Potensi Ekspor ke Pasar Asia Tenggara Menggiurkan, Skincare hingga Kopi
24 February 2025 |
21:30 WIB
Asia Tenggara telah menjadi salah satu pasar potensial bagi pelaku usaha di Indonesia. Dengan kesamaan budaya dan kebutuhan konsumen yang mirip, banyak merek lokal mulai melirik ekspansi pasar ke negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, dan Singapura.
Potensi pasar ekspor ke Asia Tenggara ini juga terlihat dari hasil studi yang dilakukan Ninja Xpress, Survei Suara UKM Negeri Vol. VI bertajuk Dari Indonesia ke Asia Tenggara. Hasilnya ditemukan bahwa konsumen di Asia Tenggara memiliki pandangan positif terhadap produk dan merek-merek dari negara tetangga, termasuk Indonesia.
Temuan ini tentu saja harus dilihat sebagai prospek yang menarik bagi UMKM Indonesia untuk go international. Apalagi pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga cukup optimistis dan menargetkan pertumbuhan ekspor UMKM sebesar 9,63 persen atau mencapai US$19,33 miliar pada 2026, dan terus meningkat hingga US$35,29 miliar pada 2029.
Baca juga: Kisah Sukses Naruna Ceramics, Bermula dari Garasi hingga Ekspor ke 16 Negara
Adapun beberapa sektor yang memiliki permintaan tinggi antara lain fesyen dan aksesori dengan tingkat minat sebesar 68 persen. Diikuti oleh produk Makanan & Minuman (F&B) sebesar 47 persen, dan Produk Kesehatan & Kecantikan sebesar 46 persen. Angka ini menunjukkan bahwa kategori tersebut menawarkan peluang besar bagi UMKM Indonesia untuk memperluas pasar ekspor mereka.
Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress menjelaskan bahwa Kawasan Asia Tenggara merupakan pasar strategis bagi UMKM Indonesia. Survei yang dilakukan di enam negara Asia Tenggara yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam mengungkapkan bahwa konsumen di kawasan ini memiliki kecenderungan untuk membeli produk dari negara tetangga.
Sebanyak 39 persen konsumen Asia Tenggara menyatakan bahwa mereka membeli produk dari negara tetangga karena keunikan barang yang tidak tersedia di negara asal mereka. Selain itu, 34 persen konsumen memprioritaskan kualitas craftsmanship yang tinggi.
Sementara nilai budaya dan estetika, seperti produk berbasis budaya (31 persen), eco-friendly (34 persen), dan desain ala Korea atau Jepang (29 persen), juga menjadi faktor menarik. Temuan ini menegaskan pentingnya inovasi dan diferensiasi produk bagi UMKM agar dapat bersaing di pasar Asia Tenggara.
Produk dari Indonesia sendiri dinilai menarik karena faktor budaya, kualitas craftsmanship, dan keberlanjutan. Tercatat, 43 persen konsumen di Singapura dan 45 persen konsumen di Malaysia yang berbelanja online lintas negara memilih produk dari Indonesia.
"Hal ini menandakan bahwa produk Indonesia tidak hanya memiliki peluang besar untuk berkembang di pasar Asia Tenggara, tetapi juga tetap dapat memperkuat posisinya di pasar lokal," tuturnya.
M. Qori Kurniawan, Founder Beauty of Angel Store mengakui bahwa sejak awal didirikan, brand-nya memang tidak hanya ingin fokus pada pasar Indonesia tetapi juga ke pasar luar negeri. Sebab, selama ini dia melihat Indonesia sering dijadikan pangsa pasar oleh brand-brand skincare dari luar negeri.
Padahal, brand skincare Indonesia juga memiliki potensi untuk bisa ekspansi ke luar negeri. Awan sendiri pernah melakukan riset kecil-kecilan di berbagai Negara di Asean, dia menemukan adanya tren konsumsi skincare yang cukup menarik.
