Ini Kelainan Kulit yang Bisa Menyerang Ibu Hamil
22 September 2021 |
13:36 WIB
Kehamilan menjadi anugerah bagi para calon ibu. Namun selama fase tersebut, tentunya ada konsekuensi yang harus dihadapi. Tidak hanya pembesaran payudara maupun peningkatan berat badan, kehamilan kerap kali juga menyebabkan perubahan pada kulit.
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Klinik Bamed, Vita Siphra Sirait, mengatakan perubahan atau kelainan kulit pada ibu hamil dipicu akan perubahan pada sistem kekebalan tubuh, hormonal, metabolisme, dan pembuluh darah.
Kelainan kulit yang normal (fisiologis) pada ibu hamil kata Vita bervariasi. Paling sering terjadi adalah hiperpigmentasi yaitu linea nigra atau garis hitam memanjang melewati pusat hingga tulang kemaluan, kemudian daerah sekitar puting susu menggelap, serta kulit leher dan lipatan tubuh yang menghitam.
Kelainan hiperpigmentasi ini berkaitan dengan peningkatan hormon estrogen dalam kehamilan hingga menyebabkan peningkatan hormon yang menstimulasi pembentukan pigmen. Selain itu, ibu hamil juga sering mengalami stretch marks akibat peregangan kulit karena perut yang membesar.
Adapun kelainan kulit yang dipengaruhi peningkatan kadar hormon pada kehamilan bisa berupa infeksi jamur pada genitalia dan jerawat. Hal tersebut karena kelenjar sebasea atau kelenjar minyak dipengaruhi oleh peningkatan hormon hingga terjadi gangguan sumbatan.
Biasanya jerawat ini akan hilang setelah sang ibu melahirkan. Namun kata Vita, jika dalam perjalanan kehamilan atau selama 9 bulan jerawat tersebut tidak ditangani dengan baik, bisa berkembang menjadi inflamasi yang hebat atau mengalami infeksi dan membekas sehingga menimbulkan keresahan fisiologis pada ibu hamil.
Untuk itu dia menyarankan agar ibu hamil melakukan terapi ke dermatologi agar dapat mengontrol pertumbuhan jerawat dengan catatan terapi menggunakan bahan-bahan yang aman digunakan pada saat kehamilan.
Ibu hamil juga dapat menjalani prosedur kosmetik yang aman, contohnya peeling. Tindakan ini dapat membantu mengatasi kondisi kelainan kulit berupa jerawat atau kehitaman pada kulit yang sering terjadi dalam kehamilan, yang efek kerjanya terbatas hanya pada jaringan kulit sehingga tidak memengaruhi janin.
Menurut Vita tidak banyak prosedur kosmetik yang dipastikan aman dapat dijalani oleh ibu hamil, karena penelitian pada ibu hamil masih terbatas. Akan tetapi perawatan kesehatan personal diperbolehkan dan disarankan pada kelompok ibu ini.
"Disarankan rutin menggunakan pelembap untuk menghindari kelainan kulit iritasi akibat sering mencuci tangan di era pandemi ini," jelasnya.
Ada baiknya untuk mencegah timbulnya jerawat, ibu hamil menghindari makanan yang mengandung glikemik tinggi seperti karbohidrat, roti, maupun gandum, serta produk susu.
"Pada ibu hamil memang butuh kalsium tetapi tidak membutuhkan kandungan lemak yang tinggi," tuturnya.
Editor: Avicenna
Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin dari Klinik Bamed, Vita Siphra Sirait, mengatakan perubahan atau kelainan kulit pada ibu hamil dipicu akan perubahan pada sistem kekebalan tubuh, hormonal, metabolisme, dan pembuluh darah.
Kelainan kulit yang normal (fisiologis) pada ibu hamil kata Vita bervariasi. Paling sering terjadi adalah hiperpigmentasi yaitu linea nigra atau garis hitam memanjang melewati pusat hingga tulang kemaluan, kemudian daerah sekitar puting susu menggelap, serta kulit leher dan lipatan tubuh yang menghitam.
Kelainan hiperpigmentasi ini berkaitan dengan peningkatan hormon estrogen dalam kehamilan hingga menyebabkan peningkatan hormon yang menstimulasi pembentukan pigmen. Selain itu, ibu hamil juga sering mengalami stretch marks akibat peregangan kulit karena perut yang membesar.
Adapun kelainan kulit yang dipengaruhi peningkatan kadar hormon pada kehamilan bisa berupa infeksi jamur pada genitalia dan jerawat. Hal tersebut karena kelenjar sebasea atau kelenjar minyak dipengaruhi oleh peningkatan hormon hingga terjadi gangguan sumbatan.
Biasanya jerawat ini akan hilang setelah sang ibu melahirkan. Namun kata Vita, jika dalam perjalanan kehamilan atau selama 9 bulan jerawat tersebut tidak ditangani dengan baik, bisa berkembang menjadi inflamasi yang hebat atau mengalami infeksi dan membekas sehingga menimbulkan keresahan fisiologis pada ibu hamil.
Untuk itu dia menyarankan agar ibu hamil melakukan terapi ke dermatologi agar dapat mengontrol pertumbuhan jerawat dengan catatan terapi menggunakan bahan-bahan yang aman digunakan pada saat kehamilan.
Ibu hamil juga dapat menjalani prosedur kosmetik yang aman, contohnya peeling. Tindakan ini dapat membantu mengatasi kondisi kelainan kulit berupa jerawat atau kehitaman pada kulit yang sering terjadi dalam kehamilan, yang efek kerjanya terbatas hanya pada jaringan kulit sehingga tidak memengaruhi janin.
Menurut Vita tidak banyak prosedur kosmetik yang dipastikan aman dapat dijalani oleh ibu hamil, karena penelitian pada ibu hamil masih terbatas. Akan tetapi perawatan kesehatan personal diperbolehkan dan disarankan pada kelompok ibu ini.
"Disarankan rutin menggunakan pelembap untuk menghindari kelainan kulit iritasi akibat sering mencuci tangan di era pandemi ini," jelasnya.
Ada baiknya untuk mencegah timbulnya jerawat, ibu hamil menghindari makanan yang mengandung glikemik tinggi seperti karbohidrat, roti, maupun gandum, serta produk susu.
"Pada ibu hamil memang butuh kalsium tetapi tidak membutuhkan kandungan lemak yang tinggi," tuturnya.
Editor: Avicenna
Komentar
Silahkan Login terlebih dahulu untuk meninggalkan komentar.