Mengulik Kesuksesan JumpStart, Ide Bisnis yang Muncul Dari Keresahan
20 February 2025 |
21:30 WIB
Ide bisnis bisa datang dari mana saja. Bagi mereka yang memiliki pandangan bisnis tajam, keresahan yang dialami dalam kehidupan sehari-hari, bahkan dapat diubah menjadi peluang usaha menguntungkan. Brian Imawan contohnya. Resah karena sulitnya mendapatkan akses minum kopi berkualitas ketika menjadi karyawan sebuah perusahaan di wilayah Kuningan, Jakarta, dia lantas memiliki ide untuk menghadirkan mesin kopi di kantornya.
Tepatnya pada 2016, ketika belum ada layanan pengantaran makanan/minuman, hingga layanan kopi mobile. Permintaan untuk menghadirkan mesin kopi di kantor, lantas disetujui atasan Brian dan disambut baik rekan kerjanya. Siapa sangka keresahan dan niat baik untuk menyediakan akses ngopi nikmat yang praktis itu justru memunculkan ide untuk menggarapnya menjadi peluang bisnis.
Baca juga: 10 Kopi Termahal di Dunia 2024, Ada Luwak dari Indonesia
Melihat antusias yang tinggi dari para pecinta kopi di kantornya, Brian lantas berinisiatif untuk membuat mesin kopi sendiri. Sebuah mesin yang bisa tersedia di kantor maupun area publik.
Bisnis mesin kopi menurutnya paling ideal ketimbang coffee shop yang mulai menjamur pada saat itu. Pasalnya, modal yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar dan Brian ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda di tengah pertarungan usaha kopi instan.
Pada 2018, Brian lantas mendirikan JumpStart Indonesia, yang berfokus pada smart machine coffee untuk pasar B2B2C. Awalnya dia membeli mesin kopi dari vendor. Namun, Brian secara perlahan mempelajari mesin tersebut dan bersama tim, dia coba mengadaptasi teknologi hingga fiturnya untuk menciptakan mesin kopi sendiri.
Pria yang memiliki gelar sarjana hukum itu pun melakukan pemetaan mengenai selera para pecinta kopi di Indonesiaa. “Kita R&D (melakukan penelitian dan pengembangan) 6 bulan di awal, karena kita ingin memastikan kualitas kopinya,” ujar CEO JumpStart itu saat berbincang dengan Hypeabis.id, dalam acara Kamis Santuy di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Memang menjalankan bisnis yang berbeda selalu menemukan kesulitan dalam perjalanannya di awal, terutama dalam pemasaran. Kala itu, masyarakat belum familiar dengan vending machine atau mesin penjual otomatis, sehingga tidak mengerti cara mengoperasikannya.
Kendati demikian, dengan edukasi dan promosi yang gencar dilakukan, akhirnya masyarakat secara perlahan pun bisa memakai layanan self-service ini. Bisnis JumpStart pun semakin berkembang dan Brian fokus pada usahanya ini.
Dari awalnya menyediakan 2 mesin pada 2018, bertambah sebanyak 454 sebelum pandemi Covid-19, kini, JumpStart memiliki sekitar 4.000 mesin kopi yang tersebar tidak hanya di perkantoran, namun juga kampus, rumah sakit, perhotelan, hingga area publik lainnya. Meskipun sempat menjadi tantangan, pandemi Covid-19 juga meluncurkan kesempatan baru bagi JumpStart untuk berinovasi.
Brian menerangkan pihaknya lantas mengembangkan fitur touchless untuk menikmati kopi di kantor lebih aman. “Mereka nggak perlu ke kafe, kemana-mana. Mesin kapsulnya juga sebenarnya ide dari zaman pandemi,” tuturnya.
Ya, JumpStart pada akhir tahun lalu meluncurkan inovasi mesin kopi baru yang bisa dipakai di rumah. Dinamakan NOD (Never Ordinary Device), mesin kopi ini memiliki dimensi yang lebih kompak dengan memanfaatkan kapsul pintar untuk menyasar pasar B2C.
Hadir dengan 2 varian, NOD dibanderol Rp1,4 juta untuk model manual. Kemudian, Rp 2,9 juta untuk model Maximo yang tidak hanya bisa menyajikan kopi, namun juga teh, cokelat, hingga wedang jahe, menjadikannya yang pertama di dunia.
NOD juga hadir dari keresahan. Brian menyebut ketika pandemi Covid-19, seseorang timnya bertanya apakah vending machine JumpStart bisa dibawa ke rumah. Timnya juga ingin mesin yang bisa menyajikan menu selain kopi.
Dari celetukan tersebut, Brian dan tim lalu menelurkan ide mesin kopi yang lebih ringkas untuk hadir di rumah. Untuk menyajikan varian seperti teh, cokelat, atau wedang jahe, JumpStart pun menjalin kolaborasi dengan sejumlah pihak, termasuk UMKM lokal.
“Mesinnya buatan Indonesia asli, engineernya juga Indonesia, desain produknya sendiri itu desain dari Indonesia, dan kita mengangkat kapsul-kapsul yang ingredientsnya itu dari Indonesia asli,” tutur Brian.
JumpStart akan terus berinovasi untuk beberapa tipe mesin. Varian isi dari kapsul yang dihadirkan juga dikembangkan menyesuaikan selera masayarakat Indonesia.
CMO JumpStart Raynald Rabindra Soeharto pun menyebut pihaknya akan melakukan ekspansi di luar Pulau Jawa dan Bali. Pasar mesin kopi luar negeri juga akan dijamah. “Kita sudah dapat request dari Singapura, Australia, dan kemarin sudah dihubungi Dubes Romania,” ungkapnya.