Misalnya saja di Thailand, banyak orang Thailand yang menggemari produk impor dibandingkan produk lokalnya sendiri. Hal ini menjadi peluang besar bagi produk skincare asal Indonesia untuk masuk dan bersaing di pasar tersebut. Produk seperti sabun batang, lotion, dan suplemen kolagen menjadi favorit di Malaysia karena tren kolagen sedang naik daun di sana.
Tak heran bila 40 persen SKU produk dari Beauty of Angle sudah terdaftar untuk produk ekspor ke Malaysia karena potensi yang besar. “Penjualan di pasar Malaysia itu sangat besar. Bahkan meskipun kami beriklan di Indonesia dan membuat konten digital untuk Indonesia, tetapi banyak juga pembeli dari Malaysia dan Negara sahabat lainnya,” tuturnya.
Tak hanya skincare, kopi Indonesia juga memiliki daya tarik tersendiri di pasar Asia Tenggara. Mohammad Buchari, pemilik Jakarta Coffee House mengungkapkan bahwa karakter kopi Indonesia yang unik menjadi nilai jual utama.
"Kopi Indonesia memiliki karakter rasa yang khas. Misalnya, kopi Toraja dengan rasa karamel dan kopi Gayo dengan sentuhan rempah. Ini yang membuat kopi kita disukai di luar negeri," jelasnya.
Dia juga menyoroti besarnya potensi pasar di Asia Tenggara, khususnya Malaysia. Dia menceritakan bahwa saat pertama kali melakukan ekspor ke Malaysia, pembeli justru datang sendiri ke kedainya dan menawarkan kerja sama.
“Di Malaysia, banyak orang yang terkejut dengan cita rasa kopi Indonesia. Proses roasting dan pengolahan yang tepat menjadi kunci agar kopi bisa diterima di pasar ekspor,” tuturnya
Dengan sumber daya alam yang melimpah, menurutnya, peluang ekspor sangat besar dan seharusnya dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha. Apalagi saat ini sudah ada berbagai kemudahan dalam proses pengiriman ke luar negeri.
“Pengiriman ke luar negeri bisa lebih murah sehingga margin keuntungan tetap terjaga. Dengan ongkos kirim yang lebih terjangkau, daya saing produk kami meningkat di pasar global,” tuturnya.
Nirmal Kumar Karmani, Founder & CEO dari PT Fastrac Garda Indonesia mengungkapkan bahwa meskipun permintaan ekspor tinggi, ada tantangan dalam regulasi dan dokumentasi yang harus dipenuhi. "Tidak semudah mengirim paket biasa. Ada regulasi dan dokumen yang harus diurus," ujarnya.
Kini, proses pengiriman produk ke luar negeri sudah sangat dimudahkan dengan adanya model supply chain Direct-to-Customer yang disediakan platform digital, salah satunya melalui Ninja Cross Border Delivery.
Layanan DTC tersebut membantu UMKM yang ingin mengekspor produk dengan risiko rendah dan biaya lebih terjangkau, karena pengiriman dilakukan langsung ke konsumen tanpa perlu menyimpan stok di negara tujuan. Proses pengiriman telah termasuk pengurusan dokumen, pengemasan, hingga pengiriman barang ke konsumen.
Baca juga: Peluang UMKM Ekspor ke Arab Saudi Terbuka Luas, Ini Produk Paling Diminati
Nirmal menambahkan sebagai perusahaan aggregator logistik yang menghubungkan pelaku usaha dengan penyedia jasa pengiriman, banyak kliennya yang mengandalkan model pengiriman direct-to-customer.
Dengan layanan yang memudahkan tersebut, mereka bisa membantu mengirimkan produk kliennya langsung ke konsumen di Singapura dan Malaysia tanpa harus menghadapi kompleksitas pengelolaan logistik yang berbeda di setiap negara.
"Harga pengiriman ke luar negeri kini juga makin ekonomis sehingga para pelaku UMKM dapat lebih fokus pada pertumbuhan bisnis,” tuturnya.
Editor: Fajar Sidik
Potensi pasar ekspor ke Asia Tenggara ini juga terlihat dari hasil studi yang dilakukan Ninja Xpress, Survei Suara UKM Negeri Vol. VI bertajuk Dari Indonesia ke Asia Tenggara. Hasilnya ditemukan bahwa konsumen di Asia Tenggara memiliki pandangan positif terhadap produk dan merek-merek dari negara tetangga, termasuk Indonesia.
Temuan ini tentu saja harus dilihat sebagai prospek yang menarik bagi UMKM Indonesia untuk go international. Apalagi pemerintah melalui Kementerian Perdagangan juga cukup optimistis dan menargetkan pertumbuhan ekspor UMKM sebesar 9,63 persen atau mencapai US$19,33 miliar pada 2026, dan terus meningkat hingga US$35,29 miliar pada 2029.
Baca juga: Kisah Sukses Naruna Ceramics, Bermula dari Garasi hingga Ekspor ke 16 Negara
Adapun beberapa sektor yang memiliki permintaan tinggi antara lain fesyen dan aksesori dengan tingkat minat sebesar 68 persen. Diikuti oleh produk Makanan & Minuman (F&B) sebesar 47 persen, dan Produk Kesehatan & Kecantikan sebesar 46 persen. Angka ini menunjukkan bahwa kategori tersebut menawarkan peluang besar bagi UMKM Indonesia untuk memperluas pasar ekspor mereka.
Andi Djoewarsa, Chief Marketing Officer Ninja Xpress menjelaskan bahwa Kawasan Asia Tenggara merupakan pasar strategis bagi UMKM Indonesia. Survei yang dilakukan di enam negara Asia Tenggara yakni Singapura, Malaysia, Indonesia, Filipina, Thailand, dan Vietnam mengungkapkan bahwa konsumen di kawasan ini memiliki kecenderungan untuk membeli produk dari negara tetangga.
Sebanyak 39 persen konsumen Asia Tenggara menyatakan bahwa mereka membeli produk dari negara tetangga karena keunikan barang yang tidak tersedia di negara asal mereka. Selain itu, 34 persen konsumen memprioritaskan kualitas craftsmanship yang tinggi.
Sementara nilai budaya dan estetika, seperti produk berbasis budaya (31 persen), eco-friendly (34 persen), dan desain ala Korea atau Jepang (29 persen), juga menjadi faktor menarik. Temuan ini menegaskan pentingnya inovasi dan diferensiasi produk bagi UMKM agar dapat bersaing di pasar Asia Tenggara.
Produk dari Indonesia sendiri dinilai menarik karena faktor budaya, kualitas craftsmanship, dan keberlanjutan. Tercatat, 43 persen konsumen di Singapura dan 45 persen konsumen di Malaysia yang berbelanja online lintas negara memilih produk dari Indonesia.
"Hal ini menandakan bahwa produk Indonesia tidak hanya memiliki peluang besar untuk berkembang di pasar Asia Tenggara, tetapi juga tetap dapat memperkuat posisinya di pasar lokal," tuturnya.
M. Qori Kurniawan, Founder Beauty of Angel Store mengakui bahwa sejak awal didirikan, brand-nya memang tidak hanya ingin fokus pada pasar Indonesia tetapi juga ke pasar luar negeri. Sebab, selama ini dia melihat Indonesia sering dijadikan pangsa pasar oleh brand-brand skincare dari luar negeri.
Padahal, brand skincare Indonesia juga memiliki potensi untuk bisa ekspansi ke luar negeri. Awan sendiri pernah melakukan riset kecil-kecilan di berbagai Negara di Asean, dia menemukan adanya tren konsumsi skincare yang cukup menarik.
