ilustrasi (sumber : Leah Newhouse/pexels)

Ketahui Penyebab, Gejala dan Penanganan Awal Infertilitas pada Wanita

17 February 2025   |   21:30 WIB
Image
Dewi Andriani Jurnalis Hypeabis.id

Infertilitas atau kesulitan dalam memiliki anak kini menjadi masalah yang semakin sering dialami oleh pasangan di Indonesia. Fenomena ini berbanding terbalik dengan kondisi beberapa dekade lalu, di mana memiliki anak banyak, bahkan dapat terjadi dengan cepat.

Sejak 1989, program Keluarga Berencana di Indonesia mulai mendorong pengaturan jumlah anak dalam keluarga, namun kini, kondisi fertilitas di masyarakat justru mengalami penurunan yang signifikan. Banyak faktor yang memengaruhi penurunan kesuburan ini.

Baca juga: Mengupas Tantangan Fertilitas: Kombinasi Faktor Medis, Psikologis, dan Teknologi

Dokter spesialis kebidanan dan kandungan, Surya Adi Pramono menjelaskan berbagai penyebab dan gejalanya. Menurutnya, beberapa faktor gaya hidup yang buruk, seperti pola makan yang tidak sehat, paparan radikal bebas, dan kurangnya aktivitas fisik dapat mengganggu kesehatan reproduksi wanita.

Salah satu masalah utama yang kerap terjadi adalah penurunan jumlah sel telur sebelum usia yang seharusnya, yang kini banyak ditemukan pada wanita yang lebih muda. Masalah kesehatan lainnya seperti kanker dan efek samping dari pengobatan kemoterapi juga berkontribusi pada berkurangnya cadangan sel telur di dalam ovarium.

Beberapa kondisi medis seperti gangguan ovulasi, endometriosis, dan gangguan saluran tuba juga menjadi penyebab utama terjadinya infertilitas pada wanita. “Gangguan ovulasi biasanya bisa dilihat jika seorang wanita jarang mengalami menstruasi. Misalnya lebih dari 2 bulan tidak datang bulan atau menstruasi hanya terjadi kurang dari 8 kali dalam setahun,” jelas dr. Surya di sela acara Bocah Open Day.

Salah satu gejala utama yang mengindikasikan adanya gangguan fertilitas adalah siklus menstruasi yang tidak teratur. Jika seorang wanita mengalami menstruasi yang terlalu jarang atau malah terlalu sering, ini bisa menjadi tanda adanya masalah dalam proses ovulasi. Selain itu, nyeri menstruasi yang sangat hebat hingga mengganggu aktivitas sehari-hari juga perlu diwaspadai.

"Nyeri yang luar biasa saat menstruasi, yang bahkan membuat seseorang tidak bisa beraktivitas, bisa jadi merupakan tanda adanya gangguan kesehatan seperti endometriosis, yang pada akhirnya dapat menyebabkan infertilitas," ujar dr. Surya.

Nyeri yang disertai dengan gejala lain seperti pusing, mual, atau muntah juga patut menjadi perhatian. Untuk mengetahui penyebab infertilitas, dokter akan melakukan serangkaian pemeriksaan. Salah satunya adalah pemeriksaan ultrasonografi (USG) untuk melihat keadaan ovarium dan rahim. Jika diperlukan, pemeriksaan lebih lanjut seperti MRI, hysteroskopi, atau laparoskopi juga dapat dilakukan untuk melihat kondisi organ reproduksi wanita secara lebih mendetail.

"Hysteroskopi dan laparoskopi adalah prosedur yang menggunakan kamera untuk memeriksa keadaan dalam rahim dan organ reproduksi wanita. Ini dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan seperti polip atau infeksi yang bisa mengganggu fertilitas," ungkapnya.

Ada berbagai cara untuk mengatasi gangguan fertilitas, terutama pada wanita yang mengalami gangguan menstruasi atau dismenore. Salah satu penanganan awal yang dapat dilakukan adalah perubahan pola makan dan gaya hidup.

Menghindari makanan tinggi gula dan minyak goreng, serta rutin berolahraga, dapat membantu mengurangi inflamasi dan memperbaiki kondisi tubuh secara keseluruhan.

Dokter Surya juga menyarankan penggunaan terapi panas untuk mengurangi nyeri perut saat menstruasi, serta pijat ringan di sekitar perut. Bagi wanita yang mengalami gangguan hormon, terapi hormon seperti progesteron juga dapat diberikan untuk mengatur siklus menstruasi dan mengurangi gejala yang timbul akibat endometriosis atau adenomiosis.

Pada beberapa kasus yang lebih serius, tindakan medis seperti laparoskopi atau hysteroskopi mungkin diperlukan untuk mengatasi masalah struktural dalam organ reproduksi wanita. Penting untuk segera memeriksakan diri ke dokter jika mengalami gejala-gejala seperti menstruasi yang tidak teratur, nyeri hebat saat menstruasi, atau keputihan abnormal yang disertai dengan bau.

Jika setelah satu tahun menikah dan berhubungan seksual secara teratur, tetapi belum berhasil hamil, ini juga merupakan waktu yang tepat untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut. Dia menekankan bahwa menangani masalah fertilitas sejak dini akan meningkatkan peluang keberhasilan dalam perawatan, karena banyak pasangan yang datang terlambat saat kondisi sudah lebih parah.

Menurut Kementerian Kesehatan, masalah fertilisasi mengalami peningkatan dalam 20 tahun terakhir, terutama di negara berkembang. Menurut data WHO (World Health Organization), 1 dari 6 pasangan atau sekitar 50-80 juta pasangan suami-istri memiliki masalah infertilitas di dunia.

Infertilitas dapat terjadi akibat adanya gangguan pada wanita, pria, keduanya, maupun infertilitas yang tidak diketahui penyebabnya. CEO Bocah Indonesia dr. Pandji Sadar, MBBS, AMPH mengatakan, penanganan infertilitas dilakukan berdasarkan masing-masing penyebabnya. Setelahnya, baru menentukan program hamil yang tepat untuk keduanya.

"Kemajuan teknologi memiliki peranan penting dalam penanganan masalah infertilitas, salah satunya teknologi reproduksi berbantu (TRB)," ucapnya.

Baca juga: Pentingnya Menjaga Gaya Hidup Sehat untuk Mencegah Infertilitas Sekunder

Terdapat dua jenis program hamil berbantu, yaitu inseminasi intrauterine (IUI) dan program bayi tabung (IVF). Dua program hamil ini memiliki indikasi yang berbeda-beda. Tingkat keberhasilannya pun berbeda. Program hamil bayi tabung memiliki tingkat kesuksesan yang lebih tinggi dibandingkan program inseminasi.

Angka keberhasilan atau kesuksesan mencapai kehamilan menjadi salah satu faktor pasangan suami istri dalam memilih klinik fertilitas. Oleh sebab itu, Bocah Indonesia melakukan perbandingan dengan angka keberhasilan Laporan Internasional, yaitu HFEA dan VARTA.

HFEA (Human Fertilisation & Embryology Authority) merupakan otoritas regulator dari United Kingdom yang mengeluarkan laporan tahunan terkait angka keberhasilan bayi tabung (IVF). Sedangkan, VARTA (Victorian Assisted Reproductive Treatment Authority) merupakan otoritas regulator dari Australia yang mengatur teknologi reproduksi berbantu (TRB) dan juga mengeluarkan laporan tahunan terkait angka keberhasilan IVF.

Editor: Fajar Sidik

SEBELUMNYA

Sistem Work From Anywhere Diusulkan Untuk Cegah Lonjakan Mudik Lebaran 2025

BERIKUTNYA

Perbedaan Serangan Jantung dan Henti Jantung, Ketahui Penyebab dan Gejalanya

Komentar


Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.

Baca Juga: