Koleksi Limited Edition Naruna Ceramics (Sumber foto: Naruna Official)

Kisah Sukses Naruna Ceramics, Bermula dari Garasi hingga Ekspor ke 16 Negara

10 February 2025   |   20:02 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Di tengah dinamika bisnis yang terus berkembang dan persaingan yang semakin ketat, tren bisnis pada tahun 2025 semakin mengarah pada konsep yang tidak hanya mengutamakan inovasi, tetapi juga aspek keberlanjutan (sustainability), pemberdayaan masyarakat, serta profitabilitas.

Para pelaku usaha, terutama generasi muda, semakin sadar akan pentingnya menciptakan bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan semata, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan sosial. Namun, dalam perjalanan membangun bisnis yang berorientasi pada keberlanjutan, para wirausahawan sering kali dihadapkan pada tantangan besar dalam menemukan keseimbangan antara idealisme dan profitabilitas.

Baca juga: Bisnis Kemasan Ramah Lingkungan Kian Dilirik, Ini Peluang & Tantangannya

Dengan daya beli masyarakat yang menurun, produk-produk yang termasuk dalam kategori gaya hidup (lifestyle) harus memiliki strategi khusus agar tetap relevan di pasar.

Salah satu pelaku usaha yang sukses menyeimbangkan antara bisnis sosial dan profitabilitas adalah Indra Purwidiyanto yang mengembangkan bisnis Naruna Cermacis bersama dua rekannya. Melalui Naruna Ceramics, mereka mampu membuktikan bahwa bisnis yang memanfaatkan limbah bisa berkembang pesat bahkan sangat menguntungkan.

Dimulai dari garasi pada 2019, Naruna kini telah mengekspor produknya ke 16 negara dan menarik perhatian para menteri. Dengan memanfaatkan limbah seperti abu vulkanik, kaca, dan kayu, Naruna tak hanya mengurangi dampak lingkungan tetapi juga menciptakan nilai tambah bagi industri keramik.
 

Salah satu strategi utama Naruna adalah pemanfaatan bahan baku dari limbah industri. Indra menjelaskan bahwa dari awal, blueprint bisnis mereka adalah mengedepankan konsep sustainability sehingga dapat memberikan kontribusi nyata bagi lingkungan tak hanya sekadar mengejar profit.

"Kami melihat limbah sebagai potensi, bukan sekadar sampah. Abu vulkanik, misalnya, ternyata bisa mempercantik warna keramik sekaligus tetap aman untuk peralatan makan [food grade]. Kami juga mengombinasikannya dengan limbah kaca dan kayu untuk menambah nilai estetika dan fungsional," ujar Indra.

Pendekatan ini membuat Naruna berbeda dari produsen keramik lain. Selain ramah lingkungan, produk mereka lebih kuat karena melalui proses pembakaran hingga 1.250 derajat Celsius, memastikan tidak ada pori-pori tempat bakteri berkembang. Ditambah dengan sertifikasi Standar Nasional Indonesia (SNI), Naruna semakin unggul dalam persaingan pasar.

Keberhasilan Naruna tak lepas dari strategi pemasaran yang adaptif. Berawal dari model bisnis dropshipping dan reseller, Naruna memanfaatkan platform digital untuk menjangkau pelanggan global.

"Kami memulai dari keterbatasan—tanpa modal besar dan tanpa pabrik sendiri. Digital marketing menjadi kekuatan utama kami, terutama di tengah pandemi saat bisnis offline banyak yang terhenti. Dari situ, kami tumbuh 22 kali lipat," kata Indra.

Selain mengandalkan e-commerce dan media sosial dengan 150.000 pengikut di Instagram dan 200.000 di TikTok Naruna juga berinvestasi dalam ekspansi produksi. Saat ini, mereka tengah membangun manufaktur skala lebih besar untuk meningkatkan kapasitas produksi hingga empat kali lipat.