Misalnya saja di Thailand, banyak orang Thailand yang menggemari produk impor dibandingkan produk lokalnya sendiri. Hal ini menjadi peluang besar bagi produk skincare asal Indonesia untuk masuk dan bersaing di pasar tersebut. Produk seperti sabun batang, lotion, dan suplemen kolagen menjadi favorit di Malaysia karena tren kolagen sedang naik daun di sana.
Tak heran bila 40 persen SKU produk dari Beauty of Angle sudah terdaftar untuk produk ekspor ke Malaysia karena potensi yang besar. “Penjualan di pasar Malaysia itu sangat besar. Bahkan meskipun kami beriklan di Indonesia dan membuat konten digital untuk Indonesia, tetapi banyak juga pembeli dari Malaysia dan Negara sahabat lainnya,” tuturnya.
Ekspor Kopi
Tak hanya skincare, kopi Indonesia juga memiliki daya tarik tersendiri di pasar Asia Tenggara. Mohammad Buchari, pemilik Jakarta Coffee House mengungkapkan bahwa karakter kopi Indonesia yang unik menjadi nilai jual utama."Kopi Indonesia memiliki karakter rasa yang khas. Misalnya, kopi Toraja dengan rasa karamel dan kopi Gayo dengan sentuhan rempah. Ini yang membuat kopi kita disukai di luar negeri," jelasnya.
Dia juga menyoroti besarnya potensi pasar di Asia Tenggara, khususnya Malaysia. Dia menceritakan bahwa saat pertama kali melakukan ekspor ke Malaysia, pembeli justru datang sendiri ke kedainya dan menawarkan kerja sama.
“Di Malaysia, banyak orang yang terkejut dengan cita rasa kopi Indonesia. Proses roasting dan pengolahan yang tepat menjadi kunci agar kopi bisa diterima di pasar ekspor,” tuturnya
Dengan sumber daya alam yang melimpah, menurutnya, peluang ekspor sangat besar dan seharusnya dimanfaatkan secara optimal oleh para pelaku usaha. Apalagi saat ini sudah ada berbagai kemudahan dalam proses pengiriman ke luar negeri.
“Pengiriman ke luar negeri bisa lebih murah sehingga margin keuntungan tetap terjaga. Dengan ongkos kirim yang lebih terjangkau, daya saing produk kami meningkat di pasar global,” tuturnya.
Nirmal Kumar Karmani, Founder & CEO dari PT Fastrac Garda Indonesia mengungkapkan bahwa meskipun permintaan ekspor tinggi, ada tantangan dalam regulasi dan dokumentasi yang harus dipenuhi. "Tidak semudah mengirim paket biasa. Ada regulasi dan dokumen yang harus diurus," ujarnya.
Kini, proses pengiriman produk ke luar negeri sudah sangat dimudahkan dengan adanya model supply chain Direct-to-Customer yang disediakan platform digital, salah satunya melalui Ninja Cross Border Delivery.
Layanan DTC tersebut membantu UMKM yang ingin mengekspor produk dengan risiko rendah dan biaya lebih terjangkau, karena pengiriman dilakukan langsung ke konsumen tanpa perlu menyimpan stok di negara tujuan. Proses pengiriman telah termasuk pengurusan dokumen, pengemasan, hingga pengiriman barang ke konsumen.
Baca juga: Peluang UMKM Ekspor ke Arab Saudi Terbuka Luas, Ini Produk Paling Diminati
Nirmal menambahkan sebagai perusahaan aggregator logistik yang menghubungkan pelaku usaha dengan penyedia jasa pengiriman, banyak kliennya yang mengandalkan model pengiriman direct-to-customer.
Dengan layanan yang memudahkan tersebut, mereka bisa membantu mengirimkan produk kliennya langsung ke konsumen di Singapura dan Malaysia tanpa harus menghadapi kompleksitas pengelolaan logistik yang berbeda di setiap negara.
"Harga pengiriman ke luar negeri kini juga makin ekonomis sehingga para pelaku UMKM dapat lebih fokus pada pertumbuhan bisnis,” tuturnya.
Editor: Fajar Sidik
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.