Baca juga: Tengok Strategi JumpStart Indonesia Kuasai Pasar Mesin Kopi Pintar
Editor: Puput Ady Sukarno
Tepatnya pada 2016, ketika belum ada layanan pengantaran makanan/minuman, hingga layanan kopi mobile. Permintaan untuk menghadirkan mesin kopi di kantor, lantas disetujui atasan Brian dan disambut baik rekan kerjanya. Siapa sangka keresahan dan niat baik untuk menyediakan akses ngopi nikmat yang praktis itu justru memunculkan ide untuk menggarapnya menjadi peluang bisnis.
Baca juga: 10 Kopi Termahal di Dunia 2024, Ada Luwak dari Indonesia
Melihat antusias yang tinggi dari para pecinta kopi di kantornya, Brian lantas berinisiatif untuk membuat mesin kopi sendiri. Sebuah mesin yang bisa tersedia di kantor maupun area publik.
Bisnis mesin kopi menurutnya paling ideal ketimbang coffee shop yang mulai menjamur pada saat itu. Pasalnya, modal yang dikeluarkan pun tidak terlalu besar dan Brian ingin menghadirkan sesuatu yang berbeda di tengah pertarungan usaha kopi instan.
Pada 2018, Brian lantas mendirikan JumpStart Indonesia, yang berfokus pada smart machine coffee untuk pasar B2B2C. Awalnya dia membeli mesin kopi dari vendor. Namun, Brian secara perlahan mempelajari mesin tersebut dan bersama tim, dia coba mengadaptasi teknologi hingga fiturnya untuk menciptakan mesin kopi sendiri.
Pria yang memiliki gelar sarjana hukum itu pun melakukan pemetaan mengenai selera para pecinta kopi di Indonesiaa. “Kita R&D (melakukan penelitian dan pengembangan) 6 bulan di awal, karena kita ingin memastikan kualitas kopinya,” ujar CEO JumpStart itu saat berbincang dengan Hypeabis.id, dalam acara Kamis Santuy di Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Kamis (20/2/2025).
Memang menjalankan bisnis yang berbeda selalu menemukan kesulitan dalam perjalanannya di awal, terutama dalam pemasaran. Kala itu, masyarakat belum familiar dengan vending machine atau mesin penjual otomatis, sehingga tidak mengerti cara mengoperasikannya.
Kendati demikian, dengan edukasi dan promosi yang gencar dilakukan, akhirnya masyarakat secara perlahan pun bisa memakai layanan self-service ini. Bisnis JumpStart pun semakin berkembang dan Brian fokus pada usahanya ini.
Dari awalnya menyediakan 2 mesin pada 2018, bertambah sebanyak 454 sebelum pandemi Covid-19, kini, JumpStart memiliki sekitar 4.000 mesin kopi yang tersebar tidak hanya di perkantoran, namun juga kampus, rumah sakit, perhotelan, hingga area publik lainnya. Meskipun sempat menjadi tantangan, pandemi Covid-19 juga meluncurkan kesempatan baru bagi JumpStart untuk berinovasi.
Brian menerangkan pihaknya lantas mengembangkan fitur touchless untuk menikmati kopi di kantor lebih aman. “Mereka nggak perlu ke kafe, kemana-mana. Mesin kapsulnya juga sebenarnya ide dari zaman pandemi,” tuturnya.
CEO JumpStart Brian Imawan dan CMO JumpStart Raynald Rabindra Soeharto saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia. (Sumber gambar: Nadhif Alwan/Hypeabis.id)
Ya, JumpStart pada akhir tahun lalu meluncurkan inovasi mesin kopi baru yang bisa dipakai di rumah. Dinamakan NOD (Never Ordinary Device), mesin kopi ini memiliki dimensi yang lebih kompak dengan memanfaatkan kapsul pintar untuk menyasar pasar B2C.
Hadir dengan 2 varian, NOD dibanderol Rp1,4 juta untuk model manual. Kemudian, Rp 2,9 juta untuk model Maximo yang tidak hanya bisa menyajikan kopi, namun juga teh, cokelat, hingga wedang jahe, menjadikannya yang pertama di dunia.
NOD juga hadir dari keresahan. Brian menyebut ketika pandemi Covid-19, seseorang timnya bertanya apakah vending machine JumpStart bisa dibawa ke rumah. Timnya juga ingin mesin yang bisa menyajikan menu selain kopi.
Dari celetukan tersebut, Brian dan tim lalu menelurkan ide mesin kopi yang lebih ringkas untuk hadir di rumah. Untuk menyajikan varian seperti teh, cokelat, atau wedang jahe, JumpStart pun menjalin kolaborasi dengan sejumlah pihak, termasuk UMKM lokal.
“Mesinnya buatan Indonesia asli, engineernya juga Indonesia, desain produknya sendiri itu desain dari Indonesia, dan kita mengangkat kapsul-kapsul yang ingredientsnya itu dari Indonesia asli,” tutur Brian.
JumpStart akan terus berinovasi untuk beberapa tipe mesin. Varian isi dari kapsul yang dihadirkan juga dikembangkan menyesuaikan selera masayarakat Indonesia.
CMO JumpStart Raynald Rabindra Soeharto pun menyebut pihaknya akan melakukan ekspansi di luar Pulau Jawa dan Bali. Pasar mesin kopi luar negeri juga akan dijamah. “Kita sudah dapat request dari Singapura, Australia, dan kemarin sudah dihubungi Dubes Romania,” ungkapnya.
Baca juga: Tengok Strategi JumpStart Indonesia Kuasai Pasar Mesin Kopi Pintar
Editor: Puput Ady Sukarno
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.