Naruna bukan hanya tumbuh di dalam negeri, tetapi juga sukses di pasar ekspor. Dengan permintaan tinggi dari restoran dan hotel internasional, mereka kini mengirim ribuan produk ke berbagai negara, termasuk Prancis dan Arab Saudi.
 

"Kami awalnya ragu, tapi ternyata 70% pembeli luar negeri datang dari media sosial. Sisanya berasal dari pameran dan rekomendasi. Bahkan, ada executive chef di Arab yang selalu memesan produk kami setiap kali membuka restoran baru," ujar Indra.

Meski begitu, ekspor bukan tanpa tantangan. Awalnya, 50% produk yang dikirim ke Hong Kong pecah saat pengiriman. Namun, dengan riset dan inovasi kemasan, Naruna kini memiliki sistem drop test yang memastikan produk lebih aman selama distribusi.

Ke depan, Naruna tidak hanya ingin memperbesar produksi, tetapi juga meningkatkan dampak sosial. Mereka menargetkan untuk memberdayakan 120.000 pengrajin keramik di berbagai daerah seperti Magelang, Yogyakarta, dan Borobudur.

"Kami ingin memastikan bahwa bisnis ini tidak hanya menguntungkan kami, tetapi juga komunitas lokal. Dengan skala produksi yang lebih besar, kami berharap dapat menciptakan lebih banyak lapangan kerja dan memperkenalkan keramik Indonesia ke pasar global," tutur Indra.

Dengan kemampuannya dalam mengembangkan bisnis berbasis sosial dengan perkembangan yang cukup signifikan menjadikan Naruna Ceramics sebagai Best of the Best dalam kompetisi Diplomat Success Challenge yang ke 15.

Ketua Dewan Komisioner DSC, Surjanto Yasaputera menyatakan Indra Purwidiyanto menjadi contoh bagaimana tiga pilar DSC yaitu 3P (Paham, Piawai, dan Persona) menjadi tolak ukur komprehensif dalam kesuksesan seorang wirausahawan.

Menurutnya, bisnis bisa berubah seiring waktu, tetapi kekuatan pilar-pilar ini lah yang menjadi pondasi yang kokoh.

“Paham tentang tantangan dan peluang, piawai dalam menerapkan solusi inovatif, dan persona yang inspiratif dalam memimpin, adalah kualitas yang membuat seorang entrepreneur dapat bertahan, terus berkembang dan memberi dampak positif yang berkelanjutan bagi lingkungan dan masyarakat,” jelasnya.

DSC Season 15 memberikan hibah modal usaha senilai total Rp2,5 miliar serta pendampingan intensif kepada para challengers dari berbagai kategori bisnis diantaranya manufaktur instrumen presisi, edukasi digital, industri kreatif, layanan kesehatan hewan, serta aksesoris fashion berorientasi keberlanjutan.

Dengan dana hibah yang diperoleh dari DSC, Naruna berencana melakukan ekspansi manufaktur untuk meningkatkan kapasitas produksi dan dampak sosialnya. Ini menunjukkan bagaimana bisnis yang berbasis keberlanjutan tetap bisa berkembang tanpa mengorbankan misi sosialnya.

Selain Indra pelaku usaha muda lainnya yang berhasil menjadi finalis DSC Season 15 dan berhak mendapatkan total dana hibah sebesar Rp2,5 miliar adalah Reza Rahman (Gentanala), Devasari Rahmawati (Faber Instrument Indonesia), Teguh Hidayat (Jasgo Academy), Carolina Ardelia (Colore Art & Craft), Muhamad Haikal Azhari (Kamaye), Ivan Taufiq Nugraha (Sutan Vet Medika) dan Ariq Syah (Maore).

(Baca artikel Hypeabis.id lainnya di Google News

Editor: Nirmala Aninda
 

SEBELUMNYA

Fakta-fakta Menarik Penampilan Kendrick Lamar di Super Bowl 2025

BERIKUTNYA

Melirik Potensi Pasar Industri Kecantikan di Indonesia yang Tembus Ratusan Triliun

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: