati dan saling menjaga satu sama lain agar tidak hilang saat sedang dalam proses pengambilan gambar.
Dia mengaku sempat terpisah dari tim karena asyik mengejar lumba-lumba untuk mendapatkan footage dari jarak dekat, mengingat jarak pandang di dalam air terbatas, yakni sekitar 5 meter.
“Terus bangun harus pukul 4 pagi untuk dapat melihat burung karena burung adanya pada dini hari. Terus enggak ada sinyal kalau sedang di tengah-tengah situ,” katanya.
Baca juga: Alasan Prilly Latuconsina Pilih Format Dokumenter untuk Film Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Prilly mengatakan bahwa proses produksi film dokumenter pendek ini memakan waktu sekitar satu minggu. Jadwal pembuatan dibikin sangat padat. “Proses produksinya itu sebenarnya sekitar seminggu. Jadi, kami padatkan jadwal produksinya kemarin,” katanya di Jakarta, Selasa (25/2/2025).
Dia menuturkan, hari pertama sampai di Kaimana langsung diving ke Teluk Bicari untuk mengambil semua footage. Selain itu, dia juga mengambil adegan di titik lainnya dengan melakukan aktivitas air favoritnya.
Secara keseluruhan, total bisa 4 kali diving dalam satu hari di 4 titik dalam pembuatan film dokumenter pendek tersebut. Kegiatan diving tersebut untuk memperlihatkan kepada penonton karang-karang yang ada di dasar laut dan beragam jenis hiu yang ditemukan.
Baca juga: Prilly Latuconsina dan Konservasi Indonesia Garap Film Dokumenter Pulau Kaimana
Setelah diving, dia bersama tim langsung ke hutan mangrove untuk mengambil footage burung-burung dan hal-hal lain yang diperlukan. Dari berbagai macam footage yang diambil, tidak semuanya masuk dalam film berdurasi 17 menit tersebut, lantaran satu dan lain hal.
Salah satu contohnya adalah footage tentang danau yang ada di dalam hutan dan berisi jellyfish. Di danau tersebut, pengunjung juga dapat berinteraksi dengan hewan tersebut.
Dalam proses produksi film tersebut, Prilly juga mengaku harus menghadapi berbagai macam tantangan. Salah satunya adalah kondisi alam yang sulit untuk ditebak sehingga tidak ada ketidakpastian.
Tantangan lain yang harus dihadapi adalah ketiadaan meeting point, mengingat semua medan berupa air. Dia bersama tim juga harus berhati-hati dan saling menjaga satu sama lain agar tidak hilang saat sedang dalam proses pengambilan gambar.
Dia mengaku sempat terpisah dari tim karena asyik mengejar lumba-lumba untuk mendapatkan footage dari jarak dekat, mengingat jarak pandang di dalam air terbatas, yakni sekitar 5 meter.
“Terus bangun harus pukul 4 pagi untuk dapat melihat burung karena burung adanya pada dini hari. Terus enggak ada sinyal kalau sedang di tengah-tengah situ,” katanya.
Baca juga: Alasan Prilly Latuconsina Pilih Format Dokumenter untuk Film Menjaga Laut, Menjaga Kehidupan
(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News)
Editor: Syaiful Millah
